Sabtu, 13 Januari 2018

Uneg-Uneg Lunch Ala Kita-Kita

Tanggal 13 Januari kemarin, gue jalan-jalan ni Sob, sambil main air alias menikmati banjir di seputaran Purnama sampe ke Ayani Mega Mall. Tujuan aslinya emang buat beli kado Barra a.k.a anak pertama Bang Adit (Read: dosen muda) di HI Untan. Pas sampe Mall bunyi adzan, langsung lah nyari mushola di lantai 3 dan memutuskan untuk meminta temen gue nunggu di luar karena dia emang non Muslim. Gak lama kemudian, kami keluar dan mengunjungi happy baby untuk melihat perlengkapan bayi yang akan kami beli. Waah, ternyata mahal juga harganya. Then, we decided to buy something for lunch di sekitaran jalan Perdana.
Well, pas udah pesen nasi dan makan, ada yang menyita perhatian gue, di meja sebelah kami makan, ada 3 cewek yang juga sedang menikmati menu makan siangnya. Satu dari ketiga cewek itu memutuskan untuk pindah kursi dan gak tau kenapa dia seperti begitu sering memperhatikan gue. You know lah yes, sebagai anak muda, kami yang sedang makan bilang (ah, mungkin dia suka sama elo, elo kan kayak bule. Hahaha). Gue juga membenarkan apa yang dikatakan oleh temen, alhasil ketawa ketiwi. Tapi, ternyata pandangan cewek itu tidak habis dan selesai sampai disitu saja. Ia terus memperhatikan lagi dan lagi. Mungkin karena gue pake celana pendek kali, kan tapi yang terpenting menutup aurat. Salah kah? Emang kebetulan juga itu cewek pake cadar dan dengan busana serba tertutup begitu. Ukhty ukhty jaman now istilah kerennya. Mungkin dia risih dengan glagat gue yang nyentrik dan sok cool, hehehe. Peace ya Mbak, jangan berantem sama gue, ntar jodoh kan bahaya. Wkwkwk
I found something like it doesn’t connected with my mind, gue memperhatikan dia makan pake sendok terus minum juga pake sedotan tapi itu cadarnya gak dibuka. Semacam kayak kesusahan gitu, trus nasinya juga banyak yang jatuh. Dua temannya udah selesai ngunyah, dia baru mau buka cadarnya dengan sembunyi-sembunyi trus masukin nasi ke mulutnya. Gue gak habis pikir aja si, soalnya kan Islam tidak sampe segitunya menyulitkan hidup apalagi sekedar buat makan doang. Till so many people around her feel like OMG, sesulit itukah Islam mengajarkan buat bisa makan? Dan lagian wajah kan bukan aurat ya, jadi pas makan apa salahnya buat dibuka itu cadar. But I believed that she has own opinion about that, yang mungkin buat dia itu wajar meski gak masuk diakal gue. Perbedaan adalah rahmat, itu yang gue pikirkan. Kalo dia keliatan risih mandang gue karena celana pendek, gue juga kok risih liat dia makan pake cadar terus susah gitu mau nyulang diri sendiri aja. And, Idk why, but every person has their own perspective, yes? Seperti gue yang nyaman dengan celana pendek warna maroon tapi yang penting menutup aurat. Dia juga gitu, nyaman dengan gaya dia meski ada orang lain risih melihatnya. Itulah rahmat, kita jadi tau bagaimana harus memandang orang lain dan tidak memaksakan kehendak. Seperti 2+7= 9, begitu juga 3+6=9. Tiap orang punya pandangan beda, asal jangan karena perbedaan menjadikan kita saling war and bashing each others. Keep being peace person everywhere yes. Long story short, makan siang kemarin ngajarin bahwa isi kepala tiap orang beda-beda. Lebih bisa meredam ego dan melihat dari sisi yang beda serta unik. Positive thinking aja. In doing so, gue hanya mau bilang bahwa menu makan siangnya enak dan murah. Ayam geprek bernasi bersayur nangka, sambal kentang, dan sayur singkong santa just 12K. Murah meriah kan? *BukanEndorsdanPromosi Hahaha


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkunga...