Tanggal 13 Januari kemarin, gue jalan-jalan ni Sob, sambil main air alias
menikmati banjir di seputaran Purnama sampe ke Ayani Mega Mall. Tujuan aslinya
emang buat beli kado Barra a.k.a anak pertama Bang Adit (Read: dosen muda) di
HI Untan. Pas sampe Mall bunyi adzan, langsung lah nyari mushola di lantai 3
dan memutuskan untuk meminta temen gue nunggu di luar karena dia emang non
Muslim. Gak lama kemudian, kami keluar dan mengunjungi happy baby untuk melihat
perlengkapan bayi yang akan kami beli. Waah, ternyata mahal juga harganya. Then,
we decided to buy something for lunch di sekitaran jalan Perdana.
Well, pas udah pesen nasi dan makan, ada yang menyita perhatian gue, di
meja sebelah kami makan, ada 3 cewek yang juga sedang menikmati menu makan
siangnya. Satu dari ketiga cewek itu memutuskan untuk pindah kursi dan gak tau
kenapa dia seperti begitu sering memperhatikan gue. You know lah yes, sebagai
anak muda, kami yang sedang makan bilang (ah, mungkin dia suka sama elo, elo
kan kayak bule. Hahaha). Gue juga membenarkan apa yang dikatakan oleh temen,
alhasil ketawa ketiwi. Tapi, ternyata pandangan cewek itu tidak habis dan
selesai sampai disitu saja. Ia terus memperhatikan lagi dan lagi. Mungkin karena
gue pake celana pendek kali, kan tapi yang terpenting menutup aurat. Salah kah?
Emang kebetulan juga itu cewek pake cadar dan dengan busana serba tertutup
begitu. Ukhty ukhty jaman now istilah kerennya. Mungkin dia risih dengan glagat
gue yang nyentrik dan sok cool, hehehe. Peace ya Mbak, jangan berantem sama
gue, ntar jodoh kan bahaya. Wkwkwk
I found something like it doesn’t connected with my mind, gue memperhatikan
dia makan pake sendok terus minum juga pake sedotan tapi itu cadarnya gak
dibuka. Semacam kayak kesusahan gitu, trus nasinya juga banyak yang jatuh. Dua temannya
udah selesai ngunyah, dia baru mau buka cadarnya dengan sembunyi-sembunyi trus
masukin nasi ke mulutnya. Gue gak habis pikir aja si, soalnya kan Islam tidak
sampe segitunya menyulitkan hidup apalagi sekedar buat makan doang. Till so
many people around her feel like OMG, sesulit itukah Islam mengajarkan buat
bisa makan? Dan lagian wajah kan bukan aurat ya, jadi pas makan apa salahnya
buat dibuka itu cadar. But I believed that she has own opinion about that, yang
mungkin buat dia itu wajar meski gak masuk diakal gue. Perbedaan adalah rahmat,
itu yang gue pikirkan. Kalo dia keliatan risih mandang gue karena celana
pendek, gue juga kok risih liat dia makan pake cadar terus susah gitu mau
nyulang diri sendiri aja. And, Idk why, but every person has their own perspective,
yes? Seperti gue yang nyaman dengan celana pendek warna maroon tapi yang
penting menutup aurat. Dia juga gitu, nyaman dengan gaya dia meski ada orang
lain risih melihatnya. Itulah rahmat, kita jadi tau bagaimana harus memandang
orang lain dan tidak memaksakan kehendak. Seperti 2+7= 9, begitu juga 3+6=9. Tiap
orang punya pandangan beda, asal jangan karena perbedaan menjadikan kita saling
war and bashing each others. Keep being peace person everywhere yes. Long story
short, makan siang kemarin ngajarin bahwa isi kepala tiap orang beda-beda. Lebih
bisa meredam ego dan melihat dari sisi yang beda serta unik. Positive thinking
aja. In doing so, gue hanya mau bilang bahwa menu makan siangnya enak dan
murah. Ayam geprek bernasi bersayur nangka, sambal kentang, dan sayur singkong
santa just 12K. Murah meriah kan? *BukanEndorsdanPromosi Hahaha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar