Marzia a.k.a Nada adalah anak yang sangat pengertian. Punya empati tinggi dan sangat baik hati. Perlakuannya untuk orang yang sedang sakit atau orang yang sedang menangis sangat menyentuh hati. Nada juga tipe anak yang sangat perasa dan lembut seperti bapaknya eh daddy nya maksudnya *cie petukel. Termasuk sosok tipe suka lawak. Orang-orang mengira kita selalu berwajah fierce luar dalam judes, padahal tidak. Kita adalah sosok perasa.
Suatu ketika, eh bukan suatu ketika. Setiap hari, ke manapun daddy nya pergi, Nada selalu minta ikut. Habis shubuh pas mau buang sampah, Nada minta ikut. Pas berangkat absen ke kantor, dia juga minta ikut, pas ke pasar juga dia minta ikut. Begitulah setiap hari, dia selalu minta ikut ke mana daddy nya bergerak pergi.
Hari ini, daddy nya tidak bisa menolak ketika Nada minta ikut ke kantor. Setelah negosiasi dalam waktu yang lama, akhirnya daddy nya menyerah. Oke, kali ini Nada boleh ikut. Kebetulan hari ini ada misi mengirimkan berkas MoU Ke Filipina. Baiklah, kantor pos adalah tujuan kita hari ini. Sementara dia mandi, saya ke kantor dulu untuk absen jempol dan menyiapkan berkas yang mau dikirim.
Ketika balik
dari kantor, Nada sudah siap untuk berangkat dengan task has Australianya. Sudah
lengkap di dalamnya 3 buah risol dan pempes sebagai senjata kalau Nada lapar
dan buang air besar. Dia sudah merengek, ayo daddy kita pergi Nada sudah siap. Aku
yang masih kepanasan mencoba mencari alasan agar dia mau menunggu sebentar
sambil menunggu gocar tiba. Sebenarnya mau naik motor, tapi bawa anak
kesayangan ini tidak boleh kena panas. Hahaha
Tiba di kantor pos,
Daddy,
kenapa kita kesini? Kan ke kantor daddy.
Iya nak,
kita ke sini dulu ya. Nanti kita ke kantor daddy.
Oiya, sambil
memegang tangan erat karena takut dengan kerumunan orang banyak.
Tak lama
berselang, dia duduk manis sambil membuka tasnya dan mengambil satu risol.
Nada lapar
daddy.
Iya nak,
makanlah. Nanti habis dari sini kita beli makan ya.
Antrian
tujuh belas, silahkan menuju counter 3. Terima kasih.
Nak, ayo. Sekarang
giliran kita ke depan.
Tunggu daddy,
Nada masih mau makan risol lagi.
Nanti ya
nak, kita ke depan dulu. Kami bangun mendekati petugas sambil menenteng dokumen
yang akan dikirimkan ke Filipina.
Nada turun
ya nak, daddy mau isi ini dulu, sambil nunjukkin ke formulir pengiriman
dokumen.
Nggak mau,
gendong aja.
Berat nak,
Nada udah besar, turun aja ya.
Nggak mau,
gendong aja.
Oke,
gendong dan tangan kanan main juga menyelesaikan semuanya.
“Namanya
siapa dek?” Tanya petugas.
Nada diam
aja.
“Namanya
siapa ya Pak?” Tanya petugas.
Nada, kak.
Nada? Nada
berirama dong ya berarti?
Hehehe, apa sih Mbaknya. Gak tau apa kalau saya kepanasan.
Tau kan di kantor pos itu tidak ada kipas angin. Kipas angin hanya untuk petugas saja dan itu pun sangat kecil, dengan panasnya kota Pontianak yang aduhai hots.
Selesai,
bye kantor pos. Terima kasih kantor pos, untuk nada beriramanya. Wkwkwkwk
Kita cari makan ya nak, sambil jalan menyusuri trotoar melewati kantor Oppo, roti boy, dan sampailah di tempat makan Ayam Bakar Wong Solo.
Oke daddy.
Kita makan apa daddy?
Nada mau
pesan apa?
Nasi goreng
ya daddy, nasi uduk juga. Jus jeruk sama es teh.
Wow,
banyak ya nak pesanan Nada
*dalam
hati, kamu nggak sedang ngerjain daddy kan nak?
Petugas datang
mengantarkan pesanan.
Terpampang
di atas nampan ada jus jeruk, nasi goreng, es teh, dan paket nasi ayam penyet.
Nada adalah
tipe anak yang perfeksionis, persis kayak daddy nya. Dia udah hafal tempat dan
posisi makanan dan minuman ketika pelayan meletakkan di atas meja.
Aku ambil
gelas es tehnya dan menyeruputnya. Dingin kayak di kutub utara setelah melewati
panas seperti di padang pasir tadi di kantor pos, wkwkwkwk. Kemudian aku
letakkan di atas meja dan tidak di tempat semula.
Nada protes.
Daddy, gelasnya bukan di situ tempatnya. Itu di sini, dia ambil gelasnya sambil
memindahkan ke tempat semula. Tempat di mana pelayanan pertama tadi meletakkan
gelas tersebut. Oke nak, baiklah.
Aku coba
minta jus jeruknya.
Nada protes.
Itu punya aku daddy. Punya daddy itu, sambil nunjuk ke arah gelas es teh. Belum
lagi dia protes karena nasi gorengnya ada bawangnya, ada telur dadarnya, ada
warna hitamnya. Meski kecil, dia nggak suka.
Begitulah Nada setiap hari. Dengan segala keperfeksionisannya yang sering membuat daddy dan mommy nya geleng-geleng kepala.
Dua orang perfeksionis sedang menikmati makan siang dan beradu argumen satu sama lain. Si bapak maunya begini, si anak maunya begini. Sampe malu karena dilihatin petugas warung makan bapak dan anak sedang cek cok wkwkwkwk. Maafkan kami ya petugas, kami tidak sedang cek cok. Kami sedang saling transfer cinta. Eaaa eaaa eaaaa.
Ada banyak lelah perjalanan membesarkan anak, terutama untuk seorang ibu. Mulai dari hamil selama Sembilan bulan, melahirkan, menyusui, dan membesarkan anak tapi itu semua hilang ketika anak mulai bisa menjadi sumber bahagia. Tawanya, senyumnya, ngambeknya adalah penghilang lelah. Orang tua sudah pasti rela berbuat apapun demi anak-anaknya, asal anak bahagia. Semua orang tua pun pasti akan menghilangkan sisi keperfeksionisannya demi mengganti kata tidak menjadi kata iya untuk memenuhi keinginan anak. Semangat Ibuk dan Bapak muda yang sedang berjuang untuk membesarkan anak-anaknya. Kalian tidak sendirian wkwkwkwk.
Itulah alasan kenapa aku selalu jatuh cinta dengan surat Luqman ayat 14-15.
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu."
"Dan
jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak
mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku
beri tahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
Ini adalah
surat yang paling favorit di hidup saya. Setelah perjalanan panjang dan tahu
bahwa bakti kepada kedua orang tua tidak akan pernah dapat dibayar dengan
apapun. Surat ini juga adalah surat yang sering saya baca kalau saya diminta
bapak mertua menjadi imam di rumah. Kalau hati saya kuat, pasti saya baca surat
ini. Kalau hati saya sedang tidak kuat, saya tidak akan baca surat ini. Gampang
sekali menangis kalau sudah mendengar lantunan dua ayat ini. Alfatihah untuk
almarhum bapak dan ibuk yang sudah mendahului kami. Yaa Allah sehatkan mamak dan bapak mertua,
hadiahkan sehat dan panjang umur untuk keduanya dan juga istri dan semua
orang-orang terkasih, aamiin.
*Kalau ada imam membaca surat Luqman ayat 14-15 dan di rakaat kedua membaca surat Al-Isra’ ayat 78-79, pasti ada makmum yang merembes dan berlinang air mata di belakang.
While,
selama kami pergi semoga ibuk Mentari bisa me time ya, duduk manis tanpa
sengatan cinta ambekan dari Nada tersayang. Sehat sehat mommy, kata Nada.
Terima kasih ya nak, untuk cinta hari ini, kemarin, dan yang sudah-sudah. Semoga Nada selalu disayang sama Allah. Love you gadis kecil kesayangan kami.
Sekian
kisah dating kami hari ini. Sampai jumpa di kisah kami berikutnya.