Rabu, 24 Januari 2018

Semestaku, Kamu!

Gumpalan rindu tak bertali kutitipkan pada warna senja. Berharap kau suka dan membalas hingga nanti malam tiba. Tak perlu menanti bintang dan rembulan, kau adalah bahagia paling sempurna. Sebab itu kau selalu kusebut Jingga Purnama.
Hidup tak ubahnya seperti drama Korea, kadang berujung bahagia juga bisa berakhir kecewa. Namun, luka dan bahagia karena mencintaimu adalah sempurna. Tak akan pernah bisa kupilah hanya satu darinya.
Jika menangis dijadikan ukuran akan lemahnya seseorang, maka seharusnya itu sebuah pembuktian bahwa ia masih mempunyai perasaan. Lalu, saat mataku tak pernah basah, mungkin itu bukti bahwa kau sedang mati rasa. Tapi aku rasa kita dan cinta tidak seperti itu. Saling jatuh padu lalu lupa sudah berapa lama jarak ini menghentakkan jeda.
Banyak tempat yang tak lazim di dunia ini. Kini hatimu adalah salah satu darinya.
Saat dua rasa saling temu dan menemukan, kita bisa apa? Sebab ketika dua pasang mata saling memandang dengan ketenangan, kita yakin bahwa kenyamanan mengalahkan segalanya. Tak satu pun dapat menghalangi bahagia. Begitulah kisah di ujung senja.

Ranup Jingga datang mendekat dengan pekat dalam peluk erat bersama sayunya mata yang membuatku lupa akan semesta dan isi dunia. Itu kamu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkunga...