Jumat, 22 Desember 2017

Waah, Masih Muda Sudah Master!

Setelah menyelesaikan studi pasca, gue nggak mau nunggu lama untuk terjun di dunia kerja. Maka, tidak ada salahnya buat nyoba melempar lamaran demi lamaran ke kampus yang menurut gue worth it. Or even nggak, setidaknya kampusnya punya jurusan HI atau Ilmu Politik dan punya gedung yang bagus. Usaha manusia memang beda dengan hitungan matematika versi Allah punya. Gue yang nyoba satu kampus di daerah Kalimantan saat itu langsung dapat respon positif dan diberikan kesempatan buat masuk ngajar di semester ganjil. Berapa senangnya sebagai fresh graduate yang masih fresh banget baru keluar dari open pemanas otak tapi sudah dipercaya oleh Allah untuk mengabdi bagi nusa dan bangsa (ceilaaah apaan).
Bukan hanya gue, mungkin semua dosen muda di dunia atau di tingkat nasional (eh), pasti ngerasain gemetar nervous gimana gitu ketika awal masuk kelas. Spot jantung yang tidak biasa dan sengaja memakai pakaian yang super rapi biar semakin mentereng hasil awal pertemuan dan perkenalan dengan mahasiswa di kelas. Di usia yang masih sangat belia versi gue, ternyata Allah udah ngasih kesempatan buat ngajar di kampus. Suatu kenikmatan yang tidak pernah gue bayangkan sebelumnya. Karena sebagaimana hasil pengamatan gue di beberapa universitas, menjadi dosen itu tidak gampang. Gue juga liat itu dari deretan temen gue yang sudah lulus tapi masih belum diberikan kepercayaan untuk menjadi tenaga pengajar. Di saat itulah gue lebih bersyukur dan menikmati nikmat yang tiada henti yang diberikan oleh sang pencipta langit dan bumi.
“Waah, masih muda udah lulus S2 ya Pak? Keren banget ya!”
Itulah kata yang terus diulang-ulang oleh beberapa mahasiswa dan dosen yang lain. Dalam hati gue mah biasa saja, secara mereka nyebut gue dosen tapi manggil gue bapak. Emang anak gue udah berapa? HAHAHA
Saat perkenalan masuk kelas juga terlihat bahwa mahasiswa begitu excited dengan tenaga pengajar (read: dosen) yang masih muda. Mereka penuh semangat mendengarkan apa yang gue sampaikan. Bahkan mungkin kalo gue bohong aja mereka bisa jadi percaya sama apa yang gue sampaikan. Ada yang bahkan sengaja bolak-balik kamar mandi demi bisa ngomong langsung sama gue, ah modus banget kan mahasiswa jaman now! Belum lagi kalo ada tugas, mereka pasti bolak-balik ngontak buat bisa bimbingan atau pendampingan tugas. Ah, itu mah alasan buat bisa chat si dosen muda.
But another side, di samping banyak yang muji di usia muda sudah bisa jadi dosen, tidak sedikit juga yang heran atau bahkan menjadi haters alias nyinyirin kita-kita dosen muda. Apa salah kami sebagai dosen yang sudah dipercaya universitas? Which is seharusnya para mahasiswa yang berlabel itu senang punya dosen yang penuh semangat dan energik. But, I think itu bukan salah mereka atau salah gue, yang namanya manusia pasti punya pandangan dan pola pikir yang beda. We are true believer about unity in diversity. Mereka yang memuji dan yang suka nyinyir adalah satu paket lengkap yang tidak dapat dipisahkan. Kita hidup di dunia, masih alam lumrah dimana manusia suka memuji dan suka menjatuhkan orang lain. Sometime, gue mikir aja, berusaha jadi manusia positif aja manusia ada yang gak suka, apalagi kalo gue bodoh, dekil, item, idup lagi. Mungkin kalo demikian udah lama gue dimutilasi. HAHA

WELL, what is happening adalah nikmat yang mulia gue syukuri, nikmati, dan jalani dengan penuh kesyukuran tanpa henti. Gue yakin dibalik kata (Waah, masih muda sudah master ya Pak? Keren banget!) ada banyak mahasiswa yang terinspirasi untuk menjadi mahasiswa yang disiplin dan berusaha lulus tepat waktu. Gue yakin meski ada yang gak suka, sebenarnya mereka sudah menjadi sumber inspirasi buat gue pribadi. We have to do more and more positive for our society. Dimana ketika kita positif, maka akan semakin banyak manusia-manusia yang positif, salah satunya adalah agar mereka menjadi manusia yang bisa mencapai gelar master di usia muda. That’s the point!

Perihal Cinta, Jarak yang melipat, Hujan di Bulan Juni, dan Mengulang Rasa

*Malam tadi kau hadir begitu jelas dalam mimpiku, duduk lama dan berucap tentang rasa. Tentang rindu yang melipat jarak hingga kita merasa dipisahkan oleh semesta. Setelah bangkit dari tidurku, kau tidak hanya tinggal, tapi membekas di sudut ruang kosong pada sanubari yang kemudian kita, satu sama lain saling mengungkit masa dan perjalanan rasa. Katamu perjumpaan pasti akan selalu berjodoh dengan perpisahan, sakit atau menyakitkan atau disakiti hingga tersakiti. Karena balutan kebersamaan yang ada tergunting oleh sekat yang begitu kejam menghancurkan timbunan rasa yang pernah kita sulam bersama. Tapi, aku menunggumu, menunggu apapun yang akan kau sampaikan. Maka ucapkanlah, apa saja tentang rasa. Perihal rasa yang pernah kuberi atau rasa yang pernah kau tulis di dalam hati ini. Jika kau kecewa dengan rasa itu telah telah mati, mari kutemani langkahmu dan menunjukkan padamu sesuatu yang berwarna merah yang kau bungkus dalam plastik merah. Kau menyebutnya hujan di Bulan Juni. Lalu aku berusaha memastikan rasa itu dan kembali bertanya, Juni atau Juli? Kau memilih Juni. Sebab apa, karena Juni itu genap sedang Juli itu ganjil, ucapmu. Maksudnya? Aku tidak mengerti apa beda ganjil dan genap dalam ungkapanmu tentang rasa. Ya, Juni itu genap dan Juli itu ganjil. Jika aku boleh memilih, aku akan menjadi Juli untukmu hingga kita menjadi Juni dalam bait puisi cinta. Begini, Juli itu ganjil, sama sepertiku, aku adalah ganjil yang dicipta semesta untuk menjadikanmu genap. Aku, kamu sama dengan kita, artinya berdua. Sebab aku kamu hakikatnya adalah cinta.

Sebuah perjalanan panjang yang belum usai dan takkan pernah selesai. Karena cinta kita ada, sebab cinta kita bersama, dan karena cinta adalah kata yang tak pernah habis untuk dipikir apalagi untuk ditafsir. Selalu saja ada alasan mengapa aku dan kamu dipertemukan. Begitu kan? Meski mungkin dalam perjalanan cinta kita, satu sama lain pernah merasakan luka, namun bagiku itu bukanlah kerana kesengajaan. Tetaplah begini jangan pergi, jangan kemana-mana. Cinta sejati akan bertahan apapun alasannya. Cinta sejati itu merah merekah, indah dipandang oleh mata karena tersusun oleh rasa dan tumpukkan nirwana yang tak biasa. Cinta sejati itu takkan pernah tega melihat kekasihnya terluka apalagi hingga memainkan perasaan, sebab ia mengerti bahwa perasaan itu bukan mainan.
Oiya, aku masih menyimpan semua gambar tentangmu. Tentang kebiasaan baik dan burukmu. Tentang lelapnya tidurmu dibalik selimut tebal yang bertemankan bantal berwarna biru muda dan guling kuning serta seprei berwarna kelabu. Aku hanya ingin berucap bahwa sebagus apapun handphone mu itu, masih bagus alaminya gambarmu yang kutangkap dengan lensa mataku. Sebab, gambarmu selalu ada dan terabadikan dengan indah di setiap hasta tatapanku untukmu. Pernahkah kau berpikir bahwa kita ini insan biasa, yang terlalu riang dengan rasa dan cinta namun suka mendadak terguncang dan hilang kala ditimpa oleh sebuah perpisahan. Ya, seperti itulah manusia, sering lupa bahwa pertemuan itu tidak pernah kekal dan sering tidak percaya bahwa perpisahan itu adalah sebuah kepastian yang abadi. Sebagaimana fajar akan pamit pada malam, juga seperti senja yang melambaikan tangan pada sore untuk bersembunyi. Mentari, bulan, bintang, siang, dalam malam akan pergi, mereka tidak bisa selalu ada. Maka, begitu pun kita. Kita tidak akan pernah kekal bersama. Sebab, tatkala pertemuan itu kita rasa, maka setelah itu akan ada perpisahan yang menjadikan kita saling sesengukan. Seperti nyawa dalam diri kita yang akan berpisah dengan raga, bukan?
Ah, maaf. Aku tidak ingin menakutimu dengan kalimat pisah, sebab aku tahu kau memang mencintaiku seperti aku mencintai senja dan diriku sendiri. Aku tidak menakutimu, ini perihal cinta. Sebab kini, kita sedang berada di ruang tunggu. Menunggu masa menjemput aku atau kau yang terlebih dulu pergi. Andai aku yang pergi lebih awal, maka kau akan temukan tumpukkann kenangan dan jarak yang menyita air mata dari masa demi masa yang kau lalui. Jika kau yang dijemput lebih awal, maka pelangi akan hadir di kotaku dan menumpahkan rintik hujan di akhir senja sambil bergumam bahwa itu adalah hujan terindah dari cinta yang kau basahi di Bulan Juni. Namun jika kita berdua saling lupa dan berusaha pergi, ijinkanlah jarak itu bisa kita lipat untuk saling menyulam rindu di ruang tunggu yang kita punya, cinta. Biarkan kita bertemu di sana dan saling berbisik untuk tinggal lebih lama demi sekedar mengulang rasa yang pernah ada. Bisikkan pada debu, bahwa cinta kita bukan berupa bunga kertas yang akan sirna jika terkena air hujan, tapi cinta kita akan tetap berbentuk lintasan angka-angka yang tak pernah mati, redup apalai sirna. Rasa itu akan tetap menyala semakin besar dan semakin berbekas. Aku, kau, dan serupa sepotong rasa yang selalu bersikeras untuk abadi. Untuk tetap tinggal meski terpisahkan jarak. Untuk tetap bersama meski diserang ribuan rintik hujan. Untuk tetap bersatu mengulang rasa dan berucap tentang hidup kita dan cinta.
(Ditulis untuk menghindari tidur setelah sholat shubuh dan semoga yang membaca juga suka. Selamat berhari selasa, hidupku selalu selasa, selasa di sulga kalau ada kamu, cinta!)


Dear Future Wife!

You are going to be that special someone whom I will never lose in life.
You are going to be that special someone with whom I’m going to smile.
You are to be that special someone with whom I’m going to laugh.
You are going to be that someone with whom I’m going to cry.
Your smile will be mine.
Your laughter will be mine.
Your eyes will be mine.
Your heart will be mine.
Your soul will be mine.
Everything about you will be mine.
I will take you to your favorite movies.
I will take you to your favorite place to go.
I will take you to your favorite park to spend our togetherness.
I will help you with your cooking.
I will help you with your baking.
I will help you with your duty.
I will carry you to the terrace every night to have a romantic dinner conversation together.
I will bring you back to the room and cuddle with you.
I will lie on your lap and fall asleep.
I will give you gifts and blindfold surprises.
I will take you to your parents whenever you feel like.
When you sick, I will look after you just like a mother looking after her child.
When I will come back to work, I will come with your favorite ice cream and chocolates.
When I fight with you, remember that I will love you no matter what.
I will sing for you even I have a bad voice.
I will dance for you.
I will tell my daughter that she has the prettiest mother in the world.
We will have a small house, a car, and little garden.
You will not only be my wife but my friend, my girlfriend, my heaven, my second mother, my better half forever.
Hold my hands and close your eyes. Walk with me and I will never let you down baby.
Uhibbuki mitsla mâ ante, Uhibbuki kaifamâ kunteee

Wa mahmâ kâna  mahma shâra, Anti habîbatî anteee

Sabtu, 18 November 2017

Jangan Galau Berlebih Soal Jodoh

Pernah nggak Lo ngerasa di suatu waktu dimana tiba-tiba lo kepikiran bahwa usia lo sudah tidak lagi muda. Ngerasa kayak kok orang lain udah pada nikah, udah pada punya anak, sementara kok gue masih begini, sendirian dan belum juga mendapatkan pasangan? Sementara itu, ternyata si luar sana banyak sekali yang ngomongin lo, bahwa di usia yang sudah sekian kok masih sibuk mikirin karir, mikirin asmara kapan? Or sometime elo dibulli karena nggak laku-laku. Padahal, itu kan urusan jodoh mutlak milik Allah, kok manusia segampang dan semudah itu yang buat ngata-ngatain orang lain enggak laku. Tapi kalo orang lain nanya gue kenapa belum nikah juga, jawabannya simple. Gue udah sering ketemu, tapi ternyata orang yang gue temui berkali-kali itu bukan orang yang tepat. Entah dia terlalu baik, atau gue yang terlalu jahat. Hahaha
Tapi ini seriusan. Tiap kali ngeliat orang nikah, gue bukan ngerasa dipepet karena gue yang sampe sekarang masih sendiri, bukan! Toh, bagi gue jalan hidup tiap orang kan beda-beda. Misal, gue yang S2 terus jadi dosen. Laah, temen seangkatan gue SMA kan banyak yang belum sampe kesana. That’s why, I’m a true believer that marriage isn’t about falling in love and become couple. But, marriage is about udah jodoh dan sudah tiba di waktu yang tepat.
Apalagi ni ya, sering banget gue denger ‘Eh lo kan nggak jelek-jelek amat, wajah kayak bule, masak nggak ada wanita yang mau sama elo?’ dikira ngungkapin masalah asmara cuma kayak beli gorengan doang. Yang cantik mah banyak, sembriwing juga banyak yang bening-bening, masalahnya yang klop sama gue belum dapet. Dan lagi, gue bukan orang yang gampang suka dan jatuh cinta kayak buaya. Liat wanita itu suka, ini suka, semua suka, kayak barang dagangan. Trus, gue mikir juga, di usia yang sudah hampir menginjak 26, nanti di 8 Desember 2017, gue udah nggak mau yang namanya pacaran. Lelah, ngabisin waktu dan belum tentu juga jodoh. Kalo alasan buat saling kenal mah nggak usah pacaran, ada banyak jalan lain selain pacaran.
Gue masih percaya, kalo Allah itu bakal tanggung jawab sama hambaNya. Dia yang udah nyiptain kita, dia juga yang bakal nentuin dan ngasih jodoh buat kita. Begitu kan? Iya, begitu aja. Sebab males juga kalo ngomongin jodoh kayak ngomongin gorengan. Kayak di kampus juga gue sering dijodohin sama dosen tapi yang namanya rasa mana pernah bisa munafik kan? Apalagi rasa yang pernah ada. HAHAHA

Pokoknya si intinya kalo timingnya udah tepat semua bakal nemuin jodohnya. Tenang aja, idup jodoh rejeki dan mati kan jadi kuasa Tuhan, jangan galau berlebih soal jodoh,.

(Masih Tentang Senja)

Hai senja, ingin kukabarkan padamu tentang langit yang kini sudah berubah menjadi lebih gelap, tentang bau tanah yang sedari kemarin sudah terkena serpihan hujan, tentang bumi yang tak lagi kekeringan, tentang jiwa-jiwa yang sangat senang dibalut awan hitam tanda hujan kan kembali terulang. Tahukah kau senja, sebenarnya memang langit sedang menangis, bukan karena bulan ini yang terkenang dan dijuluki dengan sebutan November rain, tapi memang banyak hati yang kini sedang menangis. Diantara mereka ada yang menahan rindu tak terbilang, namun juga tak sedikit yang tak berani untuk jujur dan berujar. Seperti ranting pepohonan yang jatuh lesu saat dahan tak lagi kuat menopang kerasnya angin yang datang. Maukah kau kubisikan senja, tentang tatapan mata yang sudah hilang melayang, terbang jauh dan takkan lagi menepi dan menyapa hari-hari yang akan sering ditemani dinginnya hujan. Diantara mereka ada juga yang enggan hinggap dengan sikap yang dingin, sedingin hujan kemarin saat tubuhku tak tertutup rapat oleh tebalnya selimut kamar lesuh nan tersipuh bak malu untuk berucap tentang kata-kata yang sudah siap menerjang kalbu. Ah, begitulah sikap manusia. Kau tahu senja, saat yang lain sibuk dengan kejamnya perjalanan dunia, ada juga yang tak kuasa menahan titikan air mata jatuh perlahan karena sakitnya hujaman kenangan yang tak bisa tersambungkan. Duhai, sakit apalagi yang lebih kejam selain memori masa silam yang masih terus berdatangan. Berusaha menyapa dan memohon masa indah akan kembali tiba, tapi nyatanya rindu sungguh menyalat luka, dalam sukma begitu terjulur nyata menepis satu demi satu dinding pertahanan yang sudah tak kuasa kau pun menahannya. Apakah kau baik-baik saja senja? Masihkah kau kuat melilit jarak yang telah menciptakan ruang untuk merindu, namun rasamu itu tetap tertinggal, tertata rapi di bagian paling dasar, seperti tertuang dalam serpihan kasih sayang, namun sunyi dalam kelap malam begitu lihat melenyapkan. Bisakah kau mengelak untuk mengindar dari angin malam yang yang telah tega mengobrak abrik tumpukan kenangan, hingga lipatan yang kau ciptakan terlihat begitu berantakan. Senja, jujurlah tentang kebencian dan kehilanganmu yang tak bisa lagi kau sembunyikan, karena pada akhirnya kesepian akan memaksamu untuk melepaskan kenangan, merobek lugunya canda tawa hingga semua akan padam seperti tak pernah ada kisah, kisah tentangmu senja. Dalam sedetik masa berlalu, biarkan aku berbisik padamu, mungkin akan lebih baik jika kau merelakan dan melihat semuanya dari kejauhan, bukan karena tidak berambisi untuk kembali, tapi hempasan nafas memang sudah tidak lagi percaya pada takdir. Jalan memang panjang dan berliku, dan aku yakin kau akan sampai pada tujuanmu senja. Genggamlah erat apa yang mampu kau genggam, tak perlu lama-lama, jangan menunduk agar tertakluk, tapi biarkan segalanya akan menjadi catatan perjalanan di bulan yang penuh hujan, hujan Tuhan, hujanmu, hujan mereka. Sebelum kau berlalu, biarkan senja melepasmu dengan gurauan yang tak lagi terlihat syahdu; karena saat kau berkata kau merindu, senja juga ingin berbisik bahwa dia sangat merindumu lebih dari kepingan rindu yang kau punya, tapi akhirnya jangan terlalu banyak berkata, biarkan takdir menuliskan semua.

Kamis, 16 November 2017

Kita Pernah

Kita pernah setegar udara, jauh sebelum selebat-lebatnya air mata. Kita pernah seindah senja, jauh sebelum sekuyup-kuyupnya dibasahi kata sirna. Maka, jadikan aku sebagai suatu kekhilafan yang nantinya akan kamu sadari sebagai sebenar-benarnya kebahagiaan. Jadikan aku sebagai satu-satunya kesalahan yang nantinya akan kamu sadari sebagai sebenar-benarnya kerinduaan. Percayalah, mencintaimu adalah kesabaran. Penantian terpanjang yang pernah aku lakukan. Teruslah leluasa, sakiti hati ini sepuasnya. Kertasku masih teramat lapang untuk kugores tentangmu, selamanya. Sebab nanti, saat ruh dan ragaku telah terpisah. Dan jasadku habis di cabik-cabik hewan di dalam tanah. Hanya satuhal yang akan tetap abadi di dunia. "Kisah kita yang pernah aku bukukan"  

Akhirnya, Semua Akan Tiba

Pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku
(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin)
apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat
(lampu-lampu berkelipan di Jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti Jakarta kita)
apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu. kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta?
(haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. seperti kabut pagi ini)
manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan

bersama hidup yang begitu biru

Sabtu, 21 Oktober 2017

HIDUP ITU BANYAKIN BERSYUKUR

Tiap menit yang aku lalui dalam hidup ini, semakin sadar dan banyak belajar bahwa nikmat Tuhan itu nggak pernah habis buat bisa disyukuri dan dinikmatin. Kadang suka aneh aja sama apa yang aku alami, bisa dibilang jadi hamba yang nggak tau diri, tapi kasih sayang Tuhan tetap tidak pernah berhenti. Sebenarnya apa? Sebenarnya kita kurang bersyukur aja sama apa yang sudah dikasih Allah dan apa yang kita punya. Lisan kita ini, suka mengeluh dan meminta sesuatu yang sebenarnya mungkin belum kita butuhkan. Yang sering kita lakukan adalah membanding-bandingkan diri kita dengan diri orang lain. Membanding-bandingkan ‘kok aku gini ya, tapi dia kok gitu?’ Kok aku nggak seberuntung dia ya yang bisa ini, bisa itu, punya ini punya itu?’ Dan banyak lagi kalimat yang sebenarnya sering kita ucapkan dan seharusnya tidak kita keluarkan dari lisan kita. Syukuri aja apa yang dikasih Tuhan, sebab Dia ngasih dan bakal memberi apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Ingatkan, butuh dan ingin itu beda.
Kalau misal flashback ke belakang, mungkin dulu aku adalah sosok yang merasa kurang beruntung karena saat masih duduk di semester 6, sudah ditinggal Bapak. Beliau pergi lebih awal, padahal aku masih sangat membutuhkan sosok seorang Bapak buat meneruskan perjalanan hidup, baik itu kuliah, karir, dan juga segala hal yang menurutku selalu pas kalau diomongin sama Bapak. Berbulan-bulan mikir kenapa Allah memanggil beliau lebih awal, padahal secara kasat mata mungkin aku belum bisa menyelesaikan tanggung jawabku sendirian. Hingga baru tersadar bahwa setelah beliau pergi, Allah nggak langsung melepas aku seorang diri buat bisa menjalani sisa hidup dan bertahan di dunia ini. Sewaktu-waktu aku mikir juga bahwa dengan kepergian Bapak, itu artinya tugas beliau di dunia sudah selesai. Beliau akan melanjutkan perjalanan ke alam selanjutnya.
Dari yang awalnya aku mikir bahwa kayaknya nggak mungkin deh melanjutkan mimpi dan cita-cita dengan keadaan yang begitu runyam, tapi ternyata benar, Allah ngasih kejutan lain dengan mengirimkan orang-orang yang berhati malaikat yang bisa menjadi support system and caring each others buat meneruskan dan menggapai mimpi. Aku ngerasain bahwa banyak tangan-tangan ajaib yang Tuhan kirimkan melalui manusia-manusia yang hidup di sekitar aku saat itu. Kalau anak jaman sekarang mungkin bakal ngeluh banget kalo pas kuliah gak punya laptop, aku dulu justru setiap ada tugas dari semester satu sampe semester 2 akhir, aku selalu nebeng sama temen. Karena belum punya laptop. Meski sometime mikir juga, kok aku gini banget ya, laptop aja gak punya, kok aku ketinggalan banget ya sama temen-temen, dan pikiran lain. Ya lagi, saat itu syukurnya masih kurang banyak. Padahal temen yang aku minta nebeng nugas aja gak masalah kalo laptopnya aku pinjemin. Ya karena kurang syukurnya aja, jadi gampang ngeluh terus compare ourself dengan diri orang lain. Dulu aku ngerasain banget kok, kalo setiap kali dikasih tugas sama dosen, pasti jurus andalan adalah ke warnet, sewa Komputer buat ngerjain tugas. Dan itu berlangsung lama banget, kalo dilihat generasi sekarang, mungkin mereka bakal langsung nyerah kalo kuliah gak punya laptop. Ngerasain bisa pake laptop sendiri mulai semester tiga itu rasanya aduhai banget, semberiwing. Dan pasca Bapak pergi, aku negrasain banyak banget manusia ajaib yang dikirimkan Tuhan di kehidupanku.
Dulu, saat duduk di bangku sarjana (dengan penuh rasa syukur menuliskan duduk di bangku sarjana, because I know that not everyone of us can feel what we feel), ada teman yang bahkan rela pulang pergi kos kampus dia jalan karena motornya aku pake. Dia bilang (udah, aku jalan aja gak pp, kamu pake aja motorku). Meski kadang gak enak diliat orang lain dan temen sekelas, karena kesannya aku maksain banget buat bisa berangkat kuliah naik motor. Padahal emang teman itu baik, jadi dipinjemin motor deh. Kemana-mana jadi lebih gampang. Mungkin teman-teman mikir, yaelak motor doing. Tapi bagi aku itu adalah nikmat karena jarak kos kampus cukup jauh kalo ditempuh dengan jalan kaki. Well, kejadian lain yang kalah seru adalah karena aku punya teman deket yang super duper baik, yang selalu ada saat susah maupun senang, meski kadang bahkan sering, aku jahilin mereka. Hahaha. Punya teman anak Hukum, anak Teknik Informatika, anak HI, anak Teknik Industri, anak Ikom seperti merasa bahwa aku adalah sosok yang paling beruntung sedunia. Kalau ada kegalauan dalam dunia akademik atau finansial, mereka selalu bisa menjadi sandaran. Jujur, aku bukan mau memanfaatkan mereka, tapi justru dari mereka aku banyak belajar tentang apa arti the power of giving, the power of caring. Walau, jika aku tanya aku satu persatu dengan kondisiku yang seperti sekarang, mungkin mereka bakal jawab (Lo dulu manusia aneh yang pernah gue kenal, Zet). Haha, iya. Aku juga ngerasa bahwa dulu banyak hal-hal aneh yang aku lakuin di depan mereka. Yang kalo aku piker-pikir itu gak masuk akal banget, tapi itulah yang sudah terjadi dulu. Kalo pun waktu mau kuputar, aku gak bakal bisa. Beruntungnya karena bisa mengerti dengan kondisi yang aku jalani. Mereka bisa jadi sosok yang paling down to earth kalo udah berhadapan sama aku, entah karena mereka ngalah, atau karena mereka memang baik banget. Tapi, aku tau bahwa sering kali aku merasa menjadi manusia paling egois kalo udah berhadapan sama sosok-sosok baik itu. Sifat childish kami, sifat suka opset kami, bahkan hingga mereka yang biasa diem aja bisa berubah jadi galak dan banyak kata kalo udah berhadapan sama gue. Hahaha, baidewe kalian itu support system terbaik yang pernah ada lo gaes. Aku udah beberapa kali pindah kota, tapi belum pernah aku nemuin support system sebaik dan separah dan semulia kalian. *Ciaaaaaat-ciaaaaat.
Pas jaman aku S2 juga sama. Aku S2 itu Cuma modal nekat aja. Resign dari Perusahaan yang kata orang WOW banget, banya orang yang menyayangkan keputusanku saat itu. Alasannya sederhana dan seperti kebanyakan orang si (jaman sekarang gak gampang nyari kerja dengan salary segitu besar. Disediakan hotel lagi, lo dapat diskon itu, diskon itu, tunjangan ini, tunjangan itu). Sampe ada yang kecewa banget sama keputusanku saat itu. Tapi ya namanya hidup, aku yang bernafas, aku yang masuk keluar toilet, aku yang jalani, orang lain tukang komentar, gitu kan hidup? Saat itu aku mikir, kalo pun berhenti dan stay di perusahaan itu, tetap aja hati gue gak disana, itu bukan passion gue. Which is banyak orang bilang, dicoba aja dulu, nanti lama-lama juga bakal betah. Tapi bagi aku nggak, hidup itu bukan ajang percobaan, apalagi kalo yang berhubungan sama kerja dan masa depan. Dicoba-coba kalo sesuai passion sih gak papa ya, ini yang udah daftar Cuma pake SKL doing pasca ujian skripsi, belum wisuda dan belum megang ijazah, tiba-tiba lolos tahap satu sampe medical check up, terus masuk kerja. Dan itu gila banget, iseng-iseng berhadiah banget kalo menurut gue. Saat itu juga, teman-teman yang support penuh selalu ada, mereka bilang ya kejar apa yang jadi mimpi lo, dan mimpi gue adalah jadi tenaga pendidik (read: dosen). Meski keliatannya sepele tapi aku senang aja kalo bisa jadi dosen (ngajar, ngabdi dan berbagi dengan orang lain). Aku seolah mendapatkan kepuasan hati saat bisa berdiri menjadi seorang tenaga pendidik.
Hal lain yang aku takjub adalah semasa di Jogja menempuh S2 pun, banyak sekali sosok baik hati dan jadi teman berjuang paling oke. Yang kalo udah ngomongin masalah finansial, dia selalu ada, meski gak ngasih dan nolongin banyak, tapi solusi mereka selalu jadi motivasi terbesar buat menyelesaikan kuliah dan jadi sosok yang terus positif, positif terus. Belum lagi kebaikan ibu kosku selama kuliah di Jogja. Bayangin aja, dengan sewa kos yang super murah (3 jt) pertahun dan listrik perbulan 5 ribu rupiah, mereka selalu ngasih sarapan pagi gratis setiap hari sampe aku lulus S2. Bahkan aku pernah dimasakin menu khusus Soto Ayam pas wisuda dan itu spesial banget. Coba deh bayangin, setiap hari dikasih sarapan gratis dan kadang bahkan plus the hangat. Kalo sakit dibuatin jamu, kadang dipijatin sampe sembuh. Mereka berdua (ibu bapak kos) selalu menjadi bagian dalam setiap do’a yang aku panjatkan. Karena kebaikan mereka penuh, full, gak setengah-setengah.
Pas jaman S2, aku pernah mikir juga buat ikut student exchange ke Eropa, tapi ternyata parsial dan apalah day ague yang Cuma butiran debu dan rempehan rengginang kalo udah ngomongin masalah duit dan biaya. Terjungkal dan terpental otomatis. Jangankan buat bayar hidup di Eropa, buat S2 aja kadang suka telat karena duit beasiswa yang udah dihabisin di awal. Hahaha. Tapi Allah ngasih kesempatan bisa belajar di Malaysia dan Kamboja meski itu tidak lama. Ya lagi-lagi si kalo menurutku karena kita suka ngebandingin hidup kita sama orang lain, makanya kita jadi kurang syukur dan akhir-akhirnya itu yang membuat kita jadi sosok yang suka mengeluhkan kegetiran dalam hidup. Padahal, apa yang kita punya kadang udah lebih dari cukup, tapi masih aja mengeluh. Lantas, kapan kita bersyukurnya? Dan dulu jaman S2, banyak banget pihak yang mandang dengan sebelah mata, meragukan kemampuan, tidak mendukung, dan acap kali dianggap sebagai orang yang gak pantas buat sekolah di jenjang S2. Dan aku bukan sosok yang gampang jatuh kalo dihina orang, bahkan berusaha ngebuktiin kalo apa yang mereka katakan itu salah.
Secara pribadi gak pernah ngerasa minder sebagai alumni dari kampus swasta. Meski dalam kehidupan nyata orang-orang selalu melihat bahwa PTN itu lebih baik dari swasta. Buat aku gak, kalo belajar di kampus swasta ternyata lebih membuat aku berkembang dan deserve for everything, kenapa harus malu jadi alumni swasta? Justru anak PTN yang kudunya malu kalo lulus dan jadi alumni PTN tapi gak berkualitas dan tidak sesuai dengan standar PTN nya. Kalo masih banyak yang membanding-bandingkan alumni PTS dan PTS, itu mungkin mereka cuma liat cover doang. Pada akhirnya, kualitas, karya, dan prestasi selalu bisa ngebuktiin kok mana yang lebih unggul. Biarkan semesta dan alam yang menilainya. Kalo alumni PTN tapi melempem juga macam kerupuk yang gampang masuk angin kan sama aja. Tapi mending jangan ngebandingin, karena itu akan membuat pertikaian dan menjadikan kita sosok yang kurang bersyukur dengan apa yang kita punya saat ini.
Kalo sekarang mungkin orang bilang (enak banget masih muda udah jadi dosen), gue cuma mau bilang, ada proses yang sungguh menggetirkan untuk bisa sampai di fase ini, tidak semudah dan tidak seindah yang orang liat. Enak banget begini begitu, please don’t ask me about what you are looking at me, tapi coba tanya gimana prosesnya. Banting tulang, jungkir balik, ngesot agar bisa menjadi seperti sekarang. Dengan minus yang sebanyak ini, gue cuma mau bilang kalo ternyata dibalik sesuatu yang keliatan WOW, ada proses pahit dan getir yang harus dilalui. Jangan banyakin ngeluh, jalani aja prosesnya. Percayalah dengan kegagalan demi kegagalan yang elo terima dan elo rasain, entar lo bakal bisa tersenyum saat lo tau bahwa apa yang lo impikan dan lo usahain jadi kenyataan. Ada proses yang kudu elo bayar buat bisa ngerasain apa yang lo mau, nothing instan guys, mie instan yang banyak.

Special thanks buat Agfajrina, Enggar, Bang Fery, Bang Ali, Agung, Wira, Wahyu, Sarif, Dini, Yunis and the gengs, ibu kos dan para kaula mudanya, Nisa dkk, serta semua orang yang sudah berhati baik membantu gue saat duduk di bangku kuliah sampe sekarang. Semoga bisa segera meet up dan berbagi cerita-cerita seperti dahulu kala. Semoga bisa segera berjumpa, meski wajah dan usia sudah berbeda, semoga gelak tawa dan canda masih sama seperti dahulu kala. Kalian emang baik banget!

How to write an abstract?

Ditulisan singkat ini, aku mau berbagi sedikit pengalaman ketika menulis abstrak buat ikutan join di national or international conference. Pada dasarnya kalo buat ikutan konferensi itu baik nasional maupun internasional mereka bakal accept tulisan kita dengan dasar karena mereka butuh presenter yang presentasi pas hari H. Selain itu, anggapan bahwa abstrak yang kita submit pasti lolos karena mereka butuh dana dari pemakalah, itu nggak selalu benar. Berdasarkan pengalaman aku, meski hitungan keikutsertaanku dalam forum itu masih belum terlalu banyak, tapi memang ada beberapa kiat agar tulisan kita diterima. Dari seringnya submit abstrak, dulu abstrak aku pernah ditolak UI sama UGM. Alasannya karena dari banyaknya abstrak yang masuk, tulisanku mereka anggap belum mencapai standar yang mereka mau. So, hilangkan pikiran bahwa setiap abstrak pasti bakal lolos. Btw, biar lebih jelas, berikut aku kasih tips buat nulis abstrak yang baik (menurut gue).
Bagian abstrak itu apa aja?
Here we go!
Di bagian paling atas yang harus dituliskan adalah judul abstrak, nama penulis (bisa lebih dari satu), afiliasi penulis atau bisa juga keterangan institusi, dan di bagian paling akhir adalah alamat email. Butuh contoh?
Gini dia:
Diplomasi Publik ASEAN+3 Sebagai Upaya Pencegahan Meningkatnya Regionalisasi Isu Terorisme Akibat Pengaruh ISIS di Kawasan ASEAN
Hardi Alunaza SD
Prodi Ilmu Hubungan Internasional Univeritas Tanjungpura Pontianak
hardialunaza@gmail.com

Note: untuk judul maksimal 18 kata ya guys, jangan lupa di bold dan font nya 12. Antara judul dan biodata penulis itu spasinya 1. FYI, panjang abstrak biasanya 250 hingga 300 kata dengan disertai 3-5 kata kunci.
Lanjut ya.
Bagian abstrak yang pertama adalah: Purpose and Objective of Research (Tujuan dan Objek Tulisan). Jadi, di bagian ini, teman-teman diminta untuk menjelaskan atau mendeskripsikan tulisan teman-teman tsb akan membahas tentang apa. Misal, tulisan ini bertujuan untuk mengelaborasi diplomasi publik yang dilakukan oleh Negara-negara di kawasan ASEAN sebagai upaya pencegahan meningkatnya regionalisasi isu terorisme akibat pengaruh ISIS di kawasan ASEAN.
Kedua, problem statement (permasalahan penelitian). Disini kita diminta untuk menjelaskan atau menyebutkan apa permasalahan yang ada dalam tulisan kita tsb, mengapa tulisan tsb layak dijelaskan lebih jauh.
Ketiga, research question atau pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitiannya bisa how atau why tergantung kepada penulisnya mau menggunakan bagaimana atau mengapa.
Next, indication of method. Yakni metodologi dalam penelitian yang ditulis, baik dari jenis penelitiannya, pendekatan penelitiannya, cara mendapatkan datanya, jenis data, teknik analisa data, hingga batasan materi atau tahun dalam tulisan.
Selanjutnya adalah temuan penelitian. Bagian abstrak yang nggak kalah penting dan paling penting adalah temuan penelitian. Di bagian ini kita diminta untuk menunjukkan apa aja hasil dan temuan penelitian dari tulisan kita. Hasil dari tulisan bisa dibuat dan dibagi menjadi beberapa bagian. Jika didalam kalimat biasanya begini: (Hasil dari temuan ini menunjukkan bahwa diplomasi publik yang dilakukan Negara ASEAN+3 dapat diklasifikasikan menjadi tiga poin penting dalam menanggulangi isu terorisme di kawasan ASEAN. Pertama, bla bla bla. Kedua, blab la bla. Ketiga, bla bla bla). Jika hasil temuannya hanya singkat, bisa langsung di drop dalam kalimat tunggal. Namun, jika banyak, bisa dibagi menjadi beberapa bagian. Bagian tsb lah yang akan menjadi sub pokok bahasan nanti di bagian penjelasan paper yang kita tulis. Jika limitasi hasil temuan penelitian tulisan dua, berarti di pembahasan akan dua sub bahasan. Jika limitasi hasil temuan penelitian tiga, berarti di pembahasan aka nada tiga sub bahasan, sehingga pembahasannya fokus, tidak kemana-mana.
Next, purpose of solution. Di bagian ini kita diminta untuk memberikan apa solusi yang tepat dari permasalahan yang ada dalam tulisan kita. Bisa jadi hasil temuan penelitian kita belum sesuai harapan, sehingga di bagian purpose of solution bisa dijelaskan apa solusi yang cocok untuk permasalahan yang sedang kita jelaskan dalam tulisan kita tsb.
Di bagian akhir boleh ditulis kesimpulan atau tidak juga tidak masalah. Setelahnya jangan lupa diberikan kata kunci 3-5. Setiap awal kata kunci adalah huruf kapital dan dipisah oleh tanda koma (,).
Kesimpulannya bagian abstrak itu ada: Judul, biodata penulis, afiliasi penulis, alamat email,  purpose and objective of research (tujuan dan objek tulisan), problem statement, research question, indication of method, expected results yang dapat dibuat menjadi beberapa poin, purpose of solution, kata kunci 3-5 kata. Panjangnya 250-300 kata (menyesuaikan permintaan panitia atau pihak penyelenggara konferensi).
Berikut mimin kasih beberapa contoh yes. Check it out…

Rethinking Issues of Identity and Citizenship as Recognition of Culture and Religion in Pontianak West Kalimantan
Hardi Alunaza SD
Department of International Relations, Tanjungpura University
hardialunaza@gmail.com

Abstract
This article is attempted to consider ways in which this discussion the issues of identity and citizenship can be improved by recognizing different categories of Muslim and Non Muslim Communities and different categories of responses from the Pontianak Government in West Kalimantan. This paper is using multi method with qualitative approach. The data collection technique is based on field research, literature study consisting of books, journals, and including data from the reliable website in supporting the explanation of this paper. According to identity politics, the results of this research are divided into three sources of religious and culture recognition. The first is the request to be free in cultural terms that is stigma and cultural devaluation. The second is the request to be equal in socio economic term that is equal in employment and educational achievement. The third is request to be equal in representational terms that is political representation.

Keywords: Identity Politics, Recognition of Culture, Religion and Citizenship  



Thailand Government Policy to Response Malaysia New Border Issue in Maintaining National Security and Foreign Affairs
Hardi Alunaza SD dan Aiddaris Budiah
Graduate Student in International Relation Program
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
hardialunaza@gmail.com

Abstract
This research is attempted to describe Thai Government policy in managing border issue focusing on case between Satun Thailand and Perlis Malaysia. The main purposes of this essay is to answer the question how Thai Government policy responds the Malaysia’s new border policy regarding to human trafficking issue. By using descriptive method with qualitative approach, the researchers took specific interest on decision making theory and human security concept to analyze the phenomena. The result of this research shown that Thai government respond in two points, the first is Thai government is using the conservative approach through policy in maintaining national security of foreign affair and reducing social inequality by creating opportunities to public service. The second is Thai government is using the accommodative approach by following the Malaysia policy and legitimating to the local government to solve the border issue in Satun (Thailand) and Perlis (Malaysia). 
Keywords: Thai government Policy; Malaysia new border Issues, Human Trafficking.


The Role of KontraS as Track-6 on Multi Track Diplomacy for Conflict Resolution (Case Study Human Rights Crisis in Myanmar in 2015)
Hardi Alunaza SD, International Relations Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Mauidhotu Rofiq, International Relations Department Ege University
Abstract
This research is attempted to describe the role of KontraS as track-6 on multi track diplomacy for conflict resolution in Myanmar in 2015. The researcher took the specific interest on multi track diplomacy and transnational advocacy concepts to analyze the phenomena. Furthermore, this essay is using descriptive method with qualitative approach. The data collection technique is literature study consisting of books, journals, and including data from the reliable website in supporting the explanation of this research. The result of this research is divided into two important points in explaining the role of KontraS in cases of human rights crisis in Myanmar. First, KontraS as human rights NGO in Indonesia was able to advocate against human rights violence that occurred in other countries by encouraging Indonesian Government to take a part in the resolution of human rights issues affecting the Rohingya people in Burma. Also, KontraS take advantages of transnational advocacy networks as a form of politics and accountabilities responsibility of Non-Governmental Organization against human rights crisis in other countries.


Keywords: Conflict Resolution, Human Rights Crisis, Multi Track Diplomacy, Transnational Advocacy

Kamis, 23 Februari 2017

Pontianak, Catatan Perjalanan Part I

“Semua yang kamu butuhkan, akan Allah berikan di saat yang tepat, percayalah!”

Ya Tuhan, terima kasih untuk nafas yang masih gratis ini. Sungguh, perjalanan ke Pontianak ini adalah perjalanan yang tak pernah terlintas dalam benakku sebelumnya. Dari beberapa kampus yang aku kirimkan lamaran di bulan Desember lalu, sungguh aku telah meminta pada Tuhan agar Dia menempatkanku di pulau Jawa. Lokasi yang sudah membuatku begitu nyaman dan menikmati hidup dengan tenang. Keramahan manusianya yang sudah tidak lagi diragukan, kebaikan orang sekitar yang selalu membuat hati terasa nyaman. Dan semua tentang keindahan tinggal di pulau jawa. Ya, dalam do’a di akhir malam-malam panjangku di awal Januari lalu, aku meminta agar Ia memberikanku rizki untuk bisa duduk dan bertahan lebih lama lagi di pulau jawa. Dengan penuh harapan aku meminta padanya agar memberikanku tempat yang membuatku bisa berkembang.
Ah, Allah itu selalu penuh surprise. 11 Januari aku dapat email sebagai tanda bahwa aku diterima menjadi dosen muda di Universitas Tanjung Pura Pontianak. Dalam gelisah mencoba menentukan pilhan hidup. Benarkah harus ke Kalimantan? Melepaskan genggaman Indonesia Mengajar yang sudah aku kejar mati-matian, meluangkan waktu untuk menulis 18 halama esai demi bisa menjadi Pengajar Muda. Lagi-lagi, Allah memberikan hikmah bahwa Ia tidak sedang tidur dalam menentukan nasibku. Dengan hati ikhlas dan bismilah, akhirnya di 31 Januari aku memberanikan diri untuk mencoba tempat baru. Ya, Pontianak akan menjadi saksi perjalanan hidup baru yang akan memberikan banyak pengalaman dan pelajaran.

Kejadian luar biasa yang pertama aku alami disini adalah naik gojek yang drivernya super ramah. Dimana mana memang banyak sekali orang baik, aku aja yang agak jahat sama orang lain, wkakakaka. Tidak hanya sampai disitu, ternyata kos di Pontianak ini juga asik, deket dengan tempat makan, deket dengan masjid, deket dengan indomart, deket dengan kampus, kurang apalagi? Alhamdulillaah sekali, baru tiga hari tinggal di Pontianak langsung merasa betah. Semoga saja adalah awal yang baik. Belum habis nikmat Tuhan yang terindah, Dia kirimkan lagi rekan-rekan dosen muda yang menyenangkan, yang baik, yang kompak dan yang bisa saling mengerti satu sama lain. I’m feeling so blessed dikelilingi oleh manusia-manusia luar biasa yang baik dan berjiwa tangguh menatap masa depan. Bagaimana kawan, keseruan apalagi yang akan kita lakukan hari ini, hari esok, dan hari-hari berikutnya? 

Karena Dirimu Rinduku Takterbendung (KDRT)

Setiap momen pasti memberikan kesan tersendiri untuk para penikmatnya, seberapa jauh berjalan, sejauh itu pula pengalaman akan bercerita tentang kehidupan yang hingga saat ini masih memberikanku kesempatan untuk bernafas. Menikmati indahnya dunia dan karunia Ilahi yang sangat sulit untuk aku definisikan dengan kumpulan kata dalam kalimat bahkan menjadi hitungan paragraf. Bagian terindah dari sebuah hari yang terus berputar ditemani mesin waktu adalah senja. Meski malam menawarkan kerlipan bintang dengan sinar rembulan, namun senja selalu bisa membuaiku menjadi insan yang merasa begitu bahagia saat ia menyapa. Senja berbeda, ia tidak seperti titik yang mengakhiri tanpa seruan dan tanya. Bagian terbaik dari hadirnya adalah ketika aku sadar warna jingga itu beradu sempurna dengan bayangan burung berkicau yang akan kembali ke peraduannya. Ditemani rayuan pohon kelapa yang rindang dengan asmara memuncak, sayup berlalu membahagiakan siapa pun yang menyaksikannya.
Andai senja bisa kubeli, akan kuhadiahkan ia untuk semua orang terbaik dalam hidup yang aku punya. Hingga mereka bisa merasakan kedamaian yang tak berujung dan tak pula bertepi, hadirnya abadi. Jika malam memintaku untuk mundur karena lelah yang tak teratur, senja selalu memanjakanku dengan indahnya sayap-sayap semesta. Tak butuh waktu banyak  untuk mencarinya, ia akan hadir tanpa harus kupanggil. Mengenalnya adalah sebuah keindahan yang takkan kuhapus dalam catatan utuh suatu fase kehidupan. Ia adalah senja, ciptaan Tuhan yang amat teristimewa untukku, untuk kita.
Pagi ini rindu masih memaksaku untuk mendekatimu, meski hanya lewat sebait do’a sebagai pembuka suasana pagi buta saat mentari masih terlihat malu malu menampakkan wujudnya. Setiap kali aku mengingatnya, aku selalu lupa. Entah, harus berapa kali lagi aku harus menjatuhkan hati dan memungut sendiri semua serpihannya. Meski pernah kecewa, justru aku yakin dengan semua itu aku akan semakin kuasa berpijak di atas kaki. Tak peduli walau luka luka itu tak bersuara, sebab air mata pun jatuh tanpa bicara. Dari banyak bait yang kucipta, ku ingin berkata, kau tak perlu menjadi siapa pun untuk aku kagumi, karena kau sudah lebih dari apa yang aku minta pada sang pencipta. Biarkan kita saling melengkapi dalam kekurangan karena kita adalah rahmat dalam perbedaan.
Aku tak berpikir lagi bagaimana memulai cinta dengan tanda titik tanpa koma dengan kisah kisah yang bersambung. Yakinlah bahwa kau punya ruang khusus di sanubariku, dan kau akan sempurna karena telah hinggap di dalamnya. Aku berkata dengan hati yang sudah kupasrahkan pada sang penguasa alam, yang akan membawa kita terbang tinggi dengan sayap cinta dan kebahagiaan. Aku bertahan demi engkau, demi segala dan demi selalu bersama sama. Saat asa menemani di sudut ruang gelap,  tak berfikir sedetik pun untuk terlelap. Saat aku harus bangun dari sebuah angan-angan, merangkai mimpi sejati yang tak hanya sekedar  pujian. Aku tak pernah lelah, meski terkadang, keluh kesah selalu menari menyertaiku dalam sunyi. Dan saat pelupuk mataku terpejam, bulan tertunduk menghias hati yang sedang muram. Kita akan terus berdiri, melangkah pasti dengan ketegaran hakiki. Menghirup aroma kesejukan dari dalam diri kita, dengan sorot mata yang akan selalu bersinar, menyingkirkan lara dan membuatnya menjadi bara api. Genggam tanganku erat dan mentari akan tersenyum mengiringi aku dan masa depan kita. Tak peduli meski ribuan nafas yang memandang dengan sayatan luka dan tatapan tajam tanpa henti, aku akan terus berjalan. Melewati dinginnya udara yang akan membawamu menuju tabur jutaan permata.
Subuh terasa begitu hening, fajar menyingsing ketika terdengar sahut kokok ayam satu sama lain. Malam sudah berlalu bersama hilangnya cahaya kelip bintang dan ocehan rembulan yang tak bergeming. Seketika hening sempurna datang memeluk. Tidak ada suara sahut kokok ayam, terdiam. Fajar itu kemudian redup, seperti dibasahi embun pagi, yang kemudian redup karena rindu datang mendekat, mengetuk seluruh bagian kehidupan. Kita bisa apa?
Tentang senyum sederhana bahagia yang terpikat dalam setiap derap langkah. Menyusuri liku perjalanan yang masih panjang kemudian kita terhenti sejenak. Aku masih ingat, saat alunan lagu indah mengudara di dalam mimpimu, membawamu terbang jauh, hingga kau sadar pelukan-pelukan manja masih kau dapatkan. Tentang belai-belai manja setiap aku duduk terdiam meski tidak sesengukan di depanmu. Ketika gumpal tebal ingatan datang menyapamu untuk mengetuk tawa lepas dari mulutku. Haruskah terkujur kaku? Kemudian inikah yang kau beri nama rindu?
Yang ku tahu Engkau akan tetap menjadi nomor satu di sudut hatiku. Karena satu akan tetap satu, takkan menjadi dua dan haram menjadi tiga. Seperti ketetapan bahwa aku akan tetap menjadi aku, takkan pernah menjadi kamu, dia apalagi mereka, namun bisa bersatu menjadi kita. Tak usah kau ragu, melangkahlah maju denganku. Berhentilah untuk bertapi-tapi, temani aku tanpa berjika-jika. Kita perlu menikmati segala apa yang kita punya tanpa perlu berandai-andai. Dunia ini akan lebih baik tanpa rasa takut. Selamat pagi semesta bertabur riuhnya suara suara hati yang masih berharap dengan penuh getir sukma sukma bahagia. Kau akan selalu menjadi titik yang membuatku berhenti tanpa seruan juga tanpa tanya.

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkunga...