Selasa, 09 Januari 2018

Just me?

Beberapa minggu ke belakang ini selalu hinggap di benak ane pikiran tentang kekurangan yang ada di dalam diri ini. Bahkan 26 Desember lalu, di malam yang begitu gelap dan ane hanya sendirian di rumah. Alhamdulilah, Allah kasih kesempatan tahajud terus nangis sepanjang sholat sampe keluar segala beban yang ada di dalam jiwa. Merasa lega banget, setelah sekian lama sibuk kerja dan aktivitas di kampus, akhirnya bisa melepaskan segala keluh kesah dihadapan sang pencipta. Di saat itulah ane baru merasakan ternyata benar, memang curhat sama Allah itu lebih dekat intim dan melegakan. Disana ane baru merasakan bahwa apa yang selama ini dihadirkan, diberikan kepada ane adalah bentuk anugrah. Meski selalu ketika bangun pagi ane mikirin, kok ane begini ya, kok ane begitu ya, dan begini begitu yang lain. Ane merasa banyak sekali kekurangan dalam diri ini yang ane tidak punya daya untuk menyembuhkan itu semua. Entah dari sisi gapteknya, entah karena kurang bisa sosialisasi dengan baik sama society ane, atau bahkan keburukan yang lain yang ane rasa susah sekali diperbaiki apalagi dihilangkan. Ya, ane juga manusia, mikirnya selalu yang jelek. Padahal kan kata Allah Dia tidak membebani kita sesuatu yang tidak bisa kita pikul. Lantas, kenapa masih mengeluhkan kekurangan?
Suatu waktu ane mikirin, siapa ya jodoh ane sebenarnya, kok gak ada Nampak tanda-tanda sampe sekarang dan ane merasa tertekan. Hahaha, anak muda bawaannya under pressure kalo dtanyain kapan nikah. Apa gue doang yang begitu? Lalu, gue juga mikirin kok gaptek banget jadi manusia, seperti membetulkan listrik rusak aja gue kadang males, takut kesetrum, sampe yang kayak kapan bisa bawa mobil, kapan bisa punya usaha sendiri, sampe kapan-kapan yang lain-lain. Hanya gue doang yang begitu? Katanya si enggak. Sebab, Tuhan tidak sedang bermain dadu dalam menentukan nasib hambaNya, lalu kenapa cemas. Kata Allah, semua sakit ada obatnya, kecuali tua dan maut. Lalu kenapa masih bingung kalo punya penyakit? Semematikan apa penyakit Anda? Sometime mikir, virus mematikan adalah ketika kita membandingkan diri kita dengan orang lain, lalu hati merasa tenang karena tidak boleh membanding-bandingkan. Tapi sometime juga hati dan logikan gue gak singkron, mengeluh aja maunya. Udah berusaha ditahan juga kadang tetep aja kebablasan. Manusia!
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman, manusia memang diciptakan berkeluh kesah. Jika ditimpa keburukan ia berkeluh kesah, jika ditimpa kebaikan ia lupa dengan Tuhannya. Kecuali orang-orang yang sholat, yang dapat menjaga sholatnya dan meninggalkan kata-kata yang tidak baik. Tapi gue nyadar, gue bukan tipe orang yang baik yang selalu bisa sholat lima waktu jama’ah, karena somehow gue juga males buat ke masjid. Apalagi kalo iman gue lagi turun banget, kerasa banget mau apa-apa galau. Apakah hanya gue doang yang merasakan fase-fase begini? Pastinya tidak. Oh Tuhan, yang mempunyai hati dan ruh yang menetap dalam jiwa ini, ijinkanlah kami untuk bisa terus memperbaiki diri, berada di jalan yang lurus, dan selalu dalam naungan hidayahMu Rabb. Jangan biarkan kami melenceng jauh dan mengikuti hawa nafsu dan bisikan saitan yang terkutuk.
Dari semua kecemasan hidup yang gue alami, masih percaya bahwa nanti akan tiba masa dimana galau bin gelisah ini akan pergi. Satu persatu akan Allah genapkan segala nikmat, insya Allah. Bukan hanya buat gue doang, buat kita semua dan kalian di luar sana yang berpikiran bahwa hidup ini kadang kejam, percayalah, bahwa kita yang sudah salah sangka. Allah bahkan udah nentuin apa yang terbaik untuk kita, ngasih apa yang kita butuhkan dan memberikan apa yang kita perlukan. Jika hati kita masih galau, itu karena kita jauh dari tuntutan hidup kita yakni Allah, Qur’an dan tuntunan Rasul. Perbanyak istigfar, masih ada waktu untuk memperbaiki segalanya. Karena Tuhan tidak pernah bimbang, Ia selalu imbang. Tuhan tidak sedang bermain dadu dalam menentukan nasib hambaNya. Percayalah, bersama setiap kegalauan dan kesulitan hidup, pasti selalu ada jalan keluar yang terbaik yang sudah Allah siapkan. Jangan menghindar, tapi jemputlah. Hari esok insya Allah bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

 (Maafkan jika isi tulisan ini gak nyambung, lagi gak mood banget nulis tapi dipaksa.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkunga...