Sabtu, 24 Februari 2018

Kita Bukan Manusia Dewasa

Manusia yang dikatakan dewasa adalah manusia yang mampu menahan amarah dan meletakkan logika pada bibirnya saat bertemu dengan masalah. Manusia yang mampu memposisikan hati pada penglihatannya, dan menempatkan senyum saat dia benar-benar terluka.

Manusia yang dikatakan dewasa adalah manusia yang bisa mencerna apa yang dikatakan orang lain namun tidak serta merta kecewa, ia mencerna segalanya dengan hati bukan semata dengan isi logika. Manusia yang dewasa adalah manusia yang berhenti mengkaji salah manusia, sebab ia sadar dirinya juga jauh dari kata benar.

Manusia yang dewasa adalah mereka yang menghindari debat dan ocehan tidak bermutu yang kerap kali berujung pada adu jotos dan kuatnya otot. Yang dikatakan manusia dewasa adalah mereka yang terus dan selalu bisa berusaha membumi meskipun nama mereka berada pada taman eden yang berbau kasturi.

Adakah kita masuk kriteria itu semua? Tidak! Sedang kita jauh dari kata dewasa dan seringkali terlambat memnai usia padahal umur sudah tidak lagi muda. Lalu aku teringat pepatah yang mengatakan"Tua itu pasti, sedangkan dewasa itu pilihan."

Merapikan Rindu, Mengidam Temu

Semesta tak bisa berkata banyak saat matahari tak menampakkan diri di pagi hari. Ia seakan mengerti bahwa rindu akanmu butuh perpanjangan durasi di alam mimpi. Apakah kau mengerti mengapa aku mencintaimu tanpa tapi? Sebab hanya kau yang selalu mampu mengalahkan berjuta keindahan alam dan samudera yang sering aku temukan di dunia. Semoga di hari-hari pekan depan, kita sama-sama diliburkan. Untuk sekedar merapikan rindu yang sudah lama mengidam temu.

Bagaimana perihal merapikan rindu yang mengidam temu.
Duduk bersamamu, menatap indah matamu, bersandar di pundakku dan saling melepas tawa satu sama lain hingga lupa bahwa alam memperhatikan gerak-gerik kita. Kadang kau tersipu, lalu kukatakan untuk apa malu, bahkan sebenarnya semesta sedang cemburu pada kita. Dua insan yang selalu dimadu cinta. Meski jarak sering memberikan lupa, namun temu adalah obat yang paling ampuh mengobati semuanya.

Kadang aku rindu, sekedar rindu dengan tawa renyah dan banyolan tidak penting yang lompat dari lisanmu. Yang membuatku betah duduk berlama-lama menanti cahaya senja. Menemani insan yang begitu aku agung-agungkan dan aku kagumi pribadi dan isi hatinya. Seperti burung merpati, kau kerap kali pergi jauh kemudian kembali saat lelah datang menghampiri. Bak gantungan baju, menggantung tinggi namun tak lupa jatuh kembali kepada sang pemilik benda mati.

Akulah manusia yang paling beruntung, yang sejak lama selalu kau sanjung. Bagaimana bisa aku berdusta bahwa memang hatiku hanya untukmu saja. Satu, maka selamanya akan begitu. Ia tidak akan pernah mendua, dan akan haram berubah menjadi tiga. Kita begini saja katamu. Berdua dan bahagia. Sebab seperti yang kau selalu bisikan padaku, bahwa berdua adalah bahagia. Sendiri adalah sepi, dan bertiga adalah luka. Sampai ketemu minggu depan, kamu semesta hidup dan matiku.

Minggu, 11 Februari 2018

Hasil Mengabdi di Semester Ganjil

Semester ganjil sudah berlalu, inilah beberapa karya yang bisa kami berikan sebagai rekam jejak untuk kemudian sama-sama terus belajar dan belajar. To remember what happeded here a thousand year ago. Semoga semester genap nanti, akan banyak lagi karya yang bisa diberikan demi menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih baik lagi. Pribadi yang baik, berarti tidak hanya pribadi yang maju dan mengutamakan kualitas diri sendiri, tetapi juga pribadi yang peduli dan bermanfaat untuk manusia-manusia di sekitar mereka. We are in competition with no one, We just have desire to play the game of being better that others. We are simply trying to be better than the person that we were yesterday. Mari saya sampaikan beberapa cerita tentang rekam jejak mereka.

1. Sunarti, Winny Saptaria, dan Sintia. Mahasiswi Prodi HI 2015 yang terpilih sebagai delegasi Untan dalam International Conference on Maritime Culture and Historical Values in the Global Competition Era di Undip Semarang. Judul Paper mereka adalah Nato Resolution Related to Maritime Security; Ship Hijacking in Somalia.
2. Maria Adisti, Titik Yulianingsih, Dian Sumella Utami, Eka Rima Oktaviana, dan Stephanie Via Febby. Mahasiswi Prodi HI 2017 yang terbagi menjadi dua tim dan terpilih untuk mempresentasikan paper mereka di International Conference on Maritime Culture and Historical Values in the Global Competition Era di Undip Semarang. Judul paper mereka adalah The Defence of Buang Jung Tradition by Sawang Tribe at the Coastal Area of Belitung Island. Kelompok yang lain menuliskan paper dengan judul The Harmony between Dayak and Melayu in Semitau, Kapuas Hulu West Kalimantan. Ini ada cerita menggelitik dengan teman-teman HI 2017, sebab saat mau pendampingan pembuatan abstrak satu sama lain sudah oke, tbtb saya ketiduran jadinya molor abis. Padahal merek sudah menunggu di Perpusda. Dengan mata kurang 2 watt akhirnya memaksa diri berangkat dan jadi manusia paling ribut di pustaka *tidak untuk dicontoh ya!

Kalau kakak-kakak dari HI 2015 sudah tidak perlu diawasi karena mereka sudah terbiasa dengan paper dan sejenisnya, anak 2017 alhamdulillaah 2X melaksanakan pendampingan untuk simulasi presentasi dan diskusi tentang conference. Well done, mereka berhasil tampil memukau dan akhirnya menikmati atmosfer menjadi mahasiswa HI super kece meski di usia yang masih seuumur jagung. Tenang, kita nggak beda jauh kok teman-teman, saya juga masih muda HAHAHA

3. Anisa Fahri, Diva Putri Amelia, dan Hofifah Oktafini. Mahasiswi HI 2017 yang berhasil terpilih sebagai delegasi debat Gelora Nusantara di Palembang. Mereka menulis tentang penanggulangan sampah Kapuas. Meski tidak jadi berangkat karena kekurangan dana, setidaknya mereka sudah berkali-kali revisi dan tahu bagaimana menulis abstrak yang baik dan benar. Sedikit bocoran, mereka saat itu sudah hampir menyerah karena berkali-kali saya minta revisi, tapi mereka strong women dan mendapatkan berita gembira yang akan mereka ulangi lagi di semester kedua nanti sepertinya. Kita do'akan saja ya.

4. Gandhi Wijaya dan Fitriani dari HI 2017 yang terpilih menjadi presenter dalam International Law Fair and Maritime Conference di Bali. Masih maba udah ke Bali aja ya. Congrats dan terima kasih sudah keukeh harus berangkat meski minim persiapan dan dukungan dana. Kalian berdua dabesh banget!

5. Berikutnya ada Arni Nur Sukma Pertiwi, Delianti, dan Virginia Sherin. Mereka dari HI 2015 dan 2016 yang menulis proposal PKM-K tentang lidah budaya. Saya lupa apa judul lengkapnya, tapi alhamdulilaah lolos di tingkat universitas. Semoga bisa lolos di tingkat nasional dan mendapatkan dana untuk pengembangan usaha PKM-K nya ya. Hingga kedepannya banyak lagi adik-adiknya yang tertarik dan bergabung menjadi pejuang PKM dari Prodi HI.

6. Juga ada Sherin, Rajuali Aditya, Hofifah, dan Diva yang tergabung dalam satu tim PKM-K yang juga lolos di tingkat universitas. Harapannya semoga mendapatkan dana juga untuk pengembangan usahanya. Semoga teman-teman maklum dengan kemampuan saya menjangkau kelompok satu dengan kelompok yang lainnya. Jika banyak yang belum terjangkau, harap dimaafkan dan akan jadi pembelajaran bagi saya kedepannya. Tetap semangat ya Specta Squad from IR Untan.

Selain keenam yang sudah disebutkan diatas, banyak lagi teman-teman HI yang sudah mulai aktif ikut lomba essay dan karya tulis ilmiah tingkat nasional, Meski mungkin masih belum jadi juara, penting mental kalian dan keberanian kalian menulis sudah sangat luar biasa. Digenjot terus yes, seiring banyaknya proses pasti nanti jadi kebanggaan banyak insan. Percaya deh sama gue, hehehe. Yang tidak kalah penting, mahasiswa HI saat ini sudah bermental baja buat submit tulisan di jurnal nasional. Semoga ada yang lolos, do'akan ya.

Eh iya, adalagi tu dari fakultas lain. Ria Irawan dari Prodi sejarah. Alhamdulillaah, berhasil juga jadi presenter di Undip bareng teman-teman maba. Serta, ybs juga terpilih sebagai juara 2 karya tulis ilmiah di tingkat provinsi Kalimantan Barat. Beradu ketat dengan mahasiswa dari IAIN. Meski sudah kena letupan amarah gegara dibilangin ngeyel tapi dia sadar diri. Maafkan saya Bro. So far, progres kamu sangat baik. Lanjutkan Broh. Make people around you proud for having you, here!

I believe, they will improve their skill in English Language to achieve better things in the future. Jangan malas berproses, buang semua keluh kesah, disiplin dan terus berusaha. Saya yakin dan percaya, kalian akan jadi orang hebat nanti di kemudian hari. Hanya jika kau menyerah, maka kisahmu akan usai. Selama kau berusaha, akan banyak tawa dan tangis bahagia yang kau lalui karena usaha dan kerja keras yang kau usahakan. Tumbuhlah dengan kualitas Nak, kalau sudah punya pengetahuan dan punya keahlian, ajari yang lain. Bawa kampus kita ini ke arah yang lebih baik. Jangan mau jadi mahasiswa jago kandang, bisa ngomong doang, tapi kemampuan akademiknya nol besar. Terus tanamkan bahwa action speaks louder than words. Aksimu itu bisa ngomong lebih kencang dari omonganmu. Ayo dipacu lagi semangat kompetisi dan perbaikan kualitas dirinya. Belajar dari setiap orang yang kalian temui, walaupun mimpimmu itu keliatannya gak mungkin, usahakan, capai dan nikmatilah.

Pacu terus semangat untuk memperbaiki kualitas diri kak, bang. Jangan mengulangi kesalahan dan tindakan yang tidak bermanfaat agar terlihat besar, itu udah nggak jaman. Jangan cuma bisa berkompetisi di dalam kandang, lihat dunia luar agar kau tahu bahwa kemampuanmu itu masih jauh dibawah sehingga kau terus berusaha memperbaiki kualitas diri. Jangan tiru yang tidak baik, jangan tiru yang tidak positif, jangan ulangi hal-hal yang menghabiskan masamu untuk produktif. Jadilah manusia yang aktivis, yang tau kapan harus kuliah, kapan harus berorganisasi, kapan harus menulis, dan kapan harus bersenang-senang alias piknik. Luluslah secepat mungkin dan kuasailah soft skill sehingga ketika kamu lulus, kualitasmu tidak diragukan. Aktif terus, positif terus, berprestasi terus. Demi kamu, demi adik-adikmu, demi masa depan dan peradaban yang lebih baik.

Selain mendampingi mahasiswa, alhamdulilaah masih bisa nerbitin tulisan di Pontianak Post, artikel di Jurnal Komunikasi Atma Jaya, nerbitin artikel di Komunikasi Universitas Indonesia, nerbitin artikel di prosiding buat konferensi internasional, nerbitin tulisan di Bunga Rampai HI UI, dan sebagai delegasi Kalimantan Barat dalam Munas Kedaulatan Indonesia di Jakarta.

Terakhir, saya ingat bunyi kutipan seperti berikut:
- Apa yang membuatmu bahagia? Yaitu saat kamu bisa membuat orang lain bahagia. Semoga dengan segala prosesnya, mereka yang saya sebutkan diatas adalah sosok yang bahagia menikmati proses dengan saya.
- Pahala ibadah yang tidak akan putus alirannya adalah 'ilmu yang bermanfaat'. Jangan cuma digali, tapi kita lupa untuk memberi. Jangan cuma mencari, tapi kita lupa berbagi. Jangan memperkaya diri, tapi kita lupa manusia di sekitar kita.


*Bukan pamer, bukan untuk dipuji, tapi semoga menginspirasi. Welcome semester baru, semangat baru, kelas baru, dan dengan prestasi yang tidak kalah banyak dan super. Hope so!

Buah Mengabdi Satu Semester Dulu

Semester genap sudah berlalu, inilah beberapa karya yang bisa kami berikan sebagai rekam jejak untuk kemudian sama-sama terus belajar dan belajar. To remember what happeded here a thousand year ago. Semoga semester ganjil nanti, akan banyak lagi karya yang bisa diberikan demi menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih baik lagi. Pribadi yang baik, berarti tidak hanya pribadi yang maju dan mengutamakan kualitas diri sendiri, tetapi juga pribadi yang peduli dan bermanfaat untuk manusia-manusia di sekitar mereka. We are in competition with no one, We just have desire to play the game of being better that others. We are simply trying to be better than the person that we were yesterday. Mari saya sampaikan beberapa cerita tentang rekam jejak mereka.

Pertama, Sunarti mahasiswi Prodi HI 2015 yang ketika saya minta dibuatkan abstrak dari tulisan tugasnya di mata kuliah Perbandingan Sistem Politik, ia merasa minder dan tidak PD. Takut tulisannya akan ditertawakan oleh teman-teman yang lain. Hingga ketika abstrak itu lolos, kemudian kami diminta untuk mendampingi proses revisi dan translasi kedalam bahasa Inggris, ia masih tidak PD dengan hasil tulisannya. Proses demi proses untuk meyakinkan dia terus berlanjut hingga akhirnya tibalah dalam satu momen saat Konferensi Internasional berlangsung di Unair Suarabaya. Dari awal pembukaan seminar dia sudah terlihat begitu nervous, padahal saya tahu betul bahwa ia punya potensi besar dan kemampuan academic writing yang mumpuni. Well, what happeded? Dalam Konferensi Internasional yang berlangsung, saya melihat audiens terperangah dengan tampilan PPT dan presentasi yang kami sajikan. Mereka sedikit kaget bahwa paper yang kami kirim ke international conference tsb adalah hasil tugas mahasiswa. Saat itu kami menggunakan Prezi dan PPT yang terstruktur untuk menyampaikan isi paper kami, mulai dari objective of research, problem statement, research question, limitation of paper, expected results, purpose of solution, hingga conclusion. Mungkin dia tidak percaya tapi akhirnya "Pak, ternyata kita sudah selesai, alhamdulillaah tidak ada yang nanya. Terima kasih Pak." Pesannya? Jangan takut untuk berproses, toh kalau salah juga tidak dosa karena itu adalah bagian dari belajar. Semakin banyak salah yang kita lalui, otomatis hal tersebut tidak akan kita ulangi lagi di proses-proses berikutnya. Well done, international conference pertama anak HI Untan berhasil. Good job, Sunarti you rock the stage!

Kedua, Eko Suparman Sucinda. Terlibat to deliver a short presentation di Seminar Nasional PIPT Untan. Awalnya ia juga merasa tidak percaya diri untuk maju dan mengantikan saya menyampaikan hasil tulisan kami. Kebetulan juga di saat yang sama, saya sedang ikut rapat di LP3M, jadi saya berhalangan hadir. So, abang kita dari semester 6 ini yang mengambil alih sebagai presenter. Saya memang tidak menyaksikan langsung bagaimana ia menyampaikan ide dan gagasan tulisan kami, tapi berdasarkan penuturannya, ia merasa senang dan semacam termotivasi untuk melakukan hal yang sama lagi dan lagi. Hal itu kemudian yang mendorongnya dengan dua juniornya, Riski Amanda (HI 2015) dan Ela Simamora (HI 2016) untuk ikut berpartisipasi dalam National Call for Papers for IR student yang diselenggarakan oleh teman-teman HI dari President University. Alhamdulillaah, dengan tema unik dan menarik, mereka memperoleh top 10 selected abstract bersama teman-teman HI dari UGM, Unpar, UI. Tidak ada yang tidak mungkin kan kak, bang? Hanya saja kalian butuh asupan semangat dan rasa PD yang lebih untuk bisa sejajar dengan mereka. Don't worry, itu akan sama-sama kita perbaiki dengan proses berikutnya.

Ketiga, Cristine Devi Claudia dan Putri Catur Sembadani dari HI 2015. Keduanya memang memiliki tulisan yang unik di mata kuliah yang saya ampu semester lalu, Pariwisata Internasional. Cristine (yang saat ini sedang berada di US sebagai awardee untuk Undergraduate Global Exchange Program) kala itu menulis tentang Sex Tourism di Netherland yang berpeluang sebagai pendongkrak ekonomi negara. Sedangkan Putri Catur (Finalis Duta Lingkungan Hidup), saat itu menulis tentang Maldive sebagai destinasi pariwisata halal yang ada di dunia. Saya memang sengaja memanggil keduanya dan meminta mereka untuk menuliskan abstrak yang kemudian akan disubmit untuk agenda Annual Student Conference on Arts, Humanities, and Social Sciences di Kamboja. Alhamdulilaahnya mereka tidak keberatan dan jadilah dua abstrak lalu dikirimkan kepada panitia untuk diseleksi. Kebetulan juga agenda tsb bersifat free fee conference registration. Waktu demi waktu menunggu, semacam lama dan di phpin ya, tapi tidak jadi. Keduanya lolos dan terpilih sebagai delegasi dari Indonesia untuk kegiatan konferensi khusus mahasiswa di Kamboja. Sebenarnya dari Indonesia ada 4 abstrak yang lolos, tapi ternyata yang dua tidak jadi berangkat yakni delegasi dari UMY. Fenomena keberangkatan mereka ini ke Kamboja menjadi unik, karena beberapa hari sebelum keberangkatan, Cristine hampir menyerah dan menyatakan diri mundur untuk pergi. Padahal saat itu, saya sengaja menyudahi liburan lebaran dan kembali ke Pontianak lebih awal pada 27 Juni 2017 karena bersedia untuk mendampingi mereka sebelum berangkat ke Kamboja. Dengan dana yang minim dan keterbatasan finansial, keduanya mengeluhkan budget yang akan dihabiskan untuk penginapan selama di Kamboja dan Kuala Lumpur. Tapi pertolongan Allah datang di waktu yang tepat, karena punya teman di Kamboja dan KL, sehingga mereka bisa saya (titipkan) untuk menginap di rumah teman tsb. *Dititip? Lue kira mereka anak bayi Zet? Demi penghematan. Hahaha
Finally, mereka jadi berangkat dan went well buat presentasi makalahnya. Senangnya dua tugas matkul Pariwisata Internasional berhasil menjadi delegasi Indonesia. Mereka juga dapat bonus buat jalan-jalan di Royal Palace, twin tower, dan beberapa destinasi wisata lain. Istilah kerennya mah 'anak pariwisata internasional menikmati destinasi pariwisata internasional' kan gahol. Terima kasih Cristine dan Putri, yang sudah membawa nama HI FISIP Untan berkibar di kancah internasional.

Keempat, Nofriansyah (HI 2016) dan Ria Irawan (FKIP Sejarah Untan 2016). Keduanya berhasil saya influence untuk ikut melihat potensi dan gerak mahasiswa luar Kalbar dengan mengajak keduanya berpartisipasi dalam International Conference on Public Organizations di IPDN Jatinangor 22 Agustus lalu. Masih sama permasalahan yang dihadapi adalah krisis finansial, tapi saya yakin Allah maha melihat apa yang diusahakan oleh hambaNya. Dengan hitungan rupiah yang minimalis, perjalanan pergi dan pulang Pontianak-Bandung, Jakarta-Pontianak akhirnya terlewati dengan baik. Tidak perlu panjang lebar saya sebutkan dan saya beberkan, saya rasa keduanya tahu bagaimana kemudian harus berproses kedepannya. Mereka juga sudah melihat bagaimana cas cis cus mahasiswa di IPDN when talking in English. So, I believe, they will improve their skill in English Language to achieve better things in the future. Jangan malas berproses, buang semua keluh kesah, disiplin dan terus berusaha. Saya yakin dan percaya, kalian berdua akan jadi orang hebat nanti di kemudian hari. Hanya jika kau menyerah, maka kisahmu akan usai. Selama kau berusaha, akan banyak tawa dan tangis bahagia yang kau lalui karena usaha dan kerja keras yang kau usahakan. Tumbuhlah dengan kualitas Nak, kalau sudah punya pengetahuan dan punya keahlian, ajari yang lain. Bawa kampus kita ini ke arah yang lebih baik. Jangan mau jadi mahasiswa jago kandang, bisa ngomong doang, tapi kemampuan akademiknya nol besar. Terus tanamkan bahwa action speaks louder than words. Aksimu itu bisa ngomong lebih kencang dari omonganmu. Ayo dipacu lagi semangat kompetisi dan perbaikan kualitas dirinya. Belajar dari setiap orang yang kalian temui, walaupun mimpimmu itu keliatannya gak mungkin, usahakan, capai dan nikmatilah.

Pesan apa yang ingin saya sampaikan?
Pacu terus semangat untuk memperbaiki kualitas diri kak, bang. Jangan mengulangi kesalahan dan tindakan yang tidak bermanfaat agar terlhat besar, itu udah nggak jaman. Jangan cuma bisa berkompetisi di dalam kandang, lihat dunia luar agar kau tahu bahwa kemampuanmu itu masih jauh dibawah sehingga kau terus berusaha memperbaiki kualitas diri. Jangan tiru yang tidak baik, jangan tiru yang tidak positif, jangan ulangi hal-hal yang menghabiskan masamu untuk produktif. Jadilah manusia yang aktivis, yang tau kapan harus kuliah, kapan harus berorganisasi, kapan harus menulis, dan kapan harus bersenang-senang alias piknik. Luluslah secepat mungkin dan kuasailah soft skill sehingga ketika kamu lulus, kualitasmu tidak diragukan. Aktif terus, positif terus, berprestasi terus. Demi kamu, demi adik-adikmu, demi masa depan dan peradaban yang lebih baik.

Terakhir, saya ingat bunyi kutipan seperti berikut:
- Apa yang membuatmu bahagia? Yaitu saat kamu bisa membuat orang lain bahagia. Semoga dengan segala prosesnya, mereka yang saya sebutkan diatas adalah sosok yang bahagia menikmati proses dengan saya.
- Pahala ibadah yang tidak akan putus alirannya adalah 'ilmu yang bermanfaat'. Jangan cuma digali, tapi kita lupa untuk memberi. Jangan cuma mencari, tapi kita lupa berbagi. Jangan memperkaya diri, tapi kita lupa manusia di sekitar kita.

*Alhamdulillahnya, disamping mendampingi mahasiswa, saya pun bisa tetap berkarya:
-Semester kemarin nerbitin dua buah artikel di jurnal nasional HI Unpad dan HI Undip (semoga semester ganjil nanti nambah)
-Publikasi 2 opini di Harian Bhirawa
-Nerbitin 2 eks buku mahasiswa Prodi HI dari mata kuliah yang saya ampu; Perbandingan Sistem Politik dan Tata Kelola Ekonomi Politik Internasional Jepang
-Nerbitin satu buku kumpulan cerpen (Jejak Pemimpi)
-Publikasi artikel di 3 International Conference dan 1 artikel di National Conference
-Serta menulis beberapa artikel penelitian bersama rekan-rekan dari Unair, Undip, dan UIN Bandung.

+Bukan pamer, bukan untuk dipuji, tapi semoga menginspirasi+


Selamat Berhari Minggu, semoga besok semangatnya semakin berapi-api ya :)

Inspirasi Akhir Pekan dari Luar Negeri

Hari Minggu ini cuacanya dingin sekali, mulai shubuh hujan berhenti dan datang kembali membuat tubuh meminta untuk didekatkan dengan selimut dan bantal, tidur. Namun, ada yang berbeda setelah sholat dzuhur tadi, meski rintik hujan masih turun dan membasahi bumi, aku memutuskan untuk pergi membeli Bakso Malang. Karena kukira dengan cuaca yang begitu dingin, kaldu Bakso Khas Kota Malang pasti bisa dijadikan teman untuk menonton televisi. Ya, benar saja, ditemani hangatnya Bakso Malang, siang ini aku mendapatkan cerita inispirasi dari negeri Belanda. Begini kisahnya:

Adalah seorang wanita Indonesia asli Kediri yang merupakan alumni Teknik Industri Institut Teknologi Bandung, yang kemudian memutuskan pindah ke Belanda demi menemani sang suami, Syarif Riyadi yang sedang melanjutkan studi PhD di salah satu kampus ternama di sana. Awalnya di benak Desti hanya terpikirkan bahwa setelah menamatkan studi di ITB, ia akan fokus menjadi ibu rumah tangga dan fokus mengurus suami dan keluarga. Namun, ternyata kisah hidup mereka patut sekali dijadikan contoh. Ketika sang suami mengerti bahwa Desti memiliki kemampuan akademik yang baik, ia mengijinkan Desti untuk kembali melanjutkan studi strata dua dalam bidang energi terbarukan. Kisah pernikahan mereka pun tergolong unik, dimana ijab qabul antara Syarif dan Desti berlangsung melalui video dari yahoo messenger karena sang suami yang tidak bisa kembali dari Eropa. Orang tua Desti pun mengijinkan dan memberikan keleluasaan pada Desti untuk mengikuti suami melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, bahkan hingga menamatkan PhD.

Kisah yang mengharukan dari perjuangan mereka adalah bahwa mereka bisa mempertahankan hubungan jarak jauh setelah menikah dan fokus pada tanggung jawab masing-masing. Syarif fokus dengan studi PhD nya dan Desti harus tinggal sendiri bahkan hamil dan melahirkan pun sendiri hingga tercatat kurang lebih mereka berpisah selama 4 tahun demi mimpi dan cita-cita akademik satu sama lain. Setelah menamatkan studi PhD, gantian Syarif yang kemudian menjaga si balita dan si Desti kembali fokus untuk menyelesaikan PhD nya. Desti bahkan tercatat sebagai lulusan terbaik pada jenjang master dan juga PhD. Hingga akhirnya ada satu perusahaan multinasional di Belgia melamar Desti untuk bekerja di perusahaan mereka. Masya Allah, indahnya nikmat Allah.

Tantangan terberat bagi mereka berdua adalah bagaimana bisa dengan baik mengajarkan putera mereka untuk mengenal ilmu agama dengan baik. Karena di Eropa sedikit atau khususnya di tempat mereka tinggal, sedikit sekali ilmu agama Islam yang dikenalkan ketika sang anak berada di sekolah. Kemudian, Desti juga menuturkan bahwa untuk bisa sampai ke jenjang seperti sekarang, tidak semudah atau seindah yang orang bayangkan. Mereka juga sering diuji bahkan itu terjadi berkali-kali, namun dengan bekal kesabaran dan komitmen, keduanya bisa menyelesaikan studi hingga level tertinggi dan bekerja dengan baik saat ini.

Ketika ditanya, apa kesuksesan terbesar bagi Desti? Ia berkata bahwa kesuksesan itu ada yang ilmiah dan ada yang ilahiah. Kesuksesan ilmiah adalah ketika bisa menyelesaikan studi hingga ke jenjang PhD dan bertemu dengan banyak sosok inspiratif dalam hidupnya. Sedangkan kesuksesan ilahiah adalah ketika semua ilmu, pengetahuan, dan pengalaman yang ia dapatkan selama studi bisa diamalkan dan diberikan demi kemaslahatan umat, bangsa, dan juga negara. Desti dan Syarif berharap, mereka bisa segera memberikan kontribusi dari perjalanan pendidikan mereka di Eropa untuk kemajuan bangsa Indonesia.

*Saya percaya bahwa ketika sudah bersama, tidak harus mengorbankan salah satu impian dan cita-cita namun keduanya bisa berjalan berdampingan dan bisa mendapatkan apa yang menjadi impian masing-masing. Adakah cerita lain nanti seperti kisah hidup mereka? Berharap ada. Termasuk saya, aamiin. Aamiin, mumpung hujan. Hahaha


*Semoga bisa sedikit memberikan inspirasi untuk para pembaca bahwa masih banyak yang belum kita kerjakan. Yuk semangat, besok udah senin lagi. Keep moving on!

Pesan Bang Ireng untuk Saudaranya

Tadi sempat ketemu senior dan dinasehati dengan beberapa poin penting yang bisa saya jadikan high line.

- Jangan mau mengorbankan diri dan values yang kamu punya hanya demi keinginanmu melihat mahasiswamu berkembang. Mereka yang punya potensi silakan kamu bimbing. Mereka yang nggak mau dan ogah-ogahan, mending lepas. Dunia ini dibentuk oleh beberapa orang yang memang berkualitas, Zet. Jangan dipaksa dan merasa nggak enak hati. Sesekali kamu juga harus bisa bilang 'ENGGAK' biar mereka tau diri.
- Sy juga dulu selama kuliah tampilan sy aneh, tapi menurut sy kalo aneh dan sy lahap semua buku, sy jago analisis, setiap ada tugas sy selalu berada di posisi terdepan, itu wajar. Tapi kemudian sy pikir untuk apa aneh, karena ternyata gaya aneh sy itu sudah tidak kekinian. Sy aneh tapi di otak sy tidak ada isi apa-apa, kan malu-maluin. Sy sadar bahwa orang tua sy bayar biaya kuliah demi melihat anaknya lebih maju dari mereka, lebih santun, dan lebih baik. Bukan lebih rusak dan tidak memiliki potensi. Kalo aneh berprestasi bagi sy wajar, tapi kalo aneh ndak bise ae-ape, ape nak dibanggakan?
- Mereka yang sedang mendorong diri mereka ke jurang kemunduran, jangan kemudian kamu tarik Zet, biarin. Kalau perlu kamu dorong sekalian, biar mereka tahu bahwa hidup ini keras dan pedih. Kalau mereka mau menggantung diri mereka dengan aksi mereka, ya biarkan. Kalau perlu kamu kasih tali sama tiang Zet biar mereka cepat merasakan kepahitan hidup ini. HAHAHA
- Kita tidak usah terjebak situasi-situasi yang moralitas, Zet. Sy bukan tega, tapi memang begitu realitas hidup, Zet. Kalau misal mereka tampil aneh dengan kualitas yang diatas rata-rata, silakan. Kalo misalnya ndak berkualitas, sudahlah. Hentikan semua kesombongan ini. Bukan perkara siapa yang lebih tua, bukan. Tapi ini perkara membekali diri agar menjadi insan yang lebih berisi dan berkompeten.


*Baiklah, saya sadar diri.

Gak Suka Dipuji dan Tidak Termakan Modus

Hal baru yang ditemui di sini adalah kebiasaan orang yang suka muji didepan demi keperluan modus, kalo istilah dalam HI nya 'demi kepentingan nasional'. Beberapa hal yang kemudian perlu diperbaiki adalah cara belajar dan kebiasaan membaca. Anehnya kebanyakan manusia adalah terpaku pada satu proses, menjalankannya berulang-ulang, dan mengharapkan hasil yang beda. Kan nggak masuk akal! Ibarat kate kerjaan lo makan, minum, ngidupin motor, ngabisin bensin ke kampus, balik, terus beli pecel lele, masak ujug-ujug lo pengen jadi diplomat. HAHA, dimana rasionalitasnya cuy? Ngelakuin hal-hal yang beda dan luar biasa dong biar lo sampe kepada mimpi yang elo cita-citain, jangan cuma omdo terus berharap keajaiban datang. Doesn't make sense, you know?!

Kebiasaan kita juga di sini, banyak mahasiswa yang bilang 'jangan samain ngajar di Jawa sama di Pontianak dong, Pak. Secara kebiasaan dan kualitas juga beda jauh.' Oke fine, jadi jangan berharap yang muluk-muluk juga, kalo misal ikutan lomba ya jadi penonton aja, jangan berharap menang. Yakali lo berusaha biasa-biasa aja di sini, then pas ikut lomba apa gitu, lo berharap bisa ngalahin kampus ternama, UGM, Unair, UI, Katolik Parahyangan misalnya. Yakin beneran pengen ngalahin? Pas berusaha aja minimalis, giliran hasil maunya maksimalis. Gak boleh gitu dong. Sama kebiasaan buruk lain adalah, kalo giliran dikasih tugas, usahanya dikit doang, tapi ngeluh di sosmednya berlebihan. HAHA

Kebiasaan orang di sini suka banget muji-muji demi 'sesuatu' dibalik memuji itu. Entah untuk kepentingan nilai atau minta dibuatkan judul skripsi dan proposal buat cepet maju seminar. Biasa si dosen muda yang dikerjain beginian. Seperti cth percakapan berikut.

X: Pak, maaf mengganggu waktunya, Bapak sibuk ndak? Kapan ada waktu buat ngopi dan nongkrong buat diskusi Pak?
Z: Sy tidak suka nongkrong dan minum kopi.
X: Kapan Bapak ada waktu luang buat konsultasi Pak?
Sy ingin diskusi perihal judul skripsi sy.
Tidak ada balasan.
X: Bapak sibuk ndak Pak? Ajarin kami nulis outline dong Pak?
Tidak ada balasan.
*Beberapa minggu kemudian.
X: Bang, sibuk benar kayaknye ye? Kapan ni bang bise ketemu maok bahas judul outline.
Z: Nggak juga, biasa aja, ngajar dan mendampingi mahasiswa menulis paper buat ikutan lomba.
X: Waaah, hebat abang ni, masih muda sudah jam tayang kemana-mana, bermanfaat buat orang banyak, sibuk benar bang yee.
Z: Dalam logika (Sejak kapan lo manggil gue jadi abang? Perasaan adik gue di Pontianak cuma satu doang. Ngape gak muji-muji orang, saye tada suke dipuji. Sebab saye tu taok pujian itu ujian (coba buang huruf P diawal katanya, kan jadi ujian, itulah ngape saye tada suke dipuji sama orang lain. Saye gak tada bakal kemakan modus bah. Maok dikate mude dan sukses ke, maok dikate dah hebat ke, apelah tu semue tada bise bah, kamek tada kemakan modus.
Z: Biasa aja bang.
X: Kapan bisa ketemu bang, belajar nulislah, atau mau konsul bisa ndak abang ni jadi pembimbing skripsi saye?
Z: HAHA, bise ndak ye? (Moduus lo kok sering amet ya, sorry to say rada norak gitu juga. Kan beda jurusan dan ngapain juga minta gue buat jadi pembimbing skripsi lo. Hedddeeh.
X: Jadi kapan bisa ketemu ni bang?
Z: Besok di kampus ya.

Keesokan harinya.
Z: Mana outline judul yang mau diajukan?
X: Nah, itulah yang masih bingung bang, abang ada ide ndak buat judul skripsi sy bang? Sama sekalian buat abstraknya bang biar bisa cepat sy ajukan ke dosen.
Z: Ebuseeeet, beneran belum ada judul, kiran udah, tinggal edit doang. (Lo gak sekalian gitu minta gue jadi joki skripsi lo sampe kelar? Minta dicambuk ni orang!)
X: Itulah bang, masih bingung mau nulis apa. Abang ada masukan ide judul atau apa gitu bang?
Z: (Saudara sy jak tada pernah minta dikerjakan tugas apalagi minta judul, die diskusi tentang tugas akhir jak. Nah lo, minta mulai judul, abstrak sampe pembimbing. Tuhan, ampuni mahasiswa ini. Untung bukan anak HI. HAHA)


*Gue bukan tipe orang yang suka dipuji dan kemakan modus, in case lo suka muji gue, itu bagi gue biasa aja. Atau, sometime, gue mikir kalo lo lagi muji gue,berarti lo punya niat dan maksud terselubung dibalik pujian lo. NGERTI kan, gue gak suka dipuji dan bukan makhluk yang gampang kemakan modus. Selamat Satnite wahai mahasiswa tingkat akhir!!!

Mari Tundukkan Kepala Sejenak

Cobalah sebelum tidur di malam hari, kita evaluasi apa aja yang udah kita lakukan hari ini. Dengan porsi jam yang sama, berapa lama waktu yang kita habiskan untuk kegiatan yang produktif. berapa lama kita menghabiskan waktu untuk bertemu dan berkomunikasi dengan orang-orang terkasih, walau mungkin hanya sekedar bertanya kabar. Berapa jam waktu kita habiskan untuk sosial media. Saling lempar komentar di status, tautan, dan photo yang terpampang. Berapa banyak waktu yang kita buang percuma. Serta, berapa lama waktu yang kita gunakan untuk kegiatan lainnya. Kalau jam-jam di hari ini belum kita gunakan secara maksimal untuk kegiatan yang bermanfaat, setidaknya jika besok kita terbangun dan masih dikasih Tuhan jatah oksigen gratis untuk hidup, hal itu dapat kita perbaiki untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Baiknya perlu kita coba. Jangan penjara diri kita hanya dengan melakukan hal yang sama setiap hari, itu pasti akan sangat membosankan :)

*Selamat malam semesta!

SEBAB BAHAGIA ITU SEHARUSNYA NYATA, BUKAN DI DUNIA MAYA.


Sampailah pada level dimana ketergantungan terhadap gadget itu melebihi ketergantungan terhadap apapun. Kalah rokok, kalah sex, kalah juga makanan. Ya, ketergantungan terhadap gadget ini yang membuat kehidupan menjadi sangat sulit untuk dikendalikan. Bahkan, hendak mengurangi kadar ketergantungan terhadap makhluk ini amat sangat sulit. Mungkin kita bisa berhenti makan beberapa jam, tapi tidak dengan berhenti pegang gadget. Apalagi sosmed menguras waktu terbanyak untuk menjadikan kita produktif.
Buka line, buka wa, buka path, buka fb, buka Ig, buka snapchat, buka twitter, buka semua sosmed sampai waktu habis hanya disitu-situ saja. Stalking, habis kuota beli lagi. Begitu terus dari hari kehari, bulan kebulan, tahun ketahun.
Dengan adanya sosmed, kita takut ketinggalan informasi, takut ketinggalan mode dan tren, takut diangap tidak ada, takut sehingga kita terkontaminasi untuk update, upload, terutama editing foto. Dan, tak jarang sosmed kita gunakan hanya untuk sekedar buang waktu saja. Padahal, ada dua nikmat yang sering kita lupa, sehat dan waktu luang. Bangun tidur, cek hape, hape itu ternyata bernikotin kelas kakap. Sebelum tidur main hape, di kelas main hape, makan main hape, dan hampir semua aktivitas kita sehari-hari melibatkan gadget yang sungguh menguras tenaga dan dompet pemirsa.
Buka line, buka wa, buka path, buka ig, buka twitter gitu aja terus sampe semua jurusan di UGM ter-akreditasi A tingkat internasional, sementara kita, hanya menghabiskan waktu buat buka sosial media. Bermanfaatkah kuota yang kita gunakan untuk sosmed kita?


*Rasanya ingin kembali pakai Hape jadul, just for SMS or telpon, tidak menguras adrenalin, emosi, dan air mata. HAHAHA

Selamat Mengulang Hari Lahir, Tuan!

Dear Muchamad Ali Ashad

Anak kos Bu Yayuk yang sudah jadi teman dekat sejak lama. Dulu gue kenal lo dari Bang Fery, karena kalian saru kos. Berikutnya belajar menulis bareng, ke Wilis beli buku bareng, ke perpus bareng, hingga banyak kisah hidup gue yang melibatkan elo sebagai manusia yang berhati mulia, juga Bang Fery tentunya. Hingga suatu saat setelah seminar proposal, gue sering banget nemanin lo buat revisi dan lain sebagainya. Sampai kadang kita bertiga, main kucing-kucingan karena kalian sekos. Kadang gue ke kamar Bang Fery tapi nggak singgah ke kamar elo, bahkan sering gue ke kamar elo tapi Bang Fery gue diemin. Secara usia memang kita tidak terpaut jauh, tapi kalian berdua mengajarkan banyak hal. Kalo gue revisi, kalian berdua selalu ada buat nyetak naskah skripsi gue. Makan Cak Yono bareng, kemana-mana selama di Malang ya cuma kalian mungkin teman yang paling sering gue ajak. Gue masih ingat banget saat sholat maghrib di Masjid dekat ITN, lo kehilangan hape dan bahkan skripsi lo serta semua lembaran pembayaran SPP, kuliah, KKN, dan semua dibawa sama tu maling. Lo sampe sedih banget dan gue juga bingung sampe merasa bersalah. Perlahan lo bangkit dan gue sama Bang Fery masih selalu ada buat lo. Kalian memang saudara yang dikirimkan Tuhan buat saling menguatkan. Hingga akhirnya, dengan segenap masalah yang menimpa hidup gue, kalian berdua tetap ada di barisan depan buat memperbaiki segalanya. Terima kasih sudah menjadi begitu baik selama gue kuliah di Malang, lo yang sering gue repotin, gue pinjem ranjangnya buat nginep. Handuk gue sama odol bahkan ketinggalan trus di kamar elo biar gak balik ke kos gue. Bang Fery juga sama. Meski kadang kalian menyebalkan, tapi gue jauh lebih menyebalkan buat kalian. Since I know terlalu banyak kebaikan yang sudah kalian berikan buat gue selama Bapak meninggal sampe gue lulus dan lanjut studi master di Jogja. 

Teruntuk yang sudah lebih dulu melepas masa lajangnya, terima kasih untuk semua kebaikan dan murah hatinya. Yang kalo tiap beli makan pasti ngebayarin dan gak mau dibayar alias gratis aja. Teruntuk manusia yang gue sebut saudara yang sudah gue repotin banyak banget, bahkan jahilnya gue gak pernah habis kalo sama kalian. We still support each others no matter what till now. Selamat sudah menjadi suami dan lengkap bahagia hidup. Selamat sudah menempuh hidup baru bersama wanita yang sedari dulu lo jadikan kekasih hati.

Selamat mengulang hari lahir Brader. Ucapan ini gak akan pernah bisa ngebalas semua kebaikan lo ke gue selama gue jadi mahasiswa dan teman lo di Malang, tapi gue yakin bahwa karena kalian, karena baik budi dan semangat yang dulu selalu kalian kobarkan, gue bisa sampe di tahap hidup seperti sekarang. Pibesdey partner in crime yang selalu menjadi bahan bulian dan panutan dalam hal akademik. Sehat terus, sukses, dan bahagia bersama Bu Bozzz. 

Belajar dari Manusia Sekitar

Pernah suatu ketika, dalam hidup masing-masing kita merasa begitu boodoh. Kalah dengan rasa malas dan enggan mengerjakan dan berusaha terhadap apa yang sudah kita impikan. Begitu seterusnya hingga pada suatu fase yang begitu memekikan, yang ada hanyalah penyesalan. Sesadis itukah kenyataan? Lalu, bernfas lagi mengulang hari demi hari yang tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Enggan, malas, dan dikalahkan oleh makhluk yang bernama kadal hijau. Ya, rasa malas sering kali hadir di dalam kehidupan kita sehingga merenggut mimpi indah yang sudah kita rencanakan. Padahal, sejatinya kita bisa belajar dan banyak belajar dari manusia sekitar. Mengapa mereka bisa selalu menebar manfaat, selalu semangat, selalu berkobar. Kita kenapa diam saja?

Hidup memang diciptakan tidak untuk menyesali yang telah lalu, tapi belajar dari masa lalu. Bukan tentang mengingat kenangan, tapi emang masa lalu begitu banyak memberikan pelajaran. Sehingga tahu apa yang harus dikerjakan dan apa yang harus ditinggalkan. Begitu kan? Apa cuma aku saja yang begitu? Rasanya tidak. Semua kita pernah merasakan hal yang sama. Maka, mari dengan semangat yang masih sama, tahun baru harus semangat baru dan masih panjang perjalanan yang harus kita lewati bersama. Semoga menjadikan kita manusia yang terus berbenah dan belajar dari episode kehidupan sebelumnya. Belajar dengan manusia sekitar yang positif hati dan jiwanya. Meski tidak banyak, aku yakin masih ada.

Kamis, 08 Februari 2018

Bagaimana Rasanya?

Bagaimana rasanya jika, saat senja kau justru tak melihat warna matahari ingin menghilang pergi?
Bagaimana rasanya jika, saat pagi menyapa kau tak merasakan hangatnya mentari?
Bagaimana jika ternyata saat hujan, sinar matahari tidak tertutup awan?
Bagaimana jika saat malam tiba, mentari justru masih setia menyinari bumi?
Bagaimana jika aku bukan menjadi seperti seharusnya aku?
Bagaimana jika kamu tidak menjadi seperti seharusnya kamu?
Bagaimana jika?

Bagaimana jika hantu di masa lalu datang lagi atau tidak pernah benar beranjak pergi?
Bagaimana jika tiba-tiba aku mengenangmu di tengah malam buka. Saat gelap gulita, kemana harus kukejar bayangmu agar  rindu ini bisa berhenti mengalir deras. Setelah lama berkutat dan bertanya pada diri sendiri, aku membiarkan dirimu pergi. Mencari arah yang kau suka dan hilang untuk tidak lagi menghantui masa depan yang telah kupilih sendiri. Aku akan bersembunyi dari segala kenang dan ingat tentangmu. Tentang jari manis nan lembut yang suka mengusap rindang rambut halusku. Aku ingat renyah tawa dan khas suaramu saat menangis. Namun, itu adalah bagian dari kisah masa lalu. Lalu, bagaimana jika kemudian apa yang terjadi tidak sesuai seperti apa yang kita pinta?

Tentang kamu,
Segala tentangmu yang selalu menjadi memori indah yang datang menyeruak pagi dan malam di langit kamarku. Tentang kesadaran dan harapan bahwa wujudmu memang bukan lagi menjadi harapan hari-hari. Tentang tenang yang kini sudah kembali kutemui, dan tentang sekeping hati yang sudah tak mampu lagi untuk kau curi. Tentang rindu yang sudah menjadi larangan. Tentang saling bagi seonggak senyum yang sudah hanyut. Tentang luka merindu yang selalu akan berada sendiri tanpa pundak dan tanpa tangan dan akan selalu berjalan sendirian. Tanpa kamu. Tanpa kamu aku akan tetap hangat dan tidak menggigil kedinginan. Tanpa kamu aku akan tetap bisa tertawa sendirian. Tanpa kamu aku bisa terus berdiri tegap menatap masa depan. Tanpa teduh wajahmu yang dulu bisa sangat menenangkan saat dadaku terasa begitu sesak dan membosankan.


Kini, segalanya telah menjadi darah bernanah yang takkan pernah kembali seperti dulu. Lalu, masing-masing begitu leluasa menyembunyikan nanar kebencian dan berkata di belakang. Sebab, itu bukan lagi menyakitkan. Karena kita, sudah tidak saling mencari saat sepi dan tidak saling menemukan saat hilang. Sebab kita, sudah tidak saling tertawa saat bahagia dan tidak saling sapa saat bercengkrama. Perihal dekatmu dan jauhku bukan semata soal asmara yang membuat kita jatuh bangun, naik turun, luka dan bahagia. Namun tentang bagaimana satu sama lain sudah tidak merasa seperti semula. Kita bisa apa saat langit menurunkan hujan namun matahari tidak tertutup awan?

Seketika langit siang pun menangisimu, yang pergi menjauh dan kian menjauh. Aku tidak pernah memintamu jauh, sebab dekatku tidak lagi berarti begitu pun hadirmu disini. Satu sama lain saling meninggalkan segala pelik dan luka. Saling menjemput singasana yang masih tersedia untuk segala kebaikan dan bahagia. Telah tiba masa, aku pergi bukan berarti benci, juga kau menjauh bukan berarti kau jenuh. Menuju suatu tempat yang lebih nyaman, yang kita sebut kehidupan masa depan. Semoga lelap dan lena, dalam peluk Tuhan Semesta alam, selamanya.

Rabu, 07 Februari 2018

Larut Dalam Senyuman

Aku ingin dekapmu dalam menerjang panasnya jalan cerita. Menjadikannya sebagai pelukan paling hangat untuk menemani gigil yang berseruak saat senja tiba. Kadang langit begitu kuasa menjatuhkan hujan, membuat hari-hari begitu basah oleh bulir yang menggenang. Kuyakin yang kita butuhkan hanya sabar yang berlebih, untuk menghadapi segala keluh kesah dan perih. Maafkan aku yang belum bisa mendamaikan dentuman keras pada perasaan. Hingga kau bisa lupa bagaimana bisa tertawa begitu lepas, juga segelitik senyum yang mengulas begitu lama saat kita tidak berjumpa. Aku berharap semoga matamu tidak menjatuhkan anak sungai yang mengalir deras. Pun aku akan selalu tegap menyediakan bahu ini sebagai tempat sandaranmu yang paling nyaman. Semua masih tergambar jelas dalam sebuah mozaik kisah, sementara aku terus percaya bahwa kau kuat menghadapi segalanya.
Sayang, adakah tangis itu menyeruak bersama hilangnya mentari pagi tadi? Sebagaimana rengekan yang selalu kau suguhkan ketika membiarkan semua itu terjadi. Aku tak berharap Tuhan mencipta air mata. Biarlah kita dibawah senja menikmati gempita senja berlalu sempurna. Tertawalah lepas, aku yakin kau kuasa. Meski hujan lebat di pelupuk mata itu belum reda, aku akan terus menemani lebih lama. Peluk hangat dari lelaki yang selalu menjadikanmu nomor satu diatas segala bahagia. Detik demi detik memang kadang begitu menyebalkan. Namun kita selalu bisa larut dalam senyuman.


Senin, 05 Februari 2018

Ketidakbisaan itu Sementara!

Setiap orang seringkali berkutat dengan kata-kata tidak bisa sebelum mencoba. Padahal ketidakbisaan itu sendiri adalah lumrah dan mencoba itu adalah awal dari segala kesuksesan. Jika sebelum mencoba saja sudah takut oleh benturan keadaan, lantas kapan akan sukses? Jika hanya niat tanpa aksi, lalu mengapa berharap jadi orang sukses? Bukankah mencoba hal baru adalah sesuatu yang menyenangkan dan penuh Challenging? Sering saya mendengarkan bahwa as long as we feel worth it, we can achieve many great things. So, kita harus mencoba agar tahu dimana letak kesalahan dan belajar dari pengalaman. Tak perlu takut dengan ketidakbisaan, sebab tidak bisa itu biasa dan akan hilang dengan sendirinya saat kita berani mencoba. Salah wajar, jatuh itu normal. Namun, bisa mencoba dan berani kembali beraksi dengan belajar dari pengalaman adalah sesuatu yang menyenangkan. Ilmuan dan experts yang kamu kenal saat ini adalah seorang pemula di jaman sebelumnya. Jadi, tidak ada salahnya untuk mencoba. Mari, kuatkan ikat pinggang dan berjalan dengan aksi-aksi yang lebih menggila. Selamat pagi semesta!

Selamat Setahun!

Hsssst…
Ini jam makan siang, aku punya cerita untuk menemani jam makan siangmu.
Dengarkan baik-baik, jangan kau cela dulu.
Sebab, aku bercerita karena kisah ini hanya tentangmu, bukan tentang yang lain.
Kau boleh saja sebut bahwa ini adalah rahasia, sebab bagiku ini adalah bahagia.
Setahun yang lalu, di tanah ini aku bertemu kamu. Dengan senandung dan angin serta cahaya dari langit. Sebab, kau adalah cahaya bagi perjalanan hariku.
Yang kemudian, tanpa kuduga, kau menjadi manusia yang begitu sempurna. Menjadi dewasa tumbuh dengan penampilan yang sangat disukai banyak manusia, katanya. Kemudian, dalam beberapa jeda kisah, kau begitu menyebalkan. Tanpa aroma, tanpa wangi, dibawah pelataran kisah senja. Kau selalu menjadi panutan dan menjadi alasan manusia untuk mau duduk berlama-lama menunggu meski lama, meski tanpa kepastian kemudian kau hilang. Mereka rela menanti lama demi sekedar bertemu dan menyaksikan senyum ikhlas penuh Karisma. Demi satu lengkung kisah tawa kala senja tiba. Kadang kau berkata begitu lucu namun banyak sekali yang muak dengan kisah dan aksimu. Banyak yang berharap menjadi sepertimu, namun tidak sedikit yang kecewa karena kata-katamu yang begini sakit dan menusuk. Kata mereka luka. Kadang kau suka menitipkan tiga kata mesra ‘ada apa sayang?’
Jika diingat, sungguh muak dan tak kuat mengingat itu semua. Bilamana kau datang dan menjadi obat luka untuk sakit yang tak berkesudahan. Sayang, lekas sembuh dan kembali beraktivitas seperti semula ya. Aku tak bisa memberikan apa-apa. Yang kupunya hanya sepasang tangan yang menengadah untuk selalu mendoakanmu agar bahagia. Kini sudah bertambah usia sepasang angka yang sudah tidak lagi seperti semula. Selamat bertambah usia menjalani hidup dengan bahagia. Meski setiap waktu aku menyaksikan penampilanmu luar biasa menjadi pujian banyak jiwa, namun kau tak bisa mengingkari bahwa hati dan logikamu begitu absurd. Absurd sekali sepertinya. Angka usia kini memanglah tidak biasa, karena aku bahagia, katamu kepada semesta. Seperti kita, kamu dan aku, kepala yang melebur dalam satu irama. Sepasang tangan yang saling pegang untuk saling genggam demi menguatkan dan menyempurnakan. Sepasang kaki yang melangkah menuju impian masa depan bersama. Manusia yang berkelana dalam satu cerita cinta.
Selamat setahun ya,
Di sekian-sekian usiamu, semoga aku selalu menjadi satu-satunya.
Aku yang mencintaimu,


Bayangan jiwa dan hatimu.
(Maafkan memuji diriku sendiri) wkekekekekeke

Sabtu, 03 Februari 2018

Segala Tentangmu Kusebut Cinta!

Takkan pernah terlintas
Tuk tinggalkan kamu
Jauh dariku kasihku
Karena aku milikmu
Kamu milikku
Separuh nyawaku
Hidup bersamamu
Berdua kita lewati
Meski hujan badai takkan berhenti
(Takkan berhenti)
Sehidup semati
Mentari pun tau
Ku cinta padamu
Percaya aku takkan kemana mana
Aku kan selalu ada
Temani hingga hari tua
Percaya aku takkan kemana mana
Setia akan ku jaga
Kita teman bahagia
Takkan pernah kulupa
Kamu yang kucinta
Dari ujung kaki
Hingga ke ujung kepala
Aku ingin kamu
Kamu yang kumau
Belahan jiwaku
Kamu masa depanku
Berdua kita lewati
Meski hujan badai takkan berhenti
(Takkan berhenti)
Sehidup semati
Mentari pun tau
Ku cinta padamu
Percaya aku takkan kemana mana
Aku kan selalu ada
Temani hingga hari tua
Percaya aku takkan kemana mana
Setia akan ku jaga
Kita teman bahagia
(Teman... bahagia)

Suka banget sama lagu ini. Lagunya, kalo kata anak anak jaman now GUE BANGET. Apanya yang gue banget? Liriknya dong. Gue gak pernah kepikiran buat neinggalin orang yang gue sayang. Kalo sudah sayang, susah. Meski, gue gak gampang jatuh cinta dan bisa suka sama orang. Tapi kalo udah suka, bakal sama itu aja sukanya alias setia. Sampe semesta pun tau bahwa kau dan segala tentangmu adalah rindu dan cinta. Kalo ada yang tanya siapa? Coba tanya pada senja, dia pasti jawabannya siapa orang yang paling sayang saat ini. Hahahaha, siapa dia? Rahasia. Anak Introvert paling nggak bisa ngungkapin meski sebatas di blog. Biar hati ini dan Tuhan saja yang mengerti ya. Haha

Selamat Berakhir Pekan!

Not all open doors are for us to enter, not all roads are for us to walk on, not all chances are for us to grab. At times, it’s a test of wisdom, a test if we know ourselves, and a test to know our values and principles. Life can be happier and less stressful if we remember one simple thought, we can’t have all that we desire, but God will give us all that we deserve. The sun did not rise and shine to interrupt your sleep, but to remind you that it is another beautiful day to make a difference and be ready to shine as well. Happy Sunday everyone. Stay blessed with the most loving people around ya :)

Why travel alone?

Why travel alone? Solo travel can be the ultimate in self indulgence, you can rest when you want and pour it on when you are feeling ambitious. Another benefit is that your mistakes are your own, and your triumphs all the more exciting. There is no worrying that your insistence on trekking all the way across town to a museum that was closed ruined your partner’s day; it’s your own day to salvage or chalk up to a learning experience.
Jadi, itulah alasan kenapa gue lebih suka pergi sendirian. Bukan karena lebih asyik sendiri. Seru itu bersama-sama sesungguhnya. Tapi kadang dengan pergi bersama bukan dapat momen malah saling menunggu, menyalahkan, hingga kehilangan feel buat menikmati view selama jalan-jalan. Pergi sendiri juga adalah ujian agar menunjukkan sejauh mana kita bisa kuat berjalan. Yang dulu gue juga pernah pergi sendirian ke luar negeri, dan itu lebih excited plus menyenangkan. Ketika gue salah, ya gue sadar diri dan itulah kesempatan untuk memperbaiki kesalahan. Alasan lain kenapa males pergi bareng karena bakal rempong, entah mengenai alat bawaan selama jalan-jalan,atau destinasi dan tempat makan. Jadi, gue tetap asyik buat ngejalanin apa yang gue percaya seorang diri.

Bahkan kadang kata orang gue anti sosialis. Whatever people said, gue tetap nyaman dengan menjadi diri gue sendiri. Sebab dengan jalan sendiri, gue bisa fokus, tidak bergantung diri dan menjadi apa yang gue mau. Dan gue masih percaya, bahwa jalan seorang diri itu selalu challenging dan menyenangkan. As always. 

Kamis, 01 Februari 2018

Yuk, Sebentar Cek Kualitas Diri Kita

Pernahkah Anda berpikir apa sebenarnya tujuan penciptaan manusia di muka bumi ini? dalam beberapa kesempatan, saya diberi tahu oleh rekan bahwa hidup di dunia ini tidak ada arti apa-apa dihadapan Allah meski diibaratkan dengan seekor nyamuk. Dari waktu ke waktu yang kita jalani hingga seseorang misal tutup usia di umur 63 (usia rata-rata manusia jika melihat usia wafatnya Rasul), itu hanya untuk menunjukkan di antara manusia, siapa yang paling baik amalnya. Dalam tuntunan hidup kita tahu bahwa setiap kita akan merasakan kematian dan hanya kepada Allah-lah kita semua akan dikembalikan.
Firman Allah; Apakah kamu puas dengan kehidupan dunia sebagai pengganti kehidupan akhirat? Padahal kenikmatan kehidupan dunia jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat hanya sedikit sekali (At-Taubah: 38). Firman Allah yang lain; satu hari di sisi Allah itu sama dengan seribu tahun dengan yang kita hitung. Berarti kalau usia kita 60 tahun, itu hanya 1,5 jam di sisi Allah. Lalu apakah untuk mempertahankan 1,5 itu kita rela menggadaikan kehidupan di dunia? Ada yang menjual diri untuk bertahan hidup, ada yang korupsi buat bisa bertahan hidup, ada yang saling sikut kanan kiri untuk mendapatkan kekuasaan demi uang untuk bisa bertahan hidup, ada yang saling bunuh demi bertahan hidup, ada yang saling sogok demi cita-cita yang katanya demi mendapatkan uang untuk bertahan hidup. Pun, juga ada yang menghardik orang lain, mendzalimi orang lain, mengambil hak orang lain, menindas orang lain, mengutuk yang terlihat kecil dan lemah untuk bertahan hidup. Menghalalkan segala cara demi mengumpul rupiah demi rupiah demi bertahan hidup. Dimana letak akal manusia?
Bukankah kehidupan dunia ini adalah sendau gurau belaka, sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik jika kita bertakwa. Cobalah bayangkan, misal masuk polisi atau PNS kemudian saling menyogok dan disogok. Kembali ke hadist Rasul: Setiap yang melakukan perbuat menyogok dan disogok itu masuk neraka, baik pelaku, saksinya, orang yang memfasilitasinya, dan setiap yang menyaksikannya. Kalau kita sadar uang yang kita dapat dan kita terima adalah untuk nafkah hidup, bagaimana mungkin kita kuat untuk hidup dengan uang panas, yang kemudian itu kita berikan untuk orang terbaik kita, keluarga kita, anak istri misalnya. Lalu kemudian dari uang panas itu menjadi darah dan daging anak cucu yang kemudian terus putar dan berputar. Padahal, apa kata Allah: Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapakah yang baik akhlaknya? (AL-Mulk:2).
Ada lagi yang menjual diri dan kehormatan demi makan dan demi bertahan hidup. Inalilahi. Bukankah kata Allah setiap kita sudah dijamin rizkinya, bahkan hewan melata pun sudah dipastikan makannya oleh Allah. Sudah habiskan stok akal sehat kita, hingga bahkan untuk sekedar bisa makan saja harus menjual kehormatan. Ini dunia kata Allah cuma 1,5 jam di sisiNya. Dan untuk mempertahankan 1,5 jam yang kita hitung sekitar 60 tahun itu, kita rela menghalalkan segala cara untuk sekedar terlihat kaya, terlihat mewah, berada, hingga bahkan ada dan tak jarang yang menghalalkan segala cara untuk bisa bertahan hidup. Kemudian kata Rasul; tidak akan beranjak langkah seseorang ketika ia meninggal hingga ditanya hartanya dari mana didapat dan untuk apa dihabiskan. Ilmunya dari mana ia dapatkan dan untuk apa diamalkan. Tentang umurnya untuk apa dihabiskan, serta tentang tubuhnya untuk apa ia gunakan.
Kuat nggak membayangkan, misal ditanya; kamu dapat harta dari mana kok bisa kaya? Terus kita jawab, ini hasil korupsi. Korupsi uang E-KTP. Korupsi uang penelitian, korupsi uang pendidikan di daerah terpencil, korupsi uang SPP mahasiswa. Korupsi uang pembangunan gedung kampus. Untuk apa kamu habiskan harta kamu? Untuk menyogok anak saya masuk polisi, untuk menyogok anak saya masuk PNS, untuk menyogok anak saya masuk dokter, untuk menyogok anak saya masuk tentara, untuk menyogok anak saya agar lolos di kampus ternama. Yakin nggak ngeri membayangkan itu semua?

Buat apa kaya, hidup bergelimang harta kalo itu hasil jual diri, hasil korupsi, hasil mengambil hak dari keringat orang lain, hasil belot depan belakang, hasil sikut kanan kiri. Sedang semua tingkah laku dan apa yang kita kerjakan kelak akan dipertanggung jawabkan. Yang jadi bawahan kelak akan ditanyai akan tanggung jawabnya. Yang jadi pemimpin kelak akan diminta tanggung jawabnya. Yang jadi bos, yang jadi OB, yang jadi security, yang jadi dosen, yang PNS, yang polisi, yang dokter, yang semua mua akan diminta tanggung jawabnya dihadapan Allah. Lalu apakah untuk melewati kehidupan dunia ini harus menghalalkan segala cara? Cukup jelas didalam Al-Qur'an. Kebaikan sekecil biji atom pun akan dibalas, juga keburukan dan kejelekan sikecil biji atom pun akan mendapat ganjaran.

Yuk buka mata, ajak logika dan hati untuk berpikir lebih jernih untuk memaknai hidup. Sederhana bahagia dan halal akan lebih baik daripada serba tapi hasil tikung menikung, belot membelot, dan sikut menyikut kanan diri depan belakang, atas bawah. *Tulisan ini tidak ingin menyudutkan siapa pun, tapi sebagai pengingat diri sendiri, juga orang-orang yang berkenan membacanya. Selamat bergembira di Jum'ah Berkah semuanya.

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkunga...