Tulisan ini dirangkai khusus untuk merayakan kelulusan kakak satu-satunya dalam Uji Kompetensi Bidan Indonesia dalam rangka mencapai kelulusan di jenjang Pendidikan Profesi Bidan di salah satu kampus di Kota Medan. Senang, haru, bangga karena tahu beliau sampai di salah satu titik aman dan tinggal menyelesaikan satu tugas akhir sebelum wisuda. Alhamdulilaaah, baiknya Allah yang menciptakan sholat tahajud. Meski tidak bisa dipungkiri bahwa aku pun ikut deg deg ser nungguin pengumuman kelulusan ini. Siapa yang lanjut kuliah, siapa yang setiap hari jantungan. Tiap malam bangun tahajud hanya cuma buat ngadu sama Allah.
Yaa Rabbku, jangan kau sedihkan hati ini, hati kakak,
hati orang-orang yang yang menyayangi dia. Mohon luluskanlah dia. Terangkan pikirannya,
bantu dia bisa menjawab soal dengan baik. Luluskanlah agar dia bisa wisuda
tahun ini Yaa Allah. Nangis, benar-benar seperti anak kecil. Tapi habis itu lega. Begitu terus, sampai tadi pagi
mendengar kabar bahwa kakak sudah lulus UKOM, bahagianya. Selamat kak Rahmi.
Pas adik ipar si bungsu mau lanjut kuliah juga pake jurus yang sama. Minta sama Allah dibangunkan tengah malam hanya untuk ngobrol dan melepaskan harapan ke yang maha pencipta. Yaa Rabb, jangan jatuhkan kesedihan di hati Mamak, jangan sedihkan hati Bapak hanya dengan kabar tidak baik dari hasil usaha adik kami. Terangkan hatinya Yaa Rabb, luluskan dia sesuai dengan pilihan Mamak Bapak. Yaa Allah, tolong jangan kecewakan hati kami, lengkapilah kebahagiaan kami dengan kabar gembira akan kelulusan adik kami. Mohonku untukMu Yang Maha Kuasa untuk segala urusan hidup kami. Terus pas pengumuman kelulusan, udah kayak mau meledak ini jantung. Gemetar tangan, pas isi kuisioner langsung isi cepat-cepat demi pengen tau hasil. Dan taraaa, encu kami lulus di UIN Banda Aceh. Bahagianya. Tentu hasil ini adalah hasil dari usaha Mamak, sedekah Mamak, do’a Bapak, restu Bapak. Ah, terharu pokoknya terus nangis di pojokan pas lagi sendirian. Cengeng sekali anak Ibuk ini.
Dulu, dulu sekali. Ketika Almarhumah Ibuk masih ada, aku selalu merengek kalau mau ikut ujian. Bahkan ujian semesteran jaman kuliah pun aku selalu merengek sama Ibuk demi Ibuk mau mendo’akan anaknya ini. “Do’a apalagi, tiap hari tiap malam Ibuk mendo’akan kalian semua, semoga sehat, semoga bahagia, semoga sukses”. Nyesss, nangis lagi. Cengeng sekali anak Ibuk ini. Tapi sekarang karena Ibuk sudah beristirahat dengan tenang, kita satu sama lain yang terus dan saling mendo’akan.
Bahkan untuk hal-hal yang aneh pun kita pake jurus tahajud. Untuk urusan publikasi jurnal misalnya. Pas tahajud buka catatan di HP hanya untuk menyebutkan nama jurnal satu persatu yang udah di submit ke jurnal tersebut. Tanpa ada yang missing. Pernah ada satu jurnal yang belum terbit, sampai mengadu lagi kenapa jurnal itu tidak menerbitkan tulisanku? Diminta terus tiap malam. Mulai dari Bulan Juni lalu diintip sampai akhir Agustus, eh tidak ada. Semacam udah hopeless, padahal cuma sinta 3. Tapi itulah, karena aku perpeksionis, semua harus seperti mauku. Dan, di awal September bahkan tadi baru saja, aku dapat email bahwa tulisan tersebut sudah diterbitkan. Again, the power of tahajud.
Dan banyak sekali yang laporan perihal tidak enaknya satu kelompok sama Ibuk itu kalau penelitian. Ngadu lagi sama Allah. Dua bulan bangun tiap malam hanya untuk meminta sama Allah semoga hati Ibuknya dilembutkan dan dia tidak memperlakukan aku seperti dia memperlakukan orang-orang yang sekelompok dengan dia sebelumnya.
Pas ttd kontrak, petugas keuangan bilang “Nasibmu Le satu
kelompok sama Ibuk itu”. Tapi, see, aku justru diperlakukan sangat baik oleh
Ibuk itu. Kenapa tidak dari dulu saja aku satu kelompok dengan beliau. Pasti
uang jajan aku, uang makan mie ayam aku, budget shopping aku lebih banyak
daripada yang dulu-dulu wkakakaka. Just kidding. Tapi benar, kalau ada
perlakuan yang tidak baik dari orang sekitar, laporkan saja sama Allah. Lihat
bagaimana Allah membolak-balikan hati manusia. Aku
sama sekali tidak merasakan apa yang dirasakan oleh rekan yang lain. Pokoknya the power of tahajud itu ajaib.