Gue pernah baca tulisan kepsyen di Instagram, bunyinya kurang lebih gini “Hidup
adalah tentang menanti giliran, sukses atau jatuh. Bahagia atau sedih. Diatas atau
dibawah. Hidup kemudian mati. Ada yang di usian 25an sudah menikah, sudah punya
anak, sudah sukses. Ada juga yang di usia 25 sudah meninggal. Sayangnya, kita
kebanyakan hanya mengejar dunia untuk hidup, padahal sejatinya kita di dunia
ini adalah mengumpulkan bekal untuk mati” Di bagian kepsyen yang terakhir gue
mendadak terenyuh, padahal biasanya gue hanya bakal terenyuh kalo ditawarin mie
aceh. Hahaha
Lalu gue mikir, dan logika gue bisa nerima itu semua. Emang iya, kalo kita
perhatikan dunia ini dan beribu manusia yang hidup di dalamnya, kebanyakan kita
memang hanya sibuk untuk mengejar dunia, sampai kita lupa bahwa setelah dunia
kita masih akan melanjutkan perjalanan kita menuju alam berikutnya. Banyak dari
kita, yang menghabiskan waktu hanya untuk bekerja hingga lupa waktunya ibadah,
padahal kita dilahirkan dan diberikan kesempatan hidup hanya untuk beribadah
dan mengabdi pada Allah. Banyak dari kita yang mengukur kesuksesan di dunia
hanya dari banyaknya uang, mengenakan pakaian Linmas, jadi dokter, dan
lain-lain. Padahal, sejatinya kesuksesan adalah ketika kita sudah mengumpulkan
bekal yang banyak untuk menemui alam berikutnya. Dan menurut gue pribadi,
sukses bukan hanya dengan lipatan rupiah, tapi dengan kemajuan baik jasmani
maupun rohani. Misalnya, kita rajin shalat, itu juga sebuah kemajuan kalo buat
gue. Bisa nulis, bisa nolong orang, itu juga suatu kesuksesan kalo dari sudut
pandang gue.
Buat apa juga banyak duit kalo gak punya waktu buat istirahat, iya gak? Pergi
pagi pulang malam capek di jalan dan hanya libur di hari minggu doang. Terus dari
mana suksesnya, yes?! For me, mending sederhana tapi mencukupi dan bisa dekat
dengan sang pencipta. Ngumpulin duit mulu, ibadahnya kapan? Kerja terus, sholat
ketinggalan, kan kasihan. Sebab, nanti ketika mati kita gak bawa harta, gak
bawa gelar, gak bawa pakaian. Kita hanya membawa amal kita saja. Itu yang
sering dilupakan manusia saat ini. Belum lagi dengan tuntutan jaman yang
semakin kejam, globalisasi, tren pembaratan, sehingga kita kehilangan role
model menjadi pribadi yang terbaik versi agama kita. Yang gue perhatikan di
society gue, semakin besar kita, semakin nakal, semakin bandel, dan semakin
lupa dengan sopan santun hingga bebas bahkan hidup bebas, minum bebas, hingga
pergaulan bebas. So, buat apa gitu pendidikan, pelajaran, dan ilmu yang selama
ini kita pelajari, sia-sia doang yes??
Hidup yang super dengan kesibukan aktivitas harian menjadikan kita lupa
untuk apa kita hidup, ngapain kita hidup, dan kemana kita setelah kehidupan
ini. Gue pribadi berpendapat bahwa semuanya harus dalam kata wajar. Gak boleh
lebih dari itu, sebab jika lebih bisa berbahaya. Nakal wajar, karena manusia,
tapi jangan sampai kelewatan. Karena ada poin lebih yang harus kita perjuangan selama
hidup di dunia ini. Dan gue masih percaya bahwa hidup ini adalah menunggu
giliran. Giliran jadi bayi, giliran jadi remaja, giliran jadi kids jaman now,
giliran dewasa, giliran tua hingga akhirnya meninggal. Ah, bukan hanya manusia
di luar sana, gue pribadi aja masih susah kadang ngatur emosi sebagai manusia. Kadang
lupa bahwa Allah selalu mengawasi di manapun dan kapan pun kita berbuat suatu
hal.
Satu hal yang gue percaya tapi kadang susah buat gue terapin dalam
kehidupan gue, bahwa ketika orang salah, kita tidak diminta untuk
menyudutkannya. Kalo kita bisa diomongkan langsung saja kepada yang
bersangkutan tanpa mengecilkan mereka di media sosial. Sering kita lihat bahwa
masing-masing kita gampang nyinyirin orang, padahal yang melakukan kesalahan
itu manusia, wajar jika mereka berbuat salah. Kenapa kita suka mengecilkan
mereka, itu bukan hak kita, itu hak sang pencipta. Lagi-lagi, karena banyak
setan berkeliaran, itulah yang menyebabkan kita sulit untuk berjalan diatas
jalan yang benar. Setannya pun ada dua jenis, dari golongan jin dan manusia. Kalo
dari golongan jin mah gampang, tinggal dibacakan yasin ilang. Yang susah adalah
melawan setan dari golongan manusia.
Well, di akhir tulisan ini gue hanya mau ingatin diri gue dan kita semua
bahwa mari kita belajar untuk mengingat untuk apa kita dilahirkan ke dunia ini.
Apa tugas kita dan kemana kita akan pergi. Sebab hidup adalah perihal menanti
giliran sedih bahagia, sukses jatuh dan terpuruk, hingga dari hidup menjadi
mati. Mari belajar menyalahkan diri sendiri karena menyalahkan orang lain tidak
perlu belajar. Jaga lisan atas kesalahan orang lain, karena kita juga
berpotensi berbuat salah, dan orang lain juga punya lisan. Adil bukan? Semangat
memperbaiki diri teman-teman. Karena kita tidak selamanya hidup, dunia ini
hanya jalan untuk menuju kehidupan berikutnya yang lebih kekal, yakni akhirat. Yok
siapin bekal!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar