Sabtu, 07 Mei 2016

Jodoh?

"Dia, meski kau jaga dengan sepenuh jiwa, kalau kata Allah tak berjodoh, akan pisah juga. Dia, meski belum pernah bertatap muka, kalau kata Allah jodoh, akan bersama juga."
"Jodoh itu cerminan dari dirimu sendiri. Jika tidak, bisa jadi, jodoh adalah pelengkapmu."
"Jodoh itu seperti buku, setiap lembarnya selalu mengundang pembaca untuk jatuh cinta. Membaca lembar demi lembar akan menimbulkan kasih sayang dan kesetiaan yang terikat kuat. Jika memang jodoh itu seperti buku, maka takkan pernah aku lelah untu memanti, memikirkan, dan mengulang untuk membaca lembar demi lembarnya. Jodoh itu nyata."

Bukankah jodoh itu selalu istimewa, sesuatu yang selalu ingin dan hangat untuk kita bicarakan. Berbicara tentang jodoh, pasti mengundang gelak tawa geli dan haru karena kadang membayangkan apa yang akan terjadi, bagaimana kisah saat masing-masing kita bertemu dengan jodoh pilihan Tuhan, seperti menerka-nerka sesuatu yang tak pasti namun kita harapkan. Jodoh itu istimewa bukan?
Jika benar jodoh itu istimewa, lantas kenapa harus selalu laporan, ini bukan hubungan yang dilarang Tuhan kan? Seharusnya masing-masing dari kita menyibukkan diri dengan menyusun langkah dan strategi agar karir bagus, berwawasan luas, berakhlak baik, dan terus memperbaiki diri. Jika memang jodoh, tidak perlu harus ada prasangka yang tak baik kan? Kalau harus bentar-bentar laporan, itu bukan jodoh namanya, tapi lagi menjalani hubungan dengan satpam. Lima menit sekali lapor, lima menit sekali lapor, lima menit sekali lapor. Lapor kalau lagi jalan, lapor kalau lagi makan, lapor kalau mau tidur. Seperti itukah jodoh yang sebenarnya?

Masing-masing kita punya hati kecil, dan mungkin logika kita sudah mengalahkan apa kata hati. Bukan justru melakukan yang terbaik berdasarkan keputusan dan isntruksi hati, alih-alih malah baper. Bentar-bentar bawa perasaan, sedih, galau,tidak ada kabar, tidak ada kepastian, begitu? Saya pribadi kok kayaknya tidak bisa menjalankan hal-hal yang terlihat begitu rumit. Saya justru cuek, memang bawaan dari lahir kadang ya, jadi bagi saya kalau sudah nikah, baru mulai masuk dimana memang seperti ada kewajiban saling tahu kabar satu sama lain, saling lapor dan saling memperhatikan. Ingat, hati ini harus dijaga kan, jangan baper mulu, ntar kemasukan berbagai virus dan susah lagi dikontrolnya. Nyari hidayah saja tidak nemu-nemu sampai sekarang, eh kok malah kita hendak merusak zona yang dilarang Allah?
Silakan sibuk berkarya, maksimalkan potensi diri kita masing-masing, karena bagi saya, wanita pintar dan cerdas itu seksi. Cantiknya bukan karena tebal bedak, tapi karena tebalnya pengetahuan dan wawasan yang ia miliki. Pokoknya wanita cerdas dan berprestasi itu wifeable. 

Agaknya kita harus sama-sama mengembalikan keyakinan bahwa jodoh tidak akan tertukar, jodoh sudah ditentukan, jadi tugas kita adalah terus berbenah dan berusaha istiqamah dalam kebaikan. bagaimana susah?
*Sebelum jatuh cinta, pakailah logika, sekali kamu lepas dan terjatuh dalam indahnya cinta tanpa menggunakan logika, kamu akan susah bangkit karena hati dan logikamu selalu kalah dengan yang namanya cinta. Entah itu cinta yang diridhai Allah, atau justru yang ia murkai. Be logic before you fall in love. please be noted, secerdas apapun manusia, ia bisa terlihat bodoh kalau sudah berhadapan dengan cinta. Tidak mau seperti itu kan? I remind you again, be logic. Semua ada masanya, jangan memulai sesuatu yang seharusnya belum layak untuk dimulai. 

Pertanyaannya adalah, siapakah jodohmu??

TERUNTUK GENERASI PENERUS BANGSA!


Teruntuk setiap kebaikan yang telah kalian berikan,
ijinkan aku sejenak untuk mengucapkan terima kasih.
jika memang nanti Allah masih memberikan kesempatan untuk bertemu,
semoga aku dapat membalas semua kebaikan kalian selama ini.

Teruntuk setiap sakit yang pernah kalian terima karena sikapku,
ijinkan aku meminta maaf untuk semua kesalahan yang pernah aku perbuat.
jika nanti ada umur panjang, ingin aku berbuat baik untuk kehidupan kalian.

Teruntuk setiap aib dan dosa yang pernah pernah kalian saksikan,
ijinkan aku meminta agar kalian menyimpan itu semua.
jangan kalian bagikan pada siapapun juga.
jika Tuhan memberikan kesempatan, akan kuperbaiki itu semua.

Sebab,
Aku makhluk sosial, yang sudah pasti membutuhkan pertolongan kalian.
Aku tidak bisa berdiri sendiri.
Sebab,
Aku bukan malaikat, yang tak punya salah dan khilaf.
Aku jauh dari kata baik antara sikap dan berperilaku.
Sebab,
Aku juga manusia yang pasti pernah berbuat salah.
Sama seperti manusia yang lain, jauh dari kata sempurna.

Karena aku ingin,
kalian lebih daripada apa yang selama ini kalian saksikan.
Karena aku ingin,
kalian harus ebih semangat daripada semangat yg mungkin selama ini pernah aku berikan.
Karena aku ingin,
Kalian tidak menyesal di kemudian hari, seperti apa yang pernah aku rasakan.
Tak perlu dicontoh semua kejelekan, ambillah yang baik, jika ada.
Tak perlu dipermasalahkan keburukan, ambillah manfaat jika kau temukan.
Aku ingin kalian lebih dari aku, lebih lagi, dan lagi. Kalianlah bintang yang aku harapkan!
Wahai adik-adik yang menjadi generasi penerus bangsa ini nantinya,
Semoga Allah mengabulkan segala do’a dan pinta,
Aku ingin kalian sukses, melebihi apa yang kalian bayangkan.
Tak pernah lelah aku mendo’akan kalian, kerana aku tahu kalian generasi harapan.
Jika nanti kesuksesan itu datang, tularkan pada yang lain.
Kalian harus menjadi inspirasi untuk generasi setelah kalian.
Tetaplah belajar dengan giat dan semangat, semoga kebaikan menyertai hari kalian.
KALIAN BISA, AKU YAKIN KALIAN BISA, KALIAN HARUS BISA, PASTI BISA!!!

Aceh, Medan, Jakarta, Jogja (Sebuah Catatan Perjalanan)

Terhitung untuk kali ini, di tanggal 11 April 2016 untuk kedua kalinya aku mengunjungi Banda Aceh. Tujuan utama saat itu adalah mengikuti seleksi PPAN tingkat provinsi, meski dalam hati sebenarnya sudah sadar diri bahwa selalu ada yang tidak wajar jika seleksi di tataran Aceh. Allah membenarkan itu semua, saat hari H, sebelum memasuki ruang kelas tempat tes berlangsung, kami diberi kode bahwa yang sudah pernah exchange bakal jadi pertimbangan internal panitia nantinya dalam memutuskan hasil akhir PPAN Aceh 2016. Dengan soal yang biasa, masih anak HI banget, pertanyaan seputar ASEAN, Aceh, dan pengetahuan umum lainnya, sepertinya meski tidak benar semua jawaban saat itu, tapi patut dipertimbangkan. Tapi, hasil ternyata berkata berbeda, namaku tidak ada dalam ChiYEP ketika pengumuman sudah keluar. Dengan hati yang berat meninggalkan Banda Aceh. Kecewa? Tidak. Karena meski belum lolos ke tahap selanjutnya, aku sudah mengunjungi beberapadestinasi wisata di Aceh, mesuem Tsunami, PLTD Apung, pantai dan masjid raya sembari menikmati pemandangan khas Serambi Mekkah. Menikmati makan nasi padang dengan rasa yang khas, mie Aceh, es, dan kuliner lain yang terdapat di seputaran Darussalam. Waktu berlalu, setelah beberapa hari meninggalkan Banda Aceh, aku kembali menjejakkan kaki ke Medan bergegas menuju Jakarta untuk memulai karir dan tinggal disana. Semua keperluan sudah aku persiapkan, surat pindah, dll. Kejadian aneh sempat menimpaku saat hendak bergegas mandi dan bersiap untuk meninggalkan loket bus HI. Entah salah dan dosa apa yang aku lakukan, tetiba ada dua sosok aneh yang mencoba menguji imanku saat itu. Dengan sisa nafas dan istigfar, aku meninggalkan loket dan mencari tempat yang lebih aman untuk melindungi sisa iman didalam dada ini. Take off dan landing hingga menikmati dua jam di atas taksi ibukota. Tapi ternyata nasb berkata lain, sesampainya di Jakarta, rumah yang begitu besar serasa penjara, aku tidak diperbolehkan keluar untuk menikmati Jakarta. Ada banyak hal rancu yang aku temukan disana, hal yang sudah tidak bisa lagi dinalar oleh logika. Dengan berat hati, aku pamit untuk mencari tempat terbaik dan saat itu aku memilih kembali ke Yogyakarta.  Dua jam di atas GOJEK bolak balik pasar minggu Depok, akhirnya sampai di loket bus dengan kondisi basah kuyup dan menikmati perjalanan dengan baju basah, sepatu basah, dan badan yang sudah minta disiram air. 10 jam perjalanan, mendaratlah di Jogja, ketemu lagi sama adik kos yang sudah seperti adik sendiri, masuk kamar, istirahat sebentar, langsung cabut ke Kaliurang untuk menghadiri pesta. Di saat itulah, untuk pertama kalinya aku mengenakan pakaian adat jawa, bak lagi mendalang bersama Mas Yogi anak Lampung dan Cah Bengkulu. Tidak tahu ada apa dengan Jogja, hati selalu nyaman untuk menikmati jalanan malam, meski macet, meski hujan, selalu ada cerita indah. Belum lagi kalau bertemu Bapak, Ibu mbak Mila, pecah suasana menceritakan sesuatu yang mengundang gelak tawa. Bapak selalu memberi kode untuk shalat berjama'ah, masya Allah. Meski har itu melelahkan, tapi seru bisa bertemu dengan anak-anak yang super pecah, baik, dan juga keluarga mbak Mila yang bikin perut selalu diputer-puter karena ketawa. Malam itu, makan di depan kamar, di atas teras, enak, nyaman, suasananya hangat, dan yang pastinya bahagia. Kalau kata orang Jogja selalu memanggil setiap pengunjungnya untuk kembali, itu benar adanya. Kegagalan di Aceh, keseraman cerita di loket bus HI Medan, susana mencekam di Jakarta, akhirnya hilang dan sirna setelah pancaran sinar mentari di Jogja. Bertemu geng lama, geng kos, geng MIHI, dan bercengkrama. Alhamdulilaah, terima kasih Tuhan. 

Cinta Tak Pernah Salah

Pernahkah kita merenung, bahwa Allah menciptakan cinta itu fitrah,
Seberapa sering kita menghayati bahwa cinta itu suci,
Bahwa, kita lah yang menjadikan cinta itu salah,
Menyentuhnya terlalu cepat,
Menjadikannya semboyan dan sumber semangat,
Tapi, sudahkah itu benar adanya?
Cinta tak pernah salah,
Yang menggenggam cinta itulah yang salah,
Jika cinta itu suci, lalu kenapa kita menghalalkan pacaran?
Membenarkan hubungan yang tidak seharusnya kita jalani,
Membiarkan hati kita berlarut dalam rasa yang salah,
Memciptakan ruang bagi syaitan untuk lebih dekat,
Bahwa, jika benar cinta, KUA dan nikah adalah jalan keluarnya.
Tidak ingin membenarkan diri ini, jiwa lemah ini pun sering salah.
Hanya ingin mengingatkan,
Cinta itu selalu indah dan suci dalam naungan cinta Ilahi,
Bukan pacaran dan menghalalkan yang dilarang Tuhan.
Jika benar, mari saling menasehati, bahwa cinta itu tidak salah.

Tapi semailah cinta disaat yang tepat, halal adanya.
Maha suci Tuhan dengan segala kalam dan pengetahuan yang Ia ajarkan.
Bahwa cinta bukanlah satu-satunya alasan untuk bertahan hidup.
Semua ada waktunya,
Ada saat mendekati cinta, menjadikannya halal dan berkah untuk kehidupan.
*Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan,
 Ia menciptakan cinta itu fitrah 

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkunga...