Saya pernah baca tulisan Tere Liye yang berbunyi:
“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, ia biarkan dirinya jatuh begitu
saja. Tak melawan dan mengikhlaskan semuanya. Bahwa hidup adalah menerima,
penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa
hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan,
pemahaman, dan pengertian itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang
sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin
merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.”
Tulisan tersebut menggambarkan apa yang saya rasakan selama di sini
khususnya semester ini saat duduk mengajar anak semester 1 dan 3 Prodi HI
Untan. Jika yang bayangkan adalah nilai yang ideal itu gampang, hanya lewat
goresan di siakad kemudian selesai. Tapi saya tidak akan pernah ikhlas jika
kalian melalui proses yang tidak baik, tidak jujur, dan membohongi diri kalian
sendiri. Rasanya saya memang tidak berambisi jadi dosen teladan, yang disukai
semua mahasiswa. No. saya juga tidak berharap semua senang dengan gaya saya
mengajar. Tidak. Saya hanya ingin masing-masing kalian sadar bahwa berproses
tidak perlu menghalalkan segala cara agar terlihat pintar dan menjadi yang
terbaik. Buat apa dapat IPK paling tinggi kalau hasil contekan. Buat apa anak
beasiswa suka ngata-ngatain dosennya? Penting banget ya?
Tapi semua itu terserah dan kembali kepada kalian. Toh, saya juga sudah
memilih beberapa mahasiswa yang akan saya bimbing dan saya damping selama saya
di sini. Kadang saya lelah dengan tingkah laku mahasiswa yang sok oke keliatan
wow tapi aslinya ternyata tidak ilmiah. Mending yang tulisannya busuk tidak
berbentuk tapi tidak copy paste. Haaa, sudah, saya pun sudah ikhlas. Bahkan males
kadang-kadang ngomongin hal beginian yang selalu menyita perhatian. Jika tidak
dikerasin, mahasiswa tidak paham jika itu tidak baik. Masak masih mahasiswa
udah belajar jadi koruptor. Perihal kebiasaan buruk yang kalau tidak telat, ya
nyontek, ya copas, ya bohong buat malsuin tanda tangan. Begitu aja terus diulang-ulang.
Saya pun bersyukur kepada Tuhan dikirimkan orang-orang baik seperti Bang
Ireng, Bang Adit, dan Kak Dewi. Yang terus bisa menjadi contoh baik buat saya
ketika saya salah dan selalu memberikan nasehat ketika saya kehilangan arah. Tidak
ada seorang dosen yang ingin mahasiswanya jadi bodoh, tidak bisa, dan lama
lulus. Kami semua pengen ngeliat kalian jadi orang sukses, makanya kami kasih
tau. In case ternyata pada prosesnya yang terjadi adalah arahnya beda dan
bertubrukan, silakan dilanjutkan. Kami sudah ikhlas, mengajar seadanya, dan
menjadi pendamping sekuat yang kami bisa. Ikhlaskanlah, sebentar lagi semuanya
akan terlihat yang mana yang salah yang mana yang benar. Semesta tidak pernah
diam dan Tuhan tidak pernah salah timbangan. Semoga semakin menjadi mahasiswa
yang berkarakter dimana tidak hanya suaranya yang nyaring, tetapi juga berisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar