Rabu, 23 Februari 2022

Analisis Tindakan Terorisme Global dalam Pandangan Islam

 

Beberapa tahun terakhir, Indonesia khususnya daerah Sulawesi dikagetkan lagi dengan adanya insiden bom bunuh diri di sekitar gereja Katedral Makassar. Tidak pelak kejadian yang melukai puluhan orang di sekitar gereja menarik perhatian dunia internasional seperti Singapura, Turki, dan Yordania. Dikursus mengenai terorisme berikutnya menjadi hal yang merasuki pikiran masyarakat dunia. Terorisme tidak hanya dipandang mengancam keamanan manusia, tetapi juga berpengaruh terhadap politik identitas masyarakat muslim yang sering kali disangkut pautkan dengan kejadian aksi bom bunuh diri. Kecenderungan seperti ini akhirnya akan menjadi ironi dan berpotensi melahirkan konflik baru dalam kehidupan sosial masyarakat.

            Jika melihat definisi dari beberapa literatur, terorisme merujuk kepada intimidasi dan ancaman. Perilaku dan tindakan terorisme adalah salah satu cara untuk mengintimidasi dan mengancam orang lain. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pembunuhan, penganiayaan, pemboman, pembakaran, dan pembajakan. Akan tetapi, sering kali tindakan teror itu didasarkan pada kebencian terhadap golongan tertentu dan sikap subjektif si pelaku. Sementara, Islam tidak pernah sama sekali mengajarkan pengikutnya untuk melakukan aksi terorisme dengan alasan apapun. Sekiranya ditemui aksi teror dengan kedok Islam dan gerakan yang ada di dalamnya itu adalah dalih. Islam tidak pernah mengajarkan pengikutnya untuk bunuh membunuh dan melakukan kekerasan untuk menyelesaikan masalah apapun.

Di dalam surat Al-A’raf ayat 199 disebutkan bahwa Allah berfirman “berikanlah pengampunan, bimbinglah ke arah yang damai lagi baik dan janganlah bertindak bodoh..”. Jelas disebutkan bahwa untuk kesalahan apapun, Islam tidak membenarkan umatnya untuk saling menyakiti dengan alasan yang bodoh apalagi sampai menimbulkan rasa tidak aman. Sementara dalam hadis dikatakan bahwa “Iman itu memiliki 77 cabang, yang paling tinggi adalah dengan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalan. Sedangkan malu adalah bagian dari iman”. Bisa dibayangkan bagaimana Islam meletakkan damai, aman, dan hidup tenteram itu menjadi fokus perhatian. Tentu dengan tidak mengganggu orang lain. Bagaimana orang bisa dengan mudah mengatakan Islam itu dekat dengan teroris, kalau duri dan penghalang di jalan saja diminta untuk disingkirkan dengan alasan keselamatan orang lain.

Artinya, ketika memang ada yang melakukan tindakan teror dan mereka beragama Islam, bukan Islam yang mengajarkan hal yang demikian. Akan tetapi, mereka yang memahami hal yang salah dan memaksakan kehendak untuk memerangi orang-orang yang tidak sesuai jalan pikiran mereka. Sementara Islam, sama sekali tidak memaksa orang dan pemeluk agama lain untuk memiliki persepsi yang sama dengan ajaran Islam. Di Qur’an surat An-Nahl ayat 125 disebutkan bahwa “Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik…”. Tidak ada sama sekali Islam memerintahkan pemeluknya untuk membantai, menyebabkan ketakutan, apalagi memeranginya dengan melakukan aksi teror dan tindakan intimidasi.

Pada bagian yang lain, dalam surat Al Mujadilah ayat 13 disebutkan bahwa “Hai orang-orang yang beriman, sungguh Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah maha mengetahui”. Di ayat ini jelas disebutkan bahwa manusia itu diciptakan untuk saling mengenal satu sama lain, hidup berdampingan, dan saling tolong menolong. Bahkan beberapa ilmuan dunia menjelaskan bahwa kata “yang paling mulia adalah yang paling bertakwa” merujuk pada arti yang paling baik dalam kehidupan adalah mereka yang paling banyak memiliki kontribusi positif.

Di hadis yang lain menyebutkan “Demi Allah tidaklah beriman. Demi Allah tidaklah beriman, demi Allah tidaklah beriman. Siapa wahai Rasul? Dia yang tidak memberi rasa aman bagi tetangganya dari gangguannya (H.R Bukhari Muslim). Pandangan yang salah di mata masyarakat adalah pemahaman mengenai bom bunuh diri adalah jihad fisabiliah atau holy war yang menggunakan identitas Islam sebagai kedok membenarkan kegiatan teror. Padahal itu adalah pemikiran yang salah dan tidak benar. Istilah the holy war itu sebenarnya tidak pernah dikenal dalam perbendaharaan Islam Klasik. Istilah tersebut diyakini berasal dari sejarah Eropa dan dimengerti sebagai perang karena membawa alasan keagamaan. Pandangan Barat tersebut telah memberi dan citra negatif kepada Islam sebagai agama yang meyakini cara-cara kekerasan dan bergerak dalam kehidupan yang membenarkan tindakan teror terjadi di dalam masyarakat global.

Sejumlah kalangan ternyata telah salah mengartikan Jihad yang hanya dengan satu makna yakni dengan dalih perjuangan senjata yang menawarkan alternatif hidup mulia atau mati syahid (‘isy karΔ«man aw  mut syahΔ«dan). Opini yang berkembang di tengah masyarakat adalah para pelaku jihad dikaitkan dengan teroris. Padahal itu adalah konstruksi yang tidak tepat dan Islam tidak mengajarkan hal tersebut.

 

6 Modalitas Pembangunan Konektivitas dalam Regionalisme ASEAN

Kerja sama ekonomi regional yang diikuti Indonesia selalu erat kaitannya dengan pembangunan konektivitas maritim dengan memanfaatkan laut sebagai penghubung bagi kegiatan perdagangan internasional. Pemanfaatan tol laut kemudian digagas dengan pembangunan koridor ekonomi baik antara provinsi yang ada di Indonesia, maupun antar negara terutama dengan negara-negara anggota ASEAN. Indonesia sendiri terlibat dalam kerja sama ekonomi sub-regional (KESR) dengan maksud membangun konektivitas maritim di tengah dinamika geopolitik dan geo-ekonomi internasional dengan tujuan agar dapat tereintegrasi dan berperan aktif dalam pasar global. Setidaknya terdapat tiga KESR yang diikuti Indonesia di kawasan Asia Tenggara. Di antaranya, Indonesia Malaysia Thailand Golden Tiangle (IMT-GT), Brunei Indonesia Malaysia Philippinnes East ASEAN Growth Area (BIMP EAGA), Timor Leste Indonesia Australia Growth Triangle (TIA-GT)1.  

Dalam konteks dokumen the master plan on ASEAN connectivity 2010, konektivitas dan pembangunan maritim di Asia Tenggara dalam dilaksanakan dengan menggunakan tiga strategi. Pertama, pembangunan infrastruktur fisik dan peningkatan infrastruktur yang sudah ada. Kedua, pembangunan lembaga, mekanisme, dan proses yang efektif yang dilaksanakan dengan menyelesaikan berbagai hambatan dalam pergerakan barang dan orang serta fasilitasi investasi dan perdagangan intra-ASEAN. Ketiga, pembangunan masyarakat yang dapat diperdayakan (people to people connectivity) dalam rangka mempromosikan interaksi sosial budaya intra-ASEAN yang lebih dalam melalui upaya mobilitas intra-ASEAN yang lebih besar.

Agar dapat berjalan dan berhasil dan maksimal, pembangunan konektivitas dan integrasi ekonomi regionalisme di Asia Tenggara memerlukan beberapa modalitas. Berikut 6 modalitas pembangunan konektivitas dan kerja sama ekonomi sub-regional:

1.      Peran Pemerintah Daerah. Semakin aktif dan berkomitmen pemerintah daerahnya, semakin besar pula potensi kerja sama dan berjalanannya program pembangunan konektivitas. Sebagai contoh adalah peran aktif Provinsi Sulawesi Utara dalam membangun BIMP-EAGA. Demikian juga sebaliknya, semakin tidak aktif pemerintah daerah, maka akan sangat kecil kemungkinan terbentuknya kesepakatan kerja sama pembangunan konektivitas. Sebagai contoh adalah Provinsi Maluku dan Papua dalam konteks BIMP-EAGA.

2.      Status Delimitasi Batas Wilayah. Bahwa pembangunan konektivitas akan semakin mudah dicapai jika status delimitasi batas wilayahnya sudah jelas dan selesai seperti pada perbatasan Indonesia-Malaysia di Selat Malaka dalam konteks kerja sama IMT-GT. Sebaliknya, pembangunan konektivitas maritim dan kerja sama sub-regional akan semakin sulit berjalan jika delimitasi batas wilayah batasnya belum selesai. Seperti contoh kasus perbatasan laut Indonesia –Timor Leste dalam kerangka kerja sama TIA-GT.

3.      Modal Koordinasi. Modal koordinasi yang dimaksud disini adalah koordinasi antar pemerintah nasional dan pemerintah daerah dengan masing-masing negara anggota. Selain itu, koordinasi lain yang dibutuhkan adalah sekretariat nasional dan working group. Serta, sekretariat KESR dan sekretariat ASEAN. Semakin baik koordinasi yang dihasilkan dari ketiga modal koordinasi, semakin baik pula potensi kerja sama yang dihasilkan oleh negara-negara anggota yang terlibat di dalam kerja sama sub-regional.

4.      Harmonisasi Peraturan. Merupakan program pembangunan konektivitas yang telah disepakati di tingkat sub-regional. Misalnya adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Bagian lain yang masuk dalam modal harmonisasi peraturan dalam kerja sama sub-regional adalah birokrasi sederhana yang mendukung aktivitas kerja sama. Seperti kegiatan perdagangan internasional, impor dan ekspor serta investasi.

5.      Modal Anggaran Pendanaan. Pembangunan dalam koridor ekonomi akan berjalan dengan baik apabila ada dukungan berupa modal dan anggaran dana seperti bantuan anggaran dari Asian Development Bank (ABD).

6.      Potensi Ekspor Impor. Pembangunan konektivitas dan kerja sama sub-regional akan dapat terlaksana dengan baik jika setiap negara yang terlibat dalam kerja sama memiliki unsur penunjang seperti komoditas ekspor dan impor sebagai komoditas yang saling melengkapi. Sebaliknya, jika dalam kerja sama sub-regional, negara tidak memiliki komoditas unggulan yang dapat saling ditukar, kemungkinan kerja samanya tidak akan berjalan dengan baik dan dapat terhenti dengan sendirinya. Sebagai contoh adalah pada kasus jalur kapal Ro-Ro Davao Filipina dan Bitung Indonesia yang sudah tidak dapat berjalan lagi pasca diluncurkan pada April tahun 2017.

 Selain itu, hal yang sangat ditekankan dalam kerja sama sub-regional dan pembangunan konektivitas dapat membentuk tiga jenis regionalisme seperti yang dijelaskan oleh Asian Development Bank. Pertama, regionalisme dalam bentuk kerja sama regional. Bentuknya dapat berupa konferensi, forum regional, dan bentuk sejenis. Hasilnya adalah perjanjian, deklarasi, dan strategi kerja sama. Kedua, penyediaan layanan regional. Ketiga, integrasi pasar regional. Hal lain yang menjadi penentu keberhasilan kerja sama sub-regional adalah rendahnya tendensi persaingan kepentingan negara-negara yang ada di Kawasan Asia Tenggara. Hal ini disebabkan letak Indonesia dan ASEAN yang berada di tengah kawasan Indo-Pasifik, dimana terdapat persaingan dua kekuatan besar dan rivalitas antara AS dan China2.   

 

Daftar Rujukan

Kartini, Indriana, dkk. (2020). Penguatan Konektivitas Lintas Batas dalam Kerja Sama Ekonomi Sub-regional. Jurnal Penelitian Politik Vol 17 (1). Hal 117-139.

Alunaza, Hardi. (2020). Diplomasi dan Pembangunan Konektivitas Maritim Indonesia dalam Konstelasi Politik Global. Jurnal Penelitian Politik Vol 17 (2). Hal 295-303. 

Senin, 21 Februari 2022

Tentang Menikah

Segala sesuatu tentang menikah sering kali menjadi bahan perdebatan. Bisa jadi saat kumpul keluarga, saat lebaran, saat kumpul pertemanan, dan banyak waktu lain yang biasanya menjadikan ‘menikah’ sebagai isu utama untuk dibahas. Berikut ada beberapa hal yang menjadi perhatian bagi anak muda sebelum menjadikan isu ini sebagai isu sentral dalam kehidupan mereka.

Menikahlah dengan orang yang mau diajak kerja sama melakukan apapun. Sebab kehidupan pasca menikah itu adalah kehidupan yang bisa jadi serba susah, serba memulai untuk mandiri, serba belum pengalaman, dan lain-lain. Penting banget untuk menemukan partner menikah yang mau diajak susah bareng, cari pengalaman bareng, susah ngurus anak juga bareng. Misal, suami harus punya skill untuk dapat membantu istri agar derajat kewarasan istri tetap berada pada derajat normal. Pasca menikah, suami itu bukan bos dan istri itu bukan pembantu rumah tangga. Cari suami yang bisa dan mau turun ke dapur, mau masak, mau bersih-bersih bukan cuma sibuk maen games, bukan hanya sibuk mendatangi kafe untuk ngopi. Cari istri yang siap bekerja keras, bisa diandalkan ini itu bukan hanya duduk imut manja ngabisin bedak. Harus bisa saling melengkapi satu sama lain. Berikan surprise ke masing-masing pasangan dengan kerja sama bukan hanya dengan cokelat dan bunga mawar atau kue tart ucapan selamat.

Menikah itu adalah perihal meng-upgrade kapasitas masing-masing. No one’s leave behind. Suami harus bisa menjadi pelengkap untuk upgrade skill istri, begitu juga sebaliknya. Kalau istri punya cita-cita sebelum menikah, cita-cita tersebut harus dilanjutkan, jangan berhenti hanya karena sudah menikah. Pasangan adalah wadah terbaik untuk belajar. Suami istri tetap bisa berbakti ke keluarga masing-masing tanpa ada batasan atau condong ke satu keluarga saja. Sebab menikah adalah bertambah saudara, jadi harusnya silaturahminya makin luas.

Bagian ini adalah yang paling penting. Menikah adalah persoalan memiliki maaf dan sabar yang tidak terbatas untuk pasangan. Ini adalah bekal yang sangat krusial kalau seseorang mau menikah. Sebab yang akan kita temui di sekian tahun perjalanan pernikahan kita adalah kekurangan pasangan masing-masing. Sudah siapkah kita untuk selalu memaafkan ‘dia’ kalau dia salah, begitu juga sebaliknya. Kalau pun harus pacaran sebelum menikah, cari tau baik buruknya, jangan baiknya saja. Ada banyak pasangan yang menikah kemudian tidak membutuhkan waktu lama menetap bersama dan berpisah karena tidak dapat menerima lebih dan kurang pasangan. Hal ini mungkin terjadi karena semasa perkenalan atau pacaran yang ditunjukkan baik kepada pasangan atau pun keluarga pasangan adalah hal yang baik-baik saja. Menikahlah ketika kamu siap dengan stok sabar dan maaf yang tidak terbatas. Sebab sekali untuk seumur hidup itu membutuhkan saldo maaf dan sabar yang tidak sedikit nominalnya. Menikah adalah sebuah proses menerima kekurangan pasangan yang tidak engkau temui ketika ta'aruf dengannya.

Bagi yang belum menikah, inilah adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki diri. Jangan sibuk mencari yang sholeh dan sholehah tapi lupa menjadi. Jangan sibuk mencari yang sholeh tapi lupa menjadi sholehah begitu juga sebaliknya. Penting menjadi perhatian bahwa menjadi sholeh dan sholehah-lah di dunia nyata. Kau tak perlu tampak sempurna di sosial media. Karena sejatinya menjadi sholeh dan sholehah adalah dari tingkah laku kita. Jangan menjadi salafi hanya sebatas di dunia maya. Di dunia nyata bejatnya minta ampun. Ketika kau mencari yang sholeh dan lupa menjadi, maka yang kau dapatkan pun akan sama. Tampak sholeh dan sholehah hanya di media sosial saja, nanti dipertemukan dengan jodoh yang hanya sebatas sholeh dan sholehah di media sosial juga.

Cinta yang abadi adalah jatuh cinta dan memberikan rasa yang sama setiap hari kepada orang yang sama, pasangan.

Ingat, indahnya kehidupan menikah itu adalah satu dua tiga tahun pertama, selebihnya adalah seru karena kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang (mungkin) di luar dugaan. Sabar dan maafnya harus dibanyakin.

Laki-laki a.k.a kaum Bapak harus lebih bisa berusaha mendengarkan setiap keluh kesah pasangan (setiap suami pasti berusaha untuk ini). Begitu pun perempuan, harus lebih bisa menyampaikan apa yang diinginkan tanpa adanya kode-kode. Almost lelaki itu tidak paham dengan dunia perkodean, beberapa ada. The most important thing adalah jaga komitmen pernikahan.

 

 


π—žπ—¨ π—žπ—œπ—₯𝗔 π——π—œπ—” π—£π—˜π—‘π—šπ—˜π— π—œπ—¦

Suatu malam setelah maghrib, aku mengendarai mobil menuju rumah. Tiba-tiba rasa migrain nyeri menyerang kepala hingga aku menepikan mobilku.

Berhenti sejenak menunggu rasa nyeri berkurang, aku berusaha mengalihkan pikiran dengan melihat sekeliling. Tiba-tiba kaca mobilku diketuk seorang anak laki-laki kira-kira umur 12 tahun. “Pak.. Bapak mau parkir? Saya bantuin untuk parkir mobilnya ya.” katanya.

“Belum sekarang, saya mau istirahat dulu,” jawabku.

“Kalau gitu apa Bapak punya uang 2000?” tanya anak itu.

Karena aku sedang tidak mau diganggu, aku buru-buru serahkan uang itu. Lalu aku mulai mengamati anak itu. Dia mendekati tukang gorengan lalu membeli beberapa gorengan. Kemudian gorengan itu dia berikan pada sesosok orang tua yang duduk di bawah tiang listrik. Ketika dia melewati samping mobilku, aku buka kaca dan memanggilnya.

“Eh.. dik sini, itu siapa?” tanyaku.

“Gak tau pak, saya juga baru saja ketemu” jawabnya.

“Loh, tadi kamu minta uang ke saya untuk beli gorengan, kenapa diberikan ke bapak tua itu?” tanyaku.

“Oh.. saya tadi duduk di situ, ngobrol sama bapak itu. Bapak itu katanya puasa. Tadi saya lihat buka puasanya cuma minum. Katanya uangnya habis. Hari ini saya nggak jualan koran. Tanggal merah pak. Jadi ga punya uang. Saya cuma ada uang 1000. Kalau beli gorengan cuma dapat 1 kasihan ga kenyang. Makanya saya minta bapak 2000. Biar dapat 3. Bapak mau parkir sekarang? Saya bantuin parkir ya pak. Bapak kan udah bayar. Kalau saya sebenernya bukan tukang parkir,” katanya tertawa sambil garuk-garuk pipinya.

Aku terdiam. Tadi aku pikir anak ini pengemis seperti anak-anak yang biasa mangkal di jalan. Ternyata aku salah besar.

“Terus uang kamu habis dong dik?” tanyaku.

“Iya pak. Nggak apa-apa. Besok bisa jualan koran. Inshaa Allah ada rejekinya lagi.” jawabnya.

“Kalau gitu bapak ganti ya uangnya dik … Sekalian sisanya buat jajan.” kataku sambil menyerahkan lembaran uang Rp 20.000,-.

“Nggak usah pak, Jangan.. Ibu saya sebetulnya melarang saya minta-minta. Makanya saya tawarin bapak parkirin mobil. Soalnya tadi saya kasihan bapak tua itu aja. Cuma saya bener-bener nggak punya uang,” katanya lagi.

“Eh Dik.. Bapak minta maaf ya tadi salah sangka sama kamu. Kirain kamu tukang minta-minta” kataku merasa bersalah.

“Saya yang minta maaf pak. Saya jadi minta uang duluan sama bapak. Padahal saya belum kerja.” jawabnya.

“Sama-samalah. Ini ambil uangnya. Ini kamu nggak minta, bapak yang beri.” kataku.

“Nggak pak, Makasih. Bapak mau parkir sekarang?” tanyanya lagi.

“Nggak. Bapak nggak usah dibantu parkir,” kataku.

“Beneran pak? Soalnya saya mau jemput adik saya ngaji dulu. Takut nangis kalau kelamaan telat jemputnya.” katanya.

“Udah, sana jemput aja adikmu.” kataku tersenyum.

“Makasih ya pak.” katanya setengah berlari meninggalkan saya yang termangu.

Aku menoleh ke tiang listrik, bapak tua itu sudah pergi. Aku lihat dari spion mobil, anak itu berjalan setengah berlari.

Di luar sana banyak orang tidak seberuntung kita, tapi mereka masih memikirkan sesama, masih berusaha bersedekah dan sangat yakin akan jaminan rezeki.

Terima kasih nak, kamu hari ini telah memberikan pelajaran akhlaq yang luar biasa untukku. Semoga hidupmu berlimpah berkah dan rezeki.

Aku starter mobil dan melaju pelan-pelan menuju rumah. Aku sedih dan tanpa sadar meneteskan air mata, karena belum bisa berbuat banyak untuk sesama.

*Beberapa anak beruntung dilahirkan dan dibesarkan pada keluarga yang cukup materi. Sisanya, lebih beruntung karena diberikan hati dan pundak yang kuat untuk berusaha sendiri. 

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkunga...