Selasa, 29 Desember 2015

Izinkan Kubertutur (JATUH HATI)

Terlalu banyak kata menyelinap didalam benakku, seperti tak kuasa lagi kutahan dan memaksaku untuk menuturkan. Metamorfosa suatu perjalanan panjang telah membawaku menikmati sederet pengalaman yang sungguh mahal untuk kulupakan, bak keajaiban yang mendekat dan anugerah kala senja pamit meninggalkan dunia untuk menyambut malam. Telah kuhabiskan banyak waktu mengiringi satu demi satu liku kehidupan penuh hiasan laksana semerbak warna pelangi yang menyajikan keindahan untuk diabadikan. Tidak jauh berbeda, aku punya sederet diksi yang bisa menjelaskan itu semua. Pernah kau, mendapati sepasang pasutri dengan hati yang begitu bening dan bisa kau tandingi? Adalah sepasang anak yang berhati mulia nan menakjubkan seperti kilauan permata. Mereka tidak hafal ayat qur’an, tapi kebaikan dan kedermawanannya, aku yakin pasti mengalahkanmu. Jangankan hadist, baca tulis saja mereka terlalu sulit, tapi kilauan nurani dan rendah hatinya menusuk sembilu seakan kita tidak ada apa-apanya. Coba bandingkan dengan diri kita, mengenyam pendidikan tinggi, tapi hati kita terkadang terlalu sering lalai untuk menuai kebaikan. Keikhlasan dan kejernihan pengalaman masa lalu telah mengajarkannya untuk berdiri tegak menebar kebaikan, meski tidak sedikit yang tidak menghargainya. Cobalah kau bertutur padaku, adakah kau saksikan seorang Ibu yang begitu baik perangai dan kepribadiannya, mendengar suaranya saja sudah luluh hati dibuatnya. Tidak pernah kenal apalagi bertatapan mata, tapi dari jauh ia bisikan nasehat dan kekuatan untuk tetap sabar dan tegar, karena baginya segala sesuatu terjadi selalu ada hikmahnya. Ah, Ibu, kebaikanmu tidak hanya bisa kurasakan dari kejauhan, bahkan permata-permata hati yang kau punya begitu luar biasa, Chandra, misalnya. Susah sekali membalas semua kebaikannya, aku yakin bahwa kau sangat bangga memiliki anak seperti dia. Aku selalu mendo'akannya agar luus dan bisa S2 di luar negeri Buk, makanya aku berharap azzamnya untuk terus belajar bahasa Inggris tetap menyala. Belum terlambat baginya untuk belajar, aku yakin ia pasti bisa Buk. Aku ingin dia lebih pintar, lebih hebat, lebih sukses dari kami-kami seniornya Buk. Ibuk, kebaikanmu penuh, semoga kesabaran dan kebahagiaan selalu Ia limpahkan untukmu disana, Ibuk. Setiap ingat petuah dan kebaikanmu, aku jadi ingat lagu Raisa Buk, ibuk tau judulnya apa? JATUH HATI.
*Kuterpikat pada tuturmu, aku tersihir jiwamu, terkagum pada pandangmu, caramu melihat dunia, kuharap kau tahu bahwaku terinspirasi hatimu.  
Belum lagi Ibuk Yunis, Bapaknya, Yunis, Mbak Mila, ah apalagi yang tidak baik dari mereka, sudah terlalu banyak kebaikan mereka untuk diri ini, padahal baru kenal, tapi mereka baik sekali. Allah maha besar.
Kalau lagi penat dalam menghadapi kehidupan, aku ingat kata-kata seniorku Buk. Seniorku bilang “Bersabarlah, maka gunung akan runtuh dengan sendirinya, lautan akan kering, biarkan waktu menghabisi semuanya.”

Ibuk memang luar biasa, baik sekali terhadap siapa saja...
Semoga kebaikan terus menyertai Ibuk, Chandra, dan keluarga Mbak Yunis. Aamiin...
(Jogja, 29 Desember 2015, di atas ranjang kusam malam ini).

Sabtu, 26 Desember 2015

Kertas Putih dan Titik Hitam

Kita memang bisa memilih,
Siapa yang akan kita jadikan teman dalam hidup
Bagaimana kita harus bersikap
Apa yang harus kita kerjakan dalam keseharian
Karena kita punya bekal, kita punya hati
Hati yang telah Allah hadiahkan adalah untuk jalan kebaikan
Sikap kita pun adalah cerminan dari hati di dalam diri kita
Semakin bersih hati kita, semakin baik pula cahaya yang ia pantulkan.
Ada banyak sekali kode yang Allah berikan untuk menjaga kebersihan hati kita
Kembali, apakah kita mau menjaganya atau tidak
Ibaratkan kertas yang putih, begitu pula bila hati kita dalam keadaan bersih.
Tak sedikit pun ada noktah hitam yang terlihat di antara garis-garis kertas tsb.
Allah itu maha adil, Ia uji kita untuk tahu sejauh mana keimanan kita
Ia berikan kita hati, Ia berikan juga jin dan setan untuk menguji kadar imana kita
Jika kita mengikuti dua makhluk tsb, maka noktah hitam akan hinggap di hati kita
Awalnya kecil, semakin lama semakin besar dan kertas putih akan terlihat kusam.
Mampukah kita mengendalikan hawa nafsu dan mengalahkan godaan setan?
Hingga hati kita tetap bersih dan terjaga dari kemaksiatan.
Tanyakan pada diri kita masing-masing
Karena kita lah yang tau, apakah hati kita putih, atau justru banyak noktah hitam didalamnya
*Maha benar Allah dengan segala firmanNya.

Rabu, 02 Desember 2015

Judika versus Adera, Kau Pilih Mana?

Tulisan ini adalah hasil komparasi dua lagu yang selalu bakal gue otomatis galau kalo lagi dengerin ato gak sengaja denger dua lagu itu. Liriknya emang mellow, dan I don’t know why, setiap kedengeran dua lirik lagu itu, konsentrasi gue langsung buyar, semacam keinget kisah romantis. Tapi sebenarnya, gue juga mengakui kalo kita masih merasa galau atau gelisah dan sejenisnya berarti kisah masih normal, which is dalam hidup pasti kita gak bakal bisa kepisah sama yang namanya cinta, betul kan? Angkat tangan kalo setuju, kan karena kita normal, kepikiran masa depan, seketika kita menjadi gelisah dan tak karuan. Tapi, jangan sampai keseringan juga, itu gak baik juga buat kesehatan.
Penasaran kan dengan dua lagu tersebut? Okee, sekarang gue kasih tau, lagu yang pertama adalah lirik lagunya Judika yang judulnya Sampai Akhir.
Kasih ku berjanji selalu menemani, saat kau bersedih, saat kau menangis
Kan kujaga segenap cinta yang ada untukmu
Selama nafasku masih berdetak dan jantungku trus memanggil indah namamu, takkan pernah hati ini terpisah sampai akhir hidup ini.

Secara lirik sebenarnya biasa aja, tapi you know musiknya membuatku kita gak bisa kemana-mana eh, membuat kita betah buat mendengarkannya sampai habis. Aslinya tadi tuh cuma niat beli makan aja di depot, tapi pas denger lagu itu semacam ada suara hati yang ingin terkuak keluar dan pergi jauh mencari seseorang untuk dibawa ke penghulu, wkakakaka. *Amit2!
Gue sendiri suka sama lagu ini karena pas kerja di BKMA banyak banget kisah yang pake latar lagu ini, adeh, susah buat diungkapkan disini, gak bakal kelar sehari semalam, mau lue begadang demi cerita tsb? Gak kan?

Baiklah, sekarang kita beralih ke lagu yang kedua, adalah lagu yang memang punya kisah tersendiri buat gue saat dulu sedang belajar alias baca-baca skripsi di danau kampus UI. Yakni lirik lagu Adera dengan judul melukis bayangmu. Masak iya pas gue di UI sama Monas mau melukis bayang-bayang di sono? Yang ada malah gue dikejar security lagi. Anyway, permintaan lue pas gue lagi duduk-duduk di taman UI udah gue ikhlaskan kok. Biar Tuhan yang jawab dan membuktikan siapa yang paling benar dalam berkisah antara kita, apakah gue yang berdrama, atau justru lue yang memang susah buat ngatain yang sesungguhnya kalo kita memang susah buat barengan. Haddeeeh, barusan gue nulis apaan ya? Kok kayak script sinetron begitu, kata-katanya susah buat di rem. Gimana liriknya? Berikut gue tulisin khusus buat lue, cekidot

Ku melintas pada suatu masa ketika ku menemukan cinta
Saat itu kehadiranmu memberikan arti bagi hidupku
Meskipun bila saat ini kita sudah tak bersama lagi
Ada satu yang kurindu, kehangatan cinta dalam pelukanmu
Biarkan aku melukiskan bayangmu karena semua mungkin akan sirna
Bagai rembulan sebelum fajar tiba,
kau selalu ada walau tersimpan di relung hati terdalam

Sudah galau belum? Galau kali kau kan? Inilah lagu yang buat aku galau saat belajar skripsi tahun lalu di danau UI. Lirik lagunya nusuk, semenusuk ketika teringat kenangan saat kerja di DPPM, kami rebutan buat mendengarkan lagu ini setiap hari. Gak percaya kau kan? Mana percaya, soalnya kau tak ada disitu waktu tu. Gak, tapi emang beneran deh, kadang cinta itu aneh ya, karena mendengarkan lagu aja bisa galaunya berkepanjangan. Gara-gara liat photo aja bisa gelisah gak karuan, gara-gara suatu kejadian, kita bisa diombang-ambingkan memori masa silam yang sebenarnya sudah tidak elok untuk dibahas dan diingat-ingat yakan? Karena masing-masing kita juga udah berjalan sendiri-sendiri, menapaki kisah masa depan tanpa melirik seperti pernah peduli, mendiamkan seperti memang ada suatu hal yang ingin dilupakan, atau justru karena kenangan yang menumpuk sehingga kita susah untuk saling bersahut-sahutan? Lebih jauh ingin aku katakana, bahwa jarak adalah musuh paling hebat yang sulit untuk bisa kita kalahkan. Belum lagi rasa gengsi yang bertumpuk sehari demi sehari, menimbun benih kelukaaan dan takkan pernah dihentikan. At least, gue Cuma mau bilang aja, intinya jodoh itu takkan ketukar, jodoh itu akan dipertemukan, dan jodoh itu pasti saling bersamaan. Mau dijaga sampe mati juga kalo memang gak jodoh kita mau bilang apa? Teruntuk memori akhir November yang pernah kutulis, kamu apa kabar? Masihkah kau mau menjadi Lovember yang selalu akan kunantikan hingga nanti kita dipertemukan dalam ikatan syah lahir bathin? (Maak tulisan ini makin gila)
*Meski jarak menjadi penghalang, kita masih bertemu di dalam mimpi indah, sampai nanti kita saling berpegangan tangan, kau senderkan kepalamu kebahuku saat kita sudah dalam jalinan halal. Semoga kau selalu dalam lindungannya ya, aamiin. Bye bye…

True story written by request from one of my best friend. Not my story anyway. So, don’t judge me more and more!

Senin, 30 November 2015

Resensiku: Satu Indonesia Bersama Ridwan Kamil


Ridwan Kamil, tokoh inspiratif yang sejak tahun 2013 menjadi Walikota Bandung. Sepanjang perjalanan wawancara dalam episode satu Indonesia ini, ada beberapa quote yang menurut saya bisa menginspirasi kaula muda yang lain. Mau tahu? Read chapter below:
Bagian satu, hidup itu seperti sepeda, untuk bisa hidup seimbang, kita harus bisa mengayuh kedua rodanya dengan seimbang.
Bagian kedua: Lakukanlah apa yang menurut logika dan hati kita betul
Bagian ketiga: Mempersiapkan masa depan dengan pembangunan berkelanjutan yakni segitiga sama sisi, eknomi, politik, dan lingkungan.
Bagian keempat: Pahlawan adalah orang yang terus membagi waktunya tanpa pamrih
Bagian kelima: Apa yang kamu pikirkan pasti kamu dapatkan
Bagian keenam: Hidup harus banyak spectrum manfaat bagi orang lain
Bagian ketujuh: Teori psikologi mengatakan bahwa orang yang berada di bawah pohon akan semakin pinter, karena semakin banyak oksigen yang megurangi adrenalin
Bagian kedelapan: to live is to give, hidup adalah berbagi, karena apa yang kita dapat hanya untuk kita, tapi jika apa yang kita dapat bisa berguna bagi orang lain, maka itulah yang terbaik.
Bagian kesembilan: Dengan cinta, apapun masalah akan dapat dihadapi. Kalau pake cinta, pasangan sesuai harapan berarti kita makin sayang, kalo pake cinta tapi pasangan tidak sempurna, maka akan kita sempurnakan dengan cara-cara yang menyenangkan.
Bagian kesepuluh: Jadilah individu yang fair, ketika salah mau dikoreksi dan meminta maaf, ketika benar bisa menginspirasi dan membimbing orang lain.

Bagian kesebelas: dalam hidup itu ada sebuah regret, penyesalan. Dari penyesalan itulah kita berusaha untuk belajar menjadi kepribadian yang lebih baik.  

Resensiku: Pintu Harmonika

Pintu Harmonika bercerita tentang tiga anak yang tinggal di kompleks Ruko Gardenia Crescent yang sering menghabiskan waktu luang di lahan kosong yang ditumbuhi ilalang, grafiti pada tembok yang sudah mulai runtuh, berbau pesing dan apek di sudut-sudutnya; yang akhirnya mereka namakan Surga. Hanya mereka yang mau dan suka bermain di Surga, melakukan hal-hal yang mereka suka, sehingga mereka bertiga sangatlah akrab, meski usia mereka berbeda-beda. Mereka adalah Rizal, Juni, dan David.

Bagian pertama: Rizal dengan pencitraan yang sangat indah untuk dibaca, memiliki banyak fans, akan banyak mata yang melihat ketika ia melewati lorong sekolah. Setiap hari ia memberikan banyak kejutan, baik itu bunga, kue, coklat, bahkan hingga cerita yang mengundang rasa penasaran dari para pecintanya. Berbeda dengan para fans nya, Krisna Salim justru judes dan tidak suka dengan gaya dan kehidupan si Rizal. Hari berlalu dan akhirnya terkuaklah kebohongan Rizal, bahwa ia hanyalah seorang anak toko kelontong yang terlihat oleh Krisna atau Chintia sedang mengangkat gas untuk dibawa kerumah tetangganya yang memesan gas itu. Mulailah terbuka semua rahasianya yang selama ini terlihat begitu wah, mulai dari perjalanan ke Thailand, keliling dunia, berhartakan mewah dan bermobil serta hidup yang sangat istimewa. Bagian yang paling aku suka adalah saat akhirnya Rizal mengaku di akun blognya dan berkata bahwa "Tetaplah menjadi dirimu, tunjukkanlah pesonamu, ekspresif lah, tapi ingat satu hal, bergayalah dan tetaplah menjadi dirimu sendiri. Kalau kamu berhasil tapi karena kamu meniru gaya orang lain, itu sama saja bohong. Just the way you are." Keren banget kan guys, petuah seorang yang suka bohong saja bagus, gimana petuah mereka yang selalu jujur dalam berkarya dan mengolah setiap kemampuan yang mereka miliki. Kamu bagaimana? Jawab sendiri ya! Bagian yang penting juga menurutku adalah saat Rizal tidak mengakui Ayahnya ketika ditanya oleh Chintia, harus ya mengabaikan kebaikan orang tua yang sudah berjuang demi anaknya? Kalian jangan sampai begitu ya guys, jangan karena bertemu cewek cantik dan gengsi dengan keadaan eknomi orang tua, sampai tidak mau mengakui mereka sebagai orang tua kita. Miris banget kan?
Bagian kedua: Juni, siswa SMP yang penuh prestasi tapi akhirnya harus berurusan dengan keputusan kepala sekolah untuk di skors dan mengakibatkan Ayahnya kehilangan pesanan pelanggan karena ia telah memukul seorang anak yang bapaknya menjadi pelanggan dan telah memesan banyak kaos di toko Ayahnya Juni. Kisah itu juga lah yang kemudian merembet menjadi morosotnya pendapatan sang Ayah yang akhirnya tokonya mau tidak mau harus dijual karena mereka kekurangan dana untuk bisa bertahan hidup. Juni dengan watak yang keras dan sering betekak alias berantem mulut dengan Ayahnya. Ia tidak mau disalahkan ketika Ayahnya melihatnya melakukan kesalahan. Ia juga sering protes terhadap Ibunya dan mengesalkan kenapa Ayahnya tidak bisa mengerti akan dirinya sebagai perempuan. Hal itu berlanjut, hingga akhirnya karyawan di toko Ayahnya dipecat, dan ruko tersebut bersegelkan "DIJUAL". Kalau menurutku, anak seusia Juni memang lagi keras-kerasnya, jadi susah kalau diajak komunikasi, mending berbicara dari hati ke hati kalau sama anak perempuan mah. Tapi Ayahnya juga gak peka, sehingga terjadilah perang ketiga yang begitu sering, *eh perang mulut maksudnya. Tapi percayalah guys, dibalik sikap cuek seorang cowok atau Ayah, sesungguhnya mereka menyimpan kasih sayang yang sangat besar. Tinggal bagaimana mengkomunikasikannya dengan baik. Setuju?
Bagian ketiga: ini bagian yang tersingkat kalau buatku, soalnya aku juga bingung, tentang David yang sudah meninggal tapi Ibuknya masih terbawa susasana galau ditinggal anaknya. Karena aku bukan seorang Ibu, jadi susah untuk menggambarkannya. At least, kita harus tau ya guys bahwa kasih seorang ibu itu tidak akan pernah putus. Ibu adalah cinta pertama tanpa mengenal kata putus. So, selalu sayangi ibumu ya, berikan terbaik untuk membahagiakan beliau, selagi umurnya masih ada. Oke?
*Katanya sekali pun sedang merasakan sakit, jika kita tersenyum, sakitnya akan berkurang.
*"Sepanjang hidup kita, segala macam emosi sering terkumpul mengendap dan akhirnya menjadi racun yang memotivasi tindakan dan keputusan kita. Makanya perlu banget kita rajin-rajin mengeluarkan racun dan endapan emosi kita."
"Life is like piano. The white keys represent happiness and the black keys show sadness. But as we through life, remember that the black keys make beautiful music too."

Film nya bagus, banyak pesan hidup yang bisa kita contoh dan kita terapkan dalam hidup. Apalagi yang berhubungan dengan keluarga dan orang terkasih. Stay blesses guys. Thank you!
(Film nya ditonton di kos Sauqi, saat melarikan diri dari kejaran batuk yang aduhai menyiksa)

Memori Badminton dan Masjid Aceh Versi Jogja

27 November 2015, dalam keadaan yang masih lemas karena kondisi memang kurang sehat, aku memberanikan diri untuk ikut bermain badminton di dekat masjid Aceh versi Jogja yang terlihat ramai oleh gerombolan anak-anak teknik sipil UMY malam itu. Ya, sudah lama sekali aku tidak berolahraga di alam terbuka, karena biasanya olahraganya di depan laptop dengan sibuk memainkan diktat tulisan atau editan yang lain. Alhamdulillaah, Allah memberikan kesempatan untuk bisa sholat juga di masjid yang lumayan terkenal, masjid miniatur Baitur Rahman Banda Aceh. Memang suasananya hampir sama dengan di Banda Aceh, hanya saja masjid yang di Jogja ini lebih kecil. Setelah melakukan sholat maghrib, ada pemandangan yang tidak biasa. Ada jamaah yang kehilangan sandalnya di masjid tersebut. Dua orang kehilangan sandal di masjid? Kok bisa? Entah atas pembenaran apa, kok orang berani mencuridi masjid, padahal kan mereka berniat sholat dan menjalankan ibadah kok ya malah di malingin? Hmm... Nastagfirullaah -.-

Di arena permainan badminton itu sudah ramai dengan beberapa atlit yang melakukan pemanasan. Awalnya aku juga memang sangat berniat bermain, tapi ketika sampai di sana, mereka kok semua pada pake sepatu, aku jadi mengurungkan niat untuk bermain juga kala itu. Belum lagi pemainnya kayak sudah handal dan profesional juga, jadi semakin nervous, hahaha. Tapi sebelum pulang sempat bermain sebentar dan itu rasanya capek banget serta keringetan dan mau tepar rasanya. Semua badang begitu pegal dan terasa sekali karena sudah lama tidak melakukan olahraga di dunia terbuka. Sumpah bro, lemas banget semua badan terasa pegal dan batuk gue semakin menjadi-jadi. Tapi gak apa lah, pengalaman dan semakin sadar bahwa olahraga itu memang penting untuk bisa menjaga tubuh agar tetap fit dan bugar. Jadi, intinya adalah harus lebih sering lagi olahraga ini, biar makin rancak bana sehatnyo, aamiin :)

Rabu, 25 November 2015

Betapa Kasih Allah Tak Berbatas

terkadang, saat sedang benar-benar bahagia, kita melupakan nikmat Allah
terkadang, jika sedang sibuk, kita melupakan kewajiban kita terhadap Allah
terkadang, bahkan sering kita meninggalkan Allah
tanpa pernah malu dan mengakui kesalahan kita...
padahal Allah tidak pernah pilih kasih terhadap hambaNya
Ia selalu memberikan apa yang menjadi hak kita
betapa Allah maha besar dan maha pengasih yang tak pernah pilih kasih
saat kita bermaksiat, adakah kita mengingat Allah?
saat sedang lapang, apakah kita selalu mengingat Allah?
kenapa ketika sedih kita menyalahkan Allah?
kenapa ketika sakit kita baru kembali kepadaNya?
tak peduli tanpa mentari, tanpa senja, tanpa bintang malam berkelip, Allah selalu ada
tapi kita terlalu sering ingkar dan berpaling dariNya...
betapa kadang kita lupa bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara
keindahan dan kebahagiaan semuanya bersifat fana
yang kita bawa mati hanyalah amal amal dan amal
bukan pangkat jabatan dan kekuasaan yang kita cari selama ini
sudah seberapa sering kita melupakan Allah?
pernahkah Ia meninggalkanmu?
kembalilah, selagi kau punya waktu yang masih tersisa untuk berbuat kebaikan...
Allah, maafkan kami untuk segala khilaf dan salah :)
(25 November 2015, saat batuk masih parah-parahnya, tapi aku tau, Allah sdg mengujiku)

Minggu, 22 November 2015

Getwellsoon Ibuk

Dua hari belakangan batuk-batuk, ternyata setelah nelpon kerumah, Ibuk juga sedang sakit
aku sama Ibuk seperti kontak batin ya, sakitnya aja barengan.
Ibuk, cepat sembuh ya, semoga lekas sehat dan diberikan panjang umur
Allah pasti berikan kesembuhan untuk Ibuk. Ibuk baik-baik di rumah
*Sedihnya karena Ibuk di rumah cuma tinggal sendirian. Getwellsoon Mom :)

Jumat, 20 November 2015

Memori Senja Akhir November part 2

Tidak terlukiskan bagaimana bahagianya hari ini, hari dimana Allah memberikan nikmat terindah berupa kemudahan untuk menyelesaikan studi master. Akhirnya, langkah demi langkah sudah aku lalui, dan hari ini Tuhan lagi-lagi mengijabah do'a Ibu. Hari ini adalah hari bahagia dan hari bersejarah dalam hidup yang akan menjadi bagian dari tangga akademik yang takkkan terlupakan. Jika dulu aku pernah menuliskan cerita "Aku Monas dan Sebundel Skripsi Lusuh dengan Gelar S.IP" maka kali ini juga akan ada cerita baru yang tidak akan kalah seru untuk ditulis dan diceritakan kepada sanak saudara, kepada para sahabat, kepada para penuntut ilmu. Judul cerita kali ini adalah "Aku, Ontel Tua dan Sebundel Tesis Lusuh dengan gelar S2". Ontel yang aku pakai dalam cerita itu adalah ontel bapak kos yang pertama kali aku pakai saat aku menempuh studi S2 di UMY.
*Beribu-ribu ucapan terima kasih untuk Ibuk, orang yang paling setia dalam berjuang demi melihat anaknya mencapai gelar master, semoga ujian nanti dimudahkan, aamiin.

Kepuasaan Akademik Tersendiri

"Hardi Alunaza SD merupakan alumni Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang dengan konsentrasi kawasan Asia Pasifik dan Globalisasi. Saat ini sedang menyelesaikan studi S2 pada Program Magister Politik dan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis juga merupakan alumni dari Mahathir Global Peace School yang diselenggarakan di International Islamic University Malaysia pada September 2015. Pernah menjabat sebagai reporter BESTARI UMM Campus Newspaper. Penulis juga aktif sebagai presenter dalam beberapa konferensi seperti First International Student Conference on Humanity Issues yang diselenggarakan MIHI UMY, seminar nasional and call for papers Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta, dan juga International Conference on Democracy and Accountability FISIPOL Universitas Airlangga. Selain telah menerbitkan beberapa buku, penulis juga aktif menulis di jurnal dan beberapa media cetak seperti Kompas, Harian Surya Jatim, Malangpost, Kabar Harian Probolinggo, Tabloid Warta Kota, dan juga Tribun Jogja." 

Gak percaya saat menuliskan biodata diri seperti di atas di atas kertas putih untuk keperluan menghadiri seminar nasional di Purwokerto. Dikit memang sisi yang bisa dibanggakan, tapi aku bersyukur dan bangga pada diriku sendiri. Walau tidak menempuh master di luar negeri, setidaknya banyak hal positif yang aku lakukan saat menempuh kuliah S1 dan studi S2 ini. Even, mungkin secara IPK aku kalah denga yang lain, tapi aku senang saja sudah bisa memiliki biografi seperti tertulis diatas. Silakan teman-teman yang lain ber IPK 4.00, aku tidak terlalu memikirkan hal itu, karena bagiku kualitas akademik dan kemampuan menulis adalah hal yang terpenting yang harus aku kuasai saat aku menempuh studi master. Walaupun nanti tidak meneruskan studi di jenjang doktor, aku berharap biodataku di atas dapat aku gunakan untuk melamar dan mendapatkan pekerjaan yang layak dan diakui sebagai seorang akademisi yang berkompeten. Aamiin :)
Lalu, apa lagi yang harus diragukan jika kita sudah punya soft skill yang cukup? Ini bukan tentang jiwa yang merasa puas, tapi aku berharap sekali semoga semua keringat yang aku keluarkan untuk mengerjakan paper ikut konferensi, bolak-balik ATM dan tempat print, kelak bisa menjadi saksi bahwa usaha tersebut memang layak mendapatkan apresiasi. Aku gak minder menempuh studi di perguruan tinggi swasta, karena meski kuliah di PTS, aku selalu berusaha untuk berada sejajar dengan dengan mereka yang kuliah di PTN. Bukan hanya dari kemampuan akademik, tapi juga dari pengalaman dan kegiatan positif lainnya. Gak jarang kok aku berangkat ke UGM untuk mengikuti seminar dan diskusi. Mereka yang di UGM aja kadang gak tau infonya. Aku berusaha menggunakan media sebaik mungkin dengan harapan bisa mendapatkan informasi dan menunjang skill akademik selama aku menyelesaikan studi master. Berusaha untuk bisa merasakan atmosfer kuliah di UGM meski itu bukan almamaterku. Berusaha untuk bisa lebih dari mereka yang kuliah di UGM. Kalau mereka yang kuliah di PTN trus gak bisa apa-apa, trus apa yang mau mereka banggakan? Keberuntungan? Emang buat ikutan call for paper pake faktor ituan? Kan gak to? Ya, sekali lagi aku gak minder kuliah di PTS, penting secara kualitas dan kemampuan akademik serta pengalaman gak kalah dengan mereka yang menempuh studi di PTN. 
Indeed, untuk ikutan call for paper dll butuh biaya, dan aku sering mengorbankan duit jajan buat membayar biaya tsb instead bahwa uang yang aku keluarkan kelak akan diganti oleh Allah dengan yang lebih banyak, insya Allah. 
*Senang aja, sebelum lulus udah ikutan call for papers 5 kali, ikutan MGPS dengan atmosfer persaingan dengan mahasiswa internasional, nulis di berbagai media, dan yang pastinya sudah menerbitkan buku. Terima kasih Tuhan, nikmatMu begitu luar biasa. 

Selasa, 17 November 2015

Kau Bukan Milikku

Maafkanlah kekasih ku harus tinggalkanmu…
                                                                                   Meski ku tahu ini menjadikanmu sakit hati...
Relakanlah kekasih, tutup air matamu…
                                                                                 Semua ini aku lakukan tuk kebaikanmu…

Malam ini gerimis kembali turun, dingin sekali. Sudah berapa bulan musim hujan belum saja berganti. Ditemani gerimis yang tak pernah bosan membahasi rerumputan hijau itu, aku masih saja menikmati alunan lirik lagu Charly yang begitu mengingatkanku pada dirinya, sosok wanita yang dulu aku cinta, bahkan sampai kini rasa itu belum sirna…
Tak kusangka, pertemuan di jembatan itu adalah perpisahan panjang bagi kami berdua. Aku rindu dia, sungguh aku rindu. Ingin rasanya aku menangis disini, tapi tak mungkin. Pipiku laksana tendon air yang dijatuhi titik-titik uap air, meleleh. Air mata rindu menjadikan ponsel kesayanganku basah, ah aku malu…
Coba kuusir isak itu, aku kalah. Jujur aku masih sangat mencintainya. Berusaha kutepis semua kenangan itu untuk hilang dan berlalu, namun aku tak mampu. Ia malah jelas tampak datang menghampiri diriku malam ini. Manis wajahnya, indah senyumnya, lesung pipinya, sentuhan tangannya, tawanya, juga tangisnya masih hidup dalam rekaman memoriku…
Aku masih sadar bagaimana wajahnya yang memerah dan sedih ketika dulu kuputuskan untuk mengakhiri hubungan itu. itu semua aku lakukan untuk kami berdua. Aku tak mungkin memaksakan cinta yang dulu menjadi boomerang bagi kami berdua. Keputusan itu telah final dan tak mungkin lagi aku ubah. Dan dia, dia hanya tersungkur dalam diam, beberapa saat kemudian tangis itu pecah. Aku malu pada setiap nyawa yang menyaksikan kami berada di atas jembatan di pojok desa itu. air mata itu tulus mengalir, dia masih mencintaiku, itu bukan air mata kebohongan…
Aku tahu betul bagaimana dia, hatinya sungguh mulia penuh cinta. Tapi, aku tak mungkin lagi bersamanya, terasa berat jika harus melanjutkan semua cinta yang kami miliki saat itu. perpisahan itu aku harap hanya sebentar, agar kami saling pandang, dan berkumpul kembali dengan rasa cinta yang benar-benar sudah mantap dan tak mungkin terpisahkan lagi. Deras air mata itu terus bertambah, bak debit air yang mengalir di sungai ketika musim hujan tiba, mengenang. Tak banyak kata yang mampu ia ucapkan. Dengan tangan lemah dan bibir yang bergetar ia ucapkan “selamat jalan, semoga kau mendapatkan yang lebih baik…”
Saat aku putuskan untuk kembali, ia histeris, tangis itu kembali menjadi saksi perpisahan kami. Tuhan, maafkan aku. Tapi, sungguh aku tak bisa melanjutkan semua ini. Coba kutatap tubuhnya yang jatuh terbujur kaku di atas jembatan itu, seolah tak ada lagi tulang yang mampu mempertahankan langkah kakinya. Sungguh aku iba saat itu. Dengan berat langkah aku putuskan untuk berlalu, walau dalam hati begitu besar beban yang harus kurasakan. Dia terlalu baik untukku, dia terlalu istimewa. “Selamat tinggal Diba, kau akan menemukan yang lebih baik, maafkan aku…”
Aku hanya terdiam sepanjang perjalanan pulang, aku tak tahu bagaimana keadaan dia, yang jelas dia pasti sangat terluka karena keputusanku tadi. Aku tak mau memperhatikannya, cukup sudah keputusanku membuat dia jatuh tak berdaya. Sudahlah, biar dia kembali, aku yakin dia pasti akan lebih bahagia dengan yang lain, dia tetap istimewa meski kami telah berpisah. Aku hanya mampu mengobati lukaku perlahan, mencoba menghapus semua lara yang kurasakan.
Air mataku masih saja berlinang. Diba, sungguh jujur aku mencintamu. Tapi, kita berada pada dua dunia yang tak seimbang, seolah kamu adalah segalanya dan aku tak bisa berbuat banyak untuk meyakinkan orang tuamu bahwa kita bisa berjalan bersama, bersatu dalam cinta. Diba, maafkan aku, sungguh!
Yaa Tuhan, sulit sekali bagiku menghapus jejaknya di pikiran ini. Bayangannya selalu saja hadir menghantui hari-hariku. Seolah semua itu pertanda bahwa Diba masih sangat mengharapkan hubungan kami kembali seperti dulu. Dia juga manusia, punya hati, pikiran, perasaan, cinta, dan kasih sayang. Kenapa aku begitu tega melukai dirinya yang sungguh teramat tulus mencintaku? Diba sungguh wanita yang sempurna, tidak bisa kuingkari itu semua. Bahkan dia layak aku sebut bidadari surga yang pernah Tuhan kirimkan untukku, beberapa tahun lalu. Dan kini, semua itu telah berlalu. Seperti inikah nasib cinta yang takkan pernah bersatu? Diba, kau bukan milikku…
Hari berlalu, minggu berganti, bulan baru kini menyapaku. Setelah kejadian di jembatan sudut desa itu, aku benar-benar berusaha menjalani hidupku dengan menyibukkan diri bersama teman-temanku. Melewati hari dengan seabrek aktivitas yang harus aku selesaikan. Aku yakin, hal itu mampu membuat pikiranku kembali seperti saat dulu, ketika Diba tidak pernah ada dalam hati dan benakku. Aku memutuskan melangkah pergi, meninggalkannya tanpa jejak.
Sungguh, aku yakin dia juga pasti sama denganku, berusaha menjalani hidupnya dengan segala aktivitas yang bisa menjadikan hatinya lebih bahagia, aku yakin. Aku yakin Diba takkan menyimpan kenangan yang dulu pernah kami rajut bersama. Kamar itu, aku yakin kini sudah tidak lagi seperti dulu. Dia pasti sudah menata ulang susunannya. Sehingga, ribuan kenangan tentangku pun pasti telah dihapusnya dari ruang tidurnya itu..
Bulan demi bulan kulalui dengan suasana yang tidak biasa. Dan sungguh, itu semua membuatku terluka dan tidak merasa bahagia, sedikitpun. Aku sungguh seperti kehilangan aura kehidupan yang dulu pernah aku genggam, aku bak kehilangan semangat yang dulu selalu kupeluk hangat, aku laksana manusia yang kehilangan arah setelah aku dan Diba berpisah. Ternyata aku belum mampu melupakan dirinya, sosok yang sudah bertahun-tahun hidup dalam jiwa dan ragaku.
Diba, aku masih mencintaimu. Dimanakah dirimu kini berada? Seperti ingin berteriak sekuat tenaga, agar mereka tahu bahwa aku ini adalah sosok yang pantas untuk Diba. Akulah lelaki yang layak menjadi menantu bagi orang tua Diba, akulah manusia yang pantas menjadi belahan hati wanita sempurna seperti Diba…
Dua tahun berlalu…
Aku masih seperti manusia yang tidak memiliki semangat untuk hidup. Aku masih menantinya, mencari jejak dimana kini dia berada. Dan sungguh, kenangan dengan dirinya masih aku simpan rapi di dalam sanubariku ini. Yang selalu menyala menemani hariku berlalu adalah wajahnya, senyum manisnya, tangisnya, dan sejuta kenangan lain yang telah kami lalui bersama tiga tahun yang lalu…
Pencarian itu terus berlanjut, belum berakhir. Puluhan SMS aku kirimkan, ternyata tak ada satu pun yang terbalaskan. Sedihnya hidupku. Penyesalan terbesar ketika dulu aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan asmara itu. di sisi lain aku berpikir, itu adalah cara Diba untuk bisa berlalu meninggalkanku, melupakanku dan melupakan semua kenangan yang pernah terpahat indah dulu. Aku yakin dia berusaha menepis segala perasaan yang hadir, mencoba menghapus jejakku, sedikit demi sedikit.
Perlahan, namun itu pasti. Hingga aku menyadari bahwa cinta dalam hati ini tak mungkin lagi kembali pada dirinya, karena dia telah berpaling. Itu semua ia lakukan untuk membuktikan bahwa aku memang telah bersalah karena menjadikan perpisahan sebagai akhir dari segalanya. Diba melakukan itu semua agar ia bisa mencegah rasa sakit yang akan muncul karena aku yang dulu mencintainya kini telah berubah...
Ah, biarlah itu menjadi pilihan terbaik bagi Diba, yang aku yakini bahwa perpisahan itu hanya sementara, agar kami bisa lebih baik lagi selanjutnya. Jika Diba memang enggan kembali kepadaku, itu adalah keputusan terbaiknya. Aku tak bisa memaksakan kehendak di atas keputusan yang telah aku ambil sebelumnya. Walau sejujurnya disini aku rindu ia bisa membalas SMS ku, aku hanya ingin tahu bagaimana kabarnya saat ini. Itu saja… Sungguh aku sangat rindu padanya. Rindu itu kembali menghujamku akhir-akhir ini. Ketika kutahu aku tak bisa menjauh darinya, tak bisa melupakannya apalagi mencari penggantinya untukku. Itu tidak mungkin, sulit sekali rasanya. Ah, mengapa bisa sebodoh ini aku…
Sering aku aku bermimpi bahwa ia datang dan kembali seperti dulu, bersamaku. Ia hadir dengan cintanya yang masih bersemayam dihatiku dan sama seperti dulu, tiga tahun lalu. Apakah benar, kini rasa sakit itu berganti menjadi rasa bahagia dan akan kembali terulang keagungan cintaku seperti dulu. Harapku setelah rasa sakit itu adalah ledakan rasa rindu yang akan terbalaskan, walaupun itu harapan semu. Karena aku tak tahu dimana Diba saat ini berada. Atau, apakah itu hanya harapan palsu saja, harapan yang takkan pernah terbalaskan karena aku sudah terlalu menyakitinya. Itu semua aku rasakan karena aku saja yang terlalu berharap dan terlalu mencintai Diba, Tuhan, sakitnya…
Atau, diluar sana Diba kini sedang merasakan indahnya cinta dengan laki-laki lain yang tak pernah aku sangka sebelumnya. Apa benar Diba kini sedang jatuh cinta dengan lelaki lain, bercengkrama penuh tawa, duduk manis merona, dan telah menghapus semua sejarah cinta yang kami punya dulu. Apakah semua kenangan itu telah ia kubur dalam-dalam dan ia buang dari sudut sanubarinya? Oh, sakitnya aku…
Masih saja terkenang sosok itu, sosok wanita lemah lembut yang dulu selalu aku puja. Belum sempurna ingatanku tentangnya, ada SMS masuk. Tanpa nama, aku yakin bukan nomor Diba. Nomornya masih aku simpan rapi di phonebook ponselku dan berada pada urutan ketiga setelah Ayah, Bundaku.
Aku masih belum bisa melupakanmu walau kini aku sudah dengan yang lain..”
Oh Tuhan, kenapa ini? Mengapa ini yang harus aku rasakan. Mengapa Diba datang dengan perasaan ganda yang tak lagi sama seperti dulu. Dia bilang dia belum bisa melupakanku tapi sudah berada dalam pelukan laki-laki lain. Sungguh, sakit sekali rasanya Tuhan. Apakah itu dia lakukan sebagai pelampiasan karena aku tak pernah memberikan kepastian atas hubungan ini. Mengapa harus dia katakan bahwa dia telah memiliki lelaki lain sebagai penggantiku?
Dengan hati ragu dan berharap bahwa isi pesan itu salah, aku lihat kembali isi pesan itu, berulang kali aku baca kata demi kata, dan benar! Diba telah memiliki penggantiku. Dia telah bersama laki-laki lain yang telah dia pilih sebagai penggantiku., “Diba, kau bukan milikku…” aku memaksa hatiku berkata seperti itu dan berusaha sadar atas apa yang sedang kualami. Aku putuskan untuk berhenti, aku takkan menguhubungi dia lagi. Dia sudah bahagia dengan yang lain. Biarlah aku yang akan menjalani semua ini sendiri, tanpa Diba, wanita yang sungguh masih aku harapkan hadirnya, cintanya, senyum tulusnya, kata manisnya, dan seluruh rekaman kenangan tentangnya yang masih bersinar di dalam hatiku.
Hingga malam itu berlalu, aku tak kuasa menahan air mataku meleleh, jatuh menderai di atas tempat tidurku. Ponsel kesayangan itu menjadi saksi segalanya. Di dalam inbox ponsel hitam itu juga masih aku simpan SMS terakhir darinya. “Aku masih belum bisa melupakanmu walau kini aku sudah dengan yang lain…” Lirih kukenang dirinya, Diba…
                                                                        ***
Seminggu kemudian, banyak SMS Diba yang aku terima, dan itu semua menjadikanku tambah merasa sakit karena cinta, ia sudah tunangan dengan orang lain, sebentar lagi mereka akan menikah,. Aku tersungkur tak berdaya dalam kamarku, sakit sekali rasanya.
“Aku sudah tunangan dengan orang lain, tapi kenapa kamu selalu saja hadir dalam mimpiku dan menjadikanku tidak tenang menjalani hidup ini…”
Dia memang tak sama seperti dirimu, tapi kalian memiliki banyak kemiripan. Aku akan berusaha menjadikan dia yang terbaik dalam hidupku, semoga kamu juga mendapatkan yang terbaik, dan yakinlah, dalam hati ini akan selalu ada cinta sampai nanti, sampai aku mati..”
“Tolong jangan hantui aku terus, aku juga ingin hidup bahagia, dan aku do’akan kamu juga akan hidup bahagia dengan yang lain, aku masih tetap seperti dulu, aku masih mencintamu, tapi kita tak mungkin bersatu…”
Aku pasrah membaca SMS darinya, dia kini sudah dengan yang lain. Dia ingin hidup bahagia, dia tak ingin aku mengganggunya lagi. Tapi, kenapa diujung pesan itu dia menuliskan bahwa dia masih mencintaiku? Harus seperti apa aku menafsirkan pesan itu. Diba, apa maksud pesanmu ini. Aku tak mengerti…
Sejak saat itu aku pasrah, aku akan berlalu demi membahagiakan Diba, aku takkan mengganggunya lagi. Aku akan berusaha ikhlas dia berjalan berdampingan dengan yang lain. Dan dengan perlahan, akhirnya aku bisa melupakan dan menghapus sedikit demi sedikit memori tentang dirinya. Rupanya dia kini telah bertunangan dengan seniorku dulu saat di sekolah menengah. Aku tak pernah menyangka, ia akan jatuh kedalam pelukan kakak kelasku itu. sudahlah, aku tak mau membahas itu lagi, aku akan berusaha melupakan semua kenangan tentangnya. Dia sudah punya kehidupan sendiri sekarang. Aku pun begitu, aku akan menjalani hari-hari panjangku tanpa dirinya lagi…
Belum selesai aku berkeluh atas segala kesedihan dan deritaku, SMS Diba kembali menghampiri ponselku… Kali ini aku benar-benar pusing dibuatnya…
Aku memang sudah bertunangan, tapi kalau kamu mau aku membatalkan pernikahanku, aku siap kok. Aku masih sangat menyayangimu, aku belum bisa melupakanmu…”
“Kenapa kamu diam saja dan tak pernah memberikan kepastian atas hubungan kita? Aku masih seperti dulu disini, aku sungguh tak bisa mencintai dia seperti aku mencintamu. Tolong jawablah dan berikan kepastian, aku tak mungkin menikah dengan orang yang tidak aku cintai. Kamu tahu bagaimana aku dan bagaimana perasaanku kepadamu, aku masih sangat mengharapkanmu….”
Mataku memerah, tangisku tak bisa lagi kubendung kala itu. sungguh, Diba tak bahagia jika harus menikah dengan kekasihnya saat ini. Tapi, aku tak mungkin mengganggu hubungan mereka. Cinta ini sangat tidak sederhana untuk bisa aku artikan. Cinta sangat sulit kumaknai, kujanalani dan kubahasakan. Cinta ini misterius…

Dengan berat hati aku tekan keypad ponsel itu. seperti memaksanya agar bisa segera dengan cepat menuliskan balasan yang akan aku kirimkan pada Diba. dengan jari yang gemetar ketika menuliskan kata demi kata, dengan bibir yang perlahan ikut mengeja dengan baik setiap kalimat yang aku tuliskan, aku rapuh, hati ini hancur. Dengan penuh penyesalan dan pertimbangan aku kirimkan balasan…
Aku akan ikut bahagia jika kamu bersedia melanjutkan kehidupanmu bersamanya. Ingat, kalian sudah tunangan dan sebentar lagi akan bersanding di pelaminan. Aku akan bahagia jika kamu bersedia hidup dengannya. Sudahlah, jangan menyesali segala hal yang pernah terjadi dulu. Berbahagialah bersamanya, dia sudah mapan, dia cocok jadi pendampingmu. dari sudut kota ini aku ikut mendo’akan agar kalian menjadi keluarga yang bahagia, kekal terus sampai kakek nenek dan menjadi keluarga yang SAMARA…”
Tidak ada siapapun yang tahu bahwa ketika pesan itu kukirimkan sesungguhnya hati ini telah tersayat pedihnya luka karena cinta. Tak ada satu pun yang tahu gejolak api cinta yang telah membakar relung kalbuku terdalam. Tak ada satu pun yang ikut menyaksikan, bahwa jasad ini bak tersiram air mendidih karena luka cinta yang mendalam.
Sungguh aku masih sangat mencintai Diba, tapi aku tak mungkin mengganggu hubungan mereka yang hanya tinggal hitungan hari mereka akan hidup bersama. Berbahagia dengan pakaian baru duduk berdua di atas pelaminan sebagai saksi akan agungnya cinta mereka. Diba, maafkan aku, aku masih sangat mencintaimu. Dan aku akan berusaha menjadi lelaki yang tegar setelah kau pergi dengan yang lain. Karena tak mungkin bagiku kembali bersamamu. Jika itu terjadi, sama saja aku memakan daging saudaraku sendiri yang telah menjadikanmu wanita mulia dengan membuktikan besarnya cintanya padamu, yaitu dengan meminangmu…
SMS Diba kembali menghampiriku…
Kenapa kamu kok jahat banget sama aku, nanti hadir ya di pesta pernikahanku…?”
“Aku akan bahagia dan berusaha untuk bisa hadir disana. Kalau pun tidak, aku akan bantu dengan do’a tulus dari sini…” balasku singkat dengan perasaan hancur.
Terhitung dari kejadian itu, hubungan kami putus sudah. Bak tumpukan kayu yang seketika berubah menjadi arang dan berakhir menjadi debu, tidak ada lagi harapan untuk bersatu. Sungguh itu mustahil, itu usaha yang nihil dan takkan berhasil. Hubungan itu sungguh sudah pudar, bahkan di media sosial pun kami sudah tak berteman. Mungkin itu adalah kemauan tunangannya agar Diba tidak lagi mengingatku, agar mereka bisa bersatu selamanya, dan bahagia.
Tiga hari kemudian, aku menerima kabar bahwa undangan pesta pernikahan itu sudah sampai di kediamanku. Sakit sekali rasanya. Tapi sudahlah, aku berharap akan ada cinta lain yang datang dan menjelma menjadi cinta yang lebih indah, seperti cintaku dahulu dengan Diba, bahkan berharap lebih. Walau tak bisa kupungkiri, Diba tetaplah yang terindah…
Diba, aku akan tetap mencintaimu, walaupun cinta itu hanya ada di dalam hatiku saja. Kau tetaplah Diba seperti yang aku kenal dulu. Aku mencintaimu sebesar aku mencintai diriku sendiri, takkan pernah ada yang bisa menggantikan posisimu di hati ini. Sesering apapun aku berkata akan ada wanita yang lebih baik untukku, aku akan tetap berharap bahwa yang terbaik itu hanyalah dirimu. Diba, sungguh cintaku kepadamu takkan bisa kubunuh sampai kapanpun, aku akan berharap kau menjadi milikku walaupun kutahu itu takkan mungkin terjadi. Aku akan terus mengingatmu, mengingat kenangan tentang kita dan sejuta kebahagian yang pernah kita lalui bersama. Karena cintaku punya ruang, kisah, dan sejarah. Ruang, kisah, dan sejarah cintaku, itulah kamu…
Kau bukan milikku, ah benar! Sungguh kau bukan milikku. Maafkanlah kekasih kuharus tinggalkanmu, meski kutahu ini menjadikanmu sakit hati. Relakanlah kekasih, tutup air matamu, semua ini aku lakukan tuk kebaikanmu. Ah, lagu itu, kembali mengingatkanku dan membawaku menyelami jiwa cinta yang pernah aku alami. Di tengah malam yang dingin ini, kembali kudengarkan alunan lagu itu. dan, kembali berulang lagi, silih berganti bayangmu, kenanganmu, wajahmu mengisi ingatanku…

Faradiba Mayza Mutiara aku masih mencintaimu….

INDONESIA SURGA DUNIA

Indonesiaku cahaya surga,
Begitu mempesona,
Menghiasi hari kami dengan rona bahagia,
Kekuatanmu laksana mentari pagi, sungguh berarti…
Alammu sungguh menawan, takkan kami ragukan!

Dari Sabang hingga Merauke,
Indonesiaku sungguh gagah,
Indonesia penuh warna, kau miliki segalanya,
Seakan bumi ini adalah surga dunia, sungguh megah!
Indonesia, satu kata dengan berjuta kejutan menawan…

Tak terukur banggaku padamu Indonesia,
Tanah air dengan segala ragam warna budaya yang kau punya,
Melintas ke Sumatra bumi ini punya pariwisata yang megah nan indah,
Danau Laut Tawar di pojok kota dingin bumi Serambi Mekah,
Danau dengan Ikan Depik yang langka sungguh benar langka,
Loyang Koro dan wisata Putri Pukes menjadikan Indonesia ini indah,
Indonesia semakin gempar dengan tarian seribu tangan, Tari Saman
Oh benar-benar bangsa yang kaya…

Cobalah lirik Kota Medan, kota metropolitan Indonesia,
kau akan temukan danau toba dan wisata indah Sibolga…
Adakah tempat itu berpura-pura?
Tidak, sungguh wisata menawan penuh kejutan…
Belum lagi dengan Danau Maninjau, Lembah Anai,
Ngarak Sianok, jadikan bumi ini semakin di kagumi…

Indonesia, semakin lengkap dengan pulau jawa,
Jejeran gunung Semeru, sungai Rano Kumbolo
Saksi keistimewaan tanah air ini…
Dari desa hingga kota, bangsa ini tiada duanya…
Tegaknya bangunan Monas itu, wujud asli karya bangsaku ini…

Pandang pula Banyuwangi,
Dengan pemandangan hijau dan liar layaknya safari di Afrika,
Juga sebagai surga para peselancar terbaik dunia…
Indonesiaku sungguh megah takkan kalah…



Bangsa yang hidup rukun dan ramah,
Ratusan suku dan bahasa bukan jadi penghalang keharmonisan Indonesia,
Belum lagi panorama Kawah Ijen yang melabuhkan rasa,
Jeritan Taman Nasional Baluran Situbondo, jelmaan Padang Savana Afrika…
Lekukan Gunung Bromo cerminan kokohnya alam Indonesia,.
Indonesia, bangsaku, bangsamu begitu megah dan kaya…

Kenangan pulau Raja Empat Papua, oh tiada tara…
Siapa bilang jalan menuju surga itu berliku?
Tunjukkan padaku, maka akan aku tunjukkan mudahnya mencapai surga itu…
Eratkan ikat pinggang, jelajahilah Indonesia, surga dunia…
Sapalah laut Indonesia,
PDKT lah dengan pantai bangsa ini,
Lakukan snorkeling di Indonesia,
Dan kami yakin, kau akan temukan serunya…

Bayangkan indahnya Karimun Jawa,
Tak perlu dilarang, melanconglah di sana!
Sarapanlah dengan segala kekayaan kuliner paru-paru dunia ini,
Nikmati godaan pantai nirwana,
Sebagai bagian surga yang tak terjamah,
Hamparan hutan mangrove begitu menawan,
Sungguh, ini tidak akan membosankan!

Ikuti saja keindahannya,
Ini surga dunia itu,
Tak perlu berkata lantang pada dunia,
Semua tahu kekayaan negeri ini,
Nikmati saja ciptaan Tuhan ini,
Jangan kaget dengan segala kejutannya, Indonesia!

Ikuti saja irama indah bumi ini,
Isi dengan rasa senang,
Senyum riang dan bahagia,
Nikmatilah segalanya di sini,
Bumi kami begitu kaya,

Indonesia, surga dunia!

KEKASIH TAK BERNYAWA

Siang sudah berlalu sempurna, kini senja datang menyapa sebelum malam pekat hadir dengan hiasan bintang kejora. Indah sekali dan selalu menawan di hati. Siang bukan berlalu tanpa makna, ia bahkan mengantarkan lagu rindu yang masih aku simpan di dalam relung sanubari terdalam bersama harapan yang mesra. Ingin hidup bersamamu dan menjalani hari penuh dengan suka dan tawa. Apakah kau berkenan berkenalan dengan ruang hatiku yang terdalam? Ada banyak sekali senyum yang hadir di bibir indahmu, mungkin juga di dalam hatimu yang sangat luas. Seluas rasa dan benih cinta yang aku simpan untukmu bidadari. Engkau selalu hidup di dalam pikiran sebagai wanita terbaik yang pernah aku puja. Karena indahnya pesonamu, aku selalu meminta pada Tuhan agar menjadikanmu insan yang paling mengerti aku. Meminta pada yang kuasa agar meluluhkan hatimu dan berkenan bersanding denganku.
Setelah rasa itu hadir dan menjadi benih cinta, kau masih saja bisa diam tanpa memikirkannya dan berkata jujur di hadapanku. Dengan kelapangan dadamu, kau simpan segalanya dan berharap semua akan menjadi indah jika Tuhan memberi waktu bagi kita untuk berjalan berdampingan. Kita pernah bertemu untuk beberapa saat yang lalu. Namun, kau bisa menjaga matamu, menyisihkan segala benih rindu yang menyiksa dan melenyapkan segala rasa karena belum tiba masanya. Entah sudah berapa kali aku meminta, kau masih saja terlihat santai dengan tidak memberikan jawaban apa-apa atas itu semua.
Laksana langit dan bumi, kita terlihat jauh dan tidak memiliki kekuatan untuk bersama, namun kita yakin, kita bisa berjuang untuk mewujudkan ingin itu. Aku akan menjadi langit yang akan mengayomimu dengan sejuk dan setia. Menjagamu agar terhindar dari sengatan panas dan menjadikanmu bidadari manis sepanjang masa. Sementara kau masih saja diam dan tak memberikan kepastian apa-apa atas segala pinta lelaki tak punya kuasa sepertiku.
“Dia wanita yang luar biasa, belum pernah aku bertemu dengan wanita sepertinya,” desak Yuli tanpa banyak bicara.
“Mungkin sosok sepertinya akan menjadi dambaan setiap lelaki di dunia ini,” ungkap Icha dengan wajah polos tanpa kupinta.
“Wanita tangguh yang bisa menjadi teladan bagi semua,” ungkap yang lain.
Senja itu aku merasa tak berdaya memikirkan dirimu. Kau masih saja anggun dengan segala sikap dan keteladanmu. Ketika gerimis mulai menyapa hingga seolah runtuh dengan sempurna, aku masih saja menjadi lelaki yang mengagumimu sejadi-jadinya. Tidak ada yang berani menghujat setiap perbuatan yang aku lakukan di depan mereka. Meskipun kau tak pernah membalasnya dengan jujur saat lisan manismu itu terbuka. Kau hanya membahasakan semuanya dengan senyum manis, gelengan kepala, atau sesekali dahi putihmu itu menyergit tidak sempurna. Aku kian sadar bahwa aku ini mungkin hanya sosok lelaki yang bisa menjadikanmu wanita yang akan aku puja dari deretan langkah yang masih tersisa. Salahkah aku jika melangkah maju dan mengagumi setiap jengkal keanggunanmu itu?
Waktu berlalu perlahan setelah aku mencoba menjadi lelaki yang paling sabar dalam memujamu. Kini aku benar-benar merasakan detakan berbeda dari yang dulu pernah aku rasakan sebelumnya. Kesabaran itu telah berubah menjadi benih penantian yang tidak bisa aku ucapkan. Saat kau hadir dengan segala perubahan dan keinginanmu untuk selalu kupuja, aku justru merasa menjadi lelaki berdosa jika harus memujamu terlalu cepat. Berulang kali pinta itu datang menyerang, namun aku berusaha jujur dengan apa yang aku rasakan saat ini. Berulang kali rindu itu datang, namun aku menahan segalanya untuk maju, aku tahu, ini bukan waktu yang tepat untuk mengungkapkan rasa itu. Aku tidak mau kau berubah hanya karena ribuan kata manis yang pernah aku layangkan.
“Kau kenapa berubah, apakah ada yang salah dengan aku,” tanyamu seolah ingin semuanya terjadi seperti yang kau inginkan.
Aku terdiam, aku bingung jika berhadapan denganmu. Semua kata yang sudah aku persiapkan rasanya runtuh hilang melayang saat menatap wajahmu. Bidadari, maafkanlah aku, bukan maksudku untuk menyakitimu, tak bisakah kau sabar sebentar saja? Hingga nanti kita akan melangkah pada poros yang sudah tepat. Bukankah janji Tuhan itu selalu benar dan takkan hilang ditelan masa?
“Kau kenapa? Apakah semua sudah berlalu dan tidak seindah inginmu dulu?”
“Tidak bidadari, aku masih baik seperti yang kau saksikan ini. Aku tak tahu bagaimana harus berkata padamu. Lidahku kelu untuk mengungkapkan segalanya.”
Kau justru berlari meninggalkanku di sudut malam itu tanpa maaf. Kau masih saja terisak setiap kali temanmu memberitahuku akan keadaanmu. Dengarkanlah aku bidadari, bukan aku tidak mencintaimu, namun ini bukan saat yang tepat untuk mengungkapkan segala bentuk cinta kita. Aku ingin alur cinta yang halal, bukan yang dilarang dan dimurkai Tuhan. Bukan aku tak merindukanmu dan mengungkapkan rinduku dalam bait-bait puisi, namun aku takut itu akan menjadi petaka karena Tuhan belum mengizinkannya. Sungguh aku ingin kau kembali seperti dulu, meski kita saling dekat, namun kita seolah tak bernyawa. Aku sadar sikapmu itu adalah perisai agar kita sampai pada puncak cinta yang benar-benar bahagia. Bukan cinta sesaat yang diperdaya nafsu dan birahi belaka. Telah aku titipkan rindu padamu, nanti kita akan bersama menyemainya saat cinta hadir di musim penuh bahagia.

Aku kian luruh dalam sedih membahana jika kau meminta ungkapan cinta itu saat ini bidadariku. Biarlah nyawa cinta itu dalam genggaman Tuhan hingga nanti saat musim akan berganti. Bukan aku tidak mencintaimu, namun aku ingin cintaku halal dalam naungan rida Tuhan, itu saja. Maka untuk saat ini, dengarkanlah suara hatimu bidadari, agar kau bisa tetap tersenyum indah dan bersedia menanti saat itu tiba. Biarkan aku menjadi kekasih tak bernyawa untukmu. Sabarlah menungguku, masa indah itu akan tiba untukmu, untukku, untuk kita. Aku masih sama seperti dulu, padamu masih kutitipkan rindu. 

PERSIAPAN MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya sistem perdagangan bebas antara Negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC). MEA adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang dianut dalam Visi 2020, yang didasarkan pada konvergensi kepentingan negara-negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang ada dan baru dengan batas waktu yang jelas. Dalam mendirikan MEA, ASEAN harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip terbuka, berorientasi ke luar, inklusif, dan berorientasi pasar ekonomi yang konsisten dengan aturan multilateral serta kepatuhan terhadap sistem untuk kepatuhan dan pelaksanaan komitmen ekonomi yang efektif berbasis aturan.

MEA akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada inisiatif ekonomi; mempercepat integrasi regional di sektor-sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil dan bakat; dan memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN. Sebagai langkah awal untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Dalam menghadapi MEA, masyarakat Indonesia dan Pemerintah perlu melakukan beberapa langkah agar Indonesia menjadi bangsa yang siap bersaing dengan Negara lain dalam MEA 2015, hal itu antara lain:

1.    Penguatan Daya Saing Ekonomi
Posisi Indonesia sebagai Chair dalam ASEAN pada tahun 2012 ini berdampak sangat baik untuk menyongsong terealisasinya ASEAN Economic Community. Dari dalam negeri sendiri Indonesia telah berusaha untuk mengurangi kesenjangan ekonomi Kesenjangan antara pemerintah pusat dengan daerah lalu mengurangi kesenjangan antara pengusaha besar dengan UKM dan peningkatan dalam beberapa sektor yang mungkin masih harus didorong untuk meningkatkan daya saing.
Berkaca pada salah satu statement ASEAN Community bahwa “Masyarakat ASEAN 2015 adalah Warga ASEAN yang cukup sandang pangan, cukup lapangan pekerjaan, pengangguran kecil, tingkat kemiskinan berkurang melalui upaya penanggulangan kemiskinan yang konkrit.” Pemerintah Indonesia sampai dengan saat ini terus berusaha untuk mewujudkan masyarakat Indonesia itu sendiri makmur dan berkecukupan sebelum memasuki AEC.
Harus menjadi perhatian kita semua masyarakat Indonesia, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan berlaku akhir tahun ini. Indonesia sebagai salah satu anggota tentunya harus ikut mempersiapkan segalanya, karena yang terpenting adalah bagaimana negara kita sendiri bisa siap bersaing atau tidak dengan negara ASEAN lainnya. Indonesia tidak bisa menunda lagi proses konsolidasi perbankan. Pasalnya hal itu sudah dilakukan negara lain dalam 5 tahun terakhir dalam menghadapi MEA. Sejumlah bankir menyatakan, sepakat soal pentingnya konsolidasi perbankan di Tanah Air khususnya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015.
5.    Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Salah satu aspek penting yang perlu disiapkan dengan cepat bangsa ini adalah SDM yang kompeten. Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Para tenaga kerja dari negara MEA yang memiliki kompetensi kerja yang lebih tinggi, tentunya akan memiliki kesempatan lebih luas untuk mendapatkan keuntungan ekonomi di dalam MEA. Dengan demikian, kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain, khususnya di kawasan ASEAN. Meningkatkan kualitas SDM harus diarahkan pada penguasaan iptek untuk menopang kegiatan ekonomi agar lebih kompetitif. Pemenuhan SDM yang berkualitas dan unggul karena menguasai iptek, akan berpengaruh terhadap struktur industri di masa depan. Dan apabila sasaran di atas bisa dipenuhi, akan semakin kuat basis industri yang sedang dibangun dan dikembangkan di Indonesia, yang pada gilirannya akan mendorong transformasi struktur ekonomi secara lebih cepat.
Namun salah satu senjata utama yang kita punya untuk memenangkan persaingan MEA ini adalah generasi muda bangsa Indonesia. Pemerintah Indonesia harus fokus untuk memoles generasi muda bangsa ini. Daya saing harus ditingkatkan, menciptakan lebih banyak tenaga kerja yang ahli (skilled labor), berikan perhatian lebih pada generasi muda yang mempunyai potensi besar namun kekurangan dalam segi ekonomi. Salah satu solusinya tarik semua sumber daya manusia yang bekerja di luar negeri dan berikan posisi strategis di industri maupun pemerintahan Indonesia dan berikan bantuan ekonomi pada generasi muda yang memiliki potensi, agar mampu dan terus kreatif. Selain itu, generasi muda dan masyarakat Indonesia mau tidak mau harus belajar untuk bisa menguasai bahasa asing untuk mempersiapkan bangsa ini menjadi bangsa yang siap dalam menghadapi MEA 2015.
3.    Cinta Produk Dalam Negeri                                
Agar dalam pelaksanaan MEA 2015, pasar dalam negeri tidak diserbu produk-produk negara-negara ASEAN lainnya, pemerintah perlu mendorong masyarakat Indonesia untuk menggunakan produk dalam negeri, dengan penerapan program cinta produk dalam negeri secara konsisten dan serius, sehingga industri manufaktur dan industri kreatif dalam negeri terus bertumbuh dan tetap terkendali dari serbuan produk-produk impor dari negara-negara ASEAN lainnya. Oleh sebab itu marilah kita bergabung untuk senantiasa menggunakan produk dalam negeri serta bersatu antara pengusaha dan pemerintah agar tercapai sinergi dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi untuk menghadapi tantangan MEA 2015.
4.    Penguatan Sektor UMKM
Persiapan Indonesia dari sektor Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) untuk menghadapi MEA 2015 adalah pembentukan Komite Nasional Persiapan MEA 2015, yang berfungsi merumuskan langkah antisipasi serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan KUKM mengenai pemberlakuan MEA pada akhir 2015.

Adapun langkah-langkah antisipasi yang telah disusun Kementrian Koperasi dan UKM untuk membantu pelaku KUKM menyongsong era pasar bebas ASEAN itu, antara lain peningkatan wawasan pelaku KUKM terhadap MEA, peningkatan efisiensi produksi dan manajemen usaha, peningkatan daya serap pasar produk KUKM lokal, penciptaan iklim usaha yang kondusif.

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkunga...