Sabtu, 27 Februari 2016

Tuhan Selalu Menjawab Do’a HambaNya

“Kita tidak tahu usaha yang mana yang akan berhasil dan do’a yang mana yang akan diijabah, keduanya sama, perbanyaklah.”
Malam ini, aku menyadari banyak sekali nikmat Tuhan yang telah diberikan kepadaku yang belum aku syukuri,
Ia selalu memberikan kecukupan atas segala permintaan hambaNya,
Kita saja yang selalu meminta lebih dan lebih…
Dan mala mini, kembali aku percaya, Tuhan selalu menjawab do’aku…
Dulu, aku ingin sekali punya gelar S.Farm, Apt tapi Allah maha tahu,..
Ia berikan yang lebih baik, S.IP, M.IR…
Maha benar Allah dengan segala kekuatan dan kekuasaannya,
Tuhan dengan segala kekayaan dan pemurah bagi setiap hambaNya,
Maha sempurna Allah, yang telah memberikan nikmat hingga saat ini
Semoga usaha malam ini Engkau ijabah usaha dan do’aku Tuhan,
Engkau maha yang mengetahui mana yang terbaik untuk hambaMu ini,
Jadikan hamba anak yang shaleh yang bertutur lembut dan baik hati,

Aamiin aamiin… 

Selasa, 23 Februari 2016

Nuurun 'alaa Nuurin (Cahaya diatas Cahaya)

Tuhan, aku yakin setiap orang punya impian masing-masing untuk masa depannya, setiap insan punya ukiran tersendiri untuk merangkai bagaimana masa depannya. Mungkin ini hanya sebuah mimpi, tapi aku tahu Engkau punya kuasa untuk memberikan apa yang kami pinta. Jika boleh meminta, ijinkan hamba untuk bisa belajar banyak di Angkara, Istanbul, dan beberapa kampus terkenal di Turki. Kalau dipikir, memang gak layak kayaknya anak desa seperti hamba belajar jauh kesana, tapi aku yakin Engkau maha pemurah atas segala azzam hambaMu. Jika masih banyak noktah hitam dalam hati ini, mohon bimbing hamba untuk bisa berjalan menuju cahaya cintaMu yang penuh dengan ungkapan kebenaran. Seperti ayat pertama yang Engkau turunkan, aku ingin membaca lebih banyak tanda-tanda kekuasaanmu disana Yaa Rabb. Aku ingin mengenalMu lebih jauh dengan belajar di Turki, belajar sejarah dan menggali banyak hal yang Engkau sebut kebenaran ilmiah disana.

Maha besar Engkau dengan segala firmanMu, ijinkanlah hamba bisa kesana Yaa Allah, belajar, menuntut ilmu, dan menuntut ilmu lebih banyak. Membahagiakan semua orang yang hamba sayangi. Yaa Rabb, permudahlah, jangan dipersulit…. Ridhoi hamba Yaa Allaah…

Nadzar Cinta untuk Ayah

Hai Ayah, apa kabarmu di negeri seberang? Semoga selalu diberikan tempat terindah di sana, begitulah selalu do’aku yang kupanjatkan untukmu…
Anakmu ini ingin bertutur Ayah,
Dulu aku pernah berjanji untuk menjadi anak yang akan sekolah setinggi yang aku bisa,
Dulu aku pernah berjanji bahwa aku adalah anak yang akan terakhir menikah,
Demi menempuh pendidikan dan mengharumkan namamu…
Aku pikir, aku tidak bisa mewujudkan semua itu Ayah,
Tapi, tahukah Ayah?
20 Februari kemarin, nadzar cintaku untukmu sudah aku tunaikan Ayah,
Aku sudah dikukuhkan menjadi seorang master,
Jenjang pendidikan S2 ku sudah aku selesaikan dengan predikat Cumlaude,
Aku tahu Ayah tidak melihatku dari dekat, datang dan memberikan selamat,
Tapi, aku tahu, jauh dari sana, Ayah pasti bangga padaku kan?
Aku memang tidak menjadi yang terbaik saat dikukuhkan,
Tapi, aku yakin bahwa Ayah tahu bahwa anakmu ini istimewa kan Yah?
Selalu dalam naunganNya ya Yah, sampai nanti aku datang dan menemuimu,
Duduk disampingmu dan bercerita tentang pengalaman hidup yang sudah lama tidak aku sampaikan padamu Yah,
Bercengkrama sampai kadang Ayah marah, tertawa dan diam melihat tingkahku,
Ayah, terima kasih,
Untuk setiap peluh yang telah kau korbankan hingga kau pergi lebih awal,
melanjutkan perjalananmu menuju alam berikutnya,
karena tugasmu di dunia ini sudah selesai,
Terima kasih untuk setiap pengorbanan yang telah kau berikan Ayah,
Allah pasti tahu bagaimana Ia akan membalas semua kebaikanmu,
Meski aku tahu, gelar di akhirat nanti memang tidak berguna,
Tapi, aku ingin namamu tetap harum, marwahmu baik dan engkau terpandang
Meski gelar ini hanyalah tambahan nama belaka,
Tapi, aku yakin, setiap ilmu yang bermanfaat pasti akan berguna bagi kebaikanmu
Ayah, sudah dua kali aku wisuda tanpamu, semoga kau bangga melihatku sekarang,
Kami mencintaimu dengan segala kelebihan dan kekuranganmu Ayah…
Titip salam cinta dari semua anak dan keluarga untukmu My Daddy…


Senin, 15 Februari 2016

Jalan Hitam Kehidupan

Jika dulu adam dan hawa tak melanggar
Jika dulu mereka tetap di surga
Apakah kita saat ini berada di surga juga?
Hidup memang menawarkan dua jalan
Hitam dan putih
Jika putih tak lagi diragukan, itu pasti baik
Namun hitam?
Susah sekali merubahnya menjadi putih
Tabiat buruk kadang mengakar
Karena apa? Kebiasaan yang membentuknya
Jalan hitam kehidupan,
Memberikanku banyak pelajaran
Seperti hari ini,
Saat aku memang mendapatkan apa yg aku usahakan
Hitam, biarlah...
Masih tetap berusaha menjadikannya putih
Entah sampai titik mana aku bisa
Hitam kah selamanya?
Biarkanlah!

Jumat, 12 Februari 2016

“Sebab Kita Tak Setabah Daun”

Pada umumnya buku kumpulan puisi bercerita dengan bagian yang terpisah antara halaman satu dengan halaman yang lainnya, baik dari segi judul maupun makna yang terkandung dari diksi yang disuguhkan kepada pembaca. Berbeda dengan buku Biru Magenta ini. Buku ini merupakan sebuah buku kumpulan puisi yang mengisyaratkan percakapan antara Biru dan Magenta yang dari setiap judul halaman yang tersedia saling bersambung, melengkapi dan terasa hidup dalam percakapan yang tertuang. Biru diumpamakan seperti langit yang selalu melingkupi orang tersayang dan Magenta adalah cinta yang menyala pada kelamnya biru malam. Keduanya saling berujar tentang cinta, kasih sayang dan kerinduan dengan bahasa yang sangat terbuka, terlalu jujur. Mengambil latar tempat seperti Malang, Jakarta, Probolinggo, dan Solo, Biru dan Magenta mengajak kita merenungkan perjalanan masa lalu serta kenangan yang telah terabadikan. Kita seolah diberikan ruang untuk menyuarakan jutaan perasaan yang pernah datang dan hinggap dalam ruang kehidupan.


Membaca halaman demi halaman buku kumpulan sajak puisi ini, kita serasa berada dalam ruangan yang sedang menyaksikan Biru dan Magenta untuk meluapkan emosi yang begitu menghentak dan memecah kesunyian setiap pojok ruang kerinduan. Dengan bahasa yang begitu mengalir dan mendayu-dayu, buku ini bercerita tentang ungkapan wujud cinta yang berserakan, telah lama tak terungkapkan, akhirnya bisa disatukan dengan teriakan kata penuh warna yang indah seindah kumpulan warna pelangi kala hujan tiba. Meski terlihat terjadi pertentangan antara Biru dan Magenta, bagian akhirnya adalah sebuah perkawinan kata yang begitu mesra, romantis, penuh makna.  
Bagian paling menarik dari buku ini terletak pada judul Aku Ingin Jadi Merah di Atap Rumahmu dengan kutipan sajak ”Membicarakan esok dan kemarin yang selalu seperti tak pernah minta izin bila hendak berganti. Menyudahkan yang belum ingin disudahkan, memulaikan yang belum siap dimulaikan. Sebab kita tak pernah setabah daun yang rela tumbuh menghidupi lalu mengering, Terbang hilang (Halaman 27).” Kutipan puisi tersebut seperti menyeret pembacanya dalam arus imajinasi panjang tentang makna kehidupan, berpikir mengenai arti cinta, masa lalu dengan noktah-noktah kenangan, serta masa depan yang belum terbayangkan, namun diselipkan lewat sebuah doa dan harapan.
Penulis seperti ingin menjelaskan bahwa manusia adalah insan yang berbeda dengan daun. Jika daun hanya datang, tumbuh, melindungi, jatuh, terbang, kemudian hilang, berbeda dengan manusia yang harus melewati proses panjang untuk bisa memberikan makna dari kehidupan masa lalu, peristiwa saat ini, dan harapan masa mendatang seperti yang terlukis dari percakapan antara Biru dan Magenta.
Dilanjutkan lagi dalam Judul sajak Biar Kudefiniskan Untukmu dan Biar Kudongengkan Untukmu dengan petikan “Mencintai adalah mencintai. Koma, masih koma, belum titik. Maka, jangan menyerah, hidup adalah hidup, koma, masih koma, belum titik (Halaman 31-32). Penulis juga menyampaikan pesan tersirat kepada pembaca, bahwa tidak ada kata menyerah dalam memperjuangkan cinta, rindu, kasih sayang, dan kehidupan. Selama masih ada tanda waktu dan kesempatan, perjuangan akan terus berlanjut, belum berakhir, takkan terhenti.
Petikan paling menggelitik adalah ketika Magenta berujar tentang cinta dan gatal. Mendefinisikan cinta sebagai rasa gatal yang ingin digaruk, lecet dan diberi salep untuk mengusir cinta. Begitu pun Biru, ia membalas rasa kelucuan itu dengan bercerita sederhana mengenai cinta dan sambal. Bercakap akan cinta yang tak lagi serupa rasa gatal, tetapi sudah berubah menjelma menjadi sambal. Sambal yang mencandu lidah-lidah penikmat cinta, meski akhirnya mereka harus terbakar (Halaman 55-57).
Kepiawaian penulis dalam merangkai setiap kata yang tersaji dalam buku ini tidak diragukan lagi. Kekayaan bahasa, keluwesan sajak, dan pilihan kata yang mewakili setiap bagiannya sangat hidup dan saling beriringan. Jika boleh menyimpulkan, ini adalah buku kumpulan puisi yang berbeda dari segi jalan cerita dan sangat menyentuh jika dilihat dari penggunaan kata dan makna tersirat yang ingin disampaikan si penulis kepada para pembaca.
Ini adalah buku yang sangat direkomendasikan untuk dibaca. Membaca bagian awal buku ini mungkin Anda akan merasa bingung dengan isinya. Tapi, semakin Anda membaca halaman demi halaman, betapa banyak hal yang akan Anda peroleh setelah membaca buku yang sangat luar biasa ini. Anda akan diajak bernyanyi, menari dalam memori, serta meluapkan emosi dengan bahasa cinta, kerinduan, dan kasih sayang yang menyentuh dan sarat akan kejujuran. Bersiaplah untuk terhipnotis dengan nada-nada puisi yang disajikan. Selamat membaca!  


Patah Hati Terindah

Dua bulan terakhir adalah hari-hari panjang yang cukup berat dalam hidupku. Wajahku sering mengernyit saat duduk sendiri. Sisi malaikatku seperti berontak dengan apa yang aku jalani. Rasanya seperti ditampar peringatan yang jelas memojokkanku. Hatiku teriris tak terbilang, entah sudah berapa kali aku menderu menangis mengingat apa yang sudah terjadi. Aku sadar dengan kesalahan yang aku lakukan, tapi logikaku tak bisa menerima jika aku harus berpaling. Aku bisa dengan mudah mengganti perasaan sedihku dengan senyum sumringah saat bertemu dengannya. Sosok lelaki yang sudah berkali-kali membuat hatiku patah. Berkeping-keping tak terhingga, hingga aku lupa bagaimana sakit hati yang sesungguhnya. Aku ingin berteriak mengungkap kebenaran setiap kali bertemu dengannya, namun sikapnya membuatku tak bisa berkata apa-apa. Ia bisa hadir dengan ketenangan yang membuai dan membuatku lupa akan sisi kebenaran yang diilhami Tuhan.
Memaafkan? Ya, itulah yang selalu aku lakukan untuk berdamai dengan hati dan perasaanku. Meski aku tak rela tiap kali aku melihatnya bersama yang lain. Air mataku bisa menganak sungai jatuh tak tertahankan jika melihatnya berjalan berdampingan dengan wanita lain. Aku bahkan tidak rela jika ia jauh dariku walau itu untuk urusan pekerjaan. Aku bisa begitu cepat berubah, hatiku seolah tercabik-cabik jika ia pergi dengan yang lain. Sungguh, aku tak bisa jauh darinya, tanpanya hariku akan berlalu begitu hampa. Aku tak ingin ia membagi perhatian dengan yang lain, meski itu akan sangat berat. Aku ingin ia hanya ada untukku, menemani hari-hariku berlalu, tanpa ada mata lain yang melirik dan mengganggu kebahagiaanku. Kadang aku juga merasa menjadi manusia yang paling kotor saat bertemu dengan Tuhanku, aku lupa bagaimana mencintai sang pencipta dengan benar. Aku tak ingat bagaimana menjadikan Tuhan nomor satu dalam hidupku. Karena hatiku sudah terkunci oleh satu cinta, cinta seorang lelaki biasa yang bisa membuatku nyaman, merasa diperhatikan, hingga aku lupa jika aku punya Tuhan.
Saat aku merasa cemburu dengan sikapnya, kadang aku merasa lega karena aku memiliki kesempatan untuk menjauh darinya. Ada sedikit rasa sakit, namun aku sadar bahwa kehidupan akan terus berjalan. Aku berusaha melupakan, aku mencoba melanjutkan kehidupanku, memulai semua dengan awal yang baru. Bisa ingin bisa bernapas seperti biasa, tanpa ada sesak di dalam dada yang membuat hatiku terus terluka.
“Maafkan aku Nayla, jika sikapku padamu menjadikanmu begitu terpukul dan terluka,” Gagah mendekatiku. Ia terus berdiri di sampingku, menanti jawaban yang akan aku ucapkan padanya. Ada kesedihan yang tersirat di wajahnya.
“Bukankah aku telah mengatakan padamu untuk tidak menyakitiku lagi Gagah?”
“Jangan membuat keadaan ini semakin rumit Nayla,” ucap Gagah. Bibirnya bergetar, dan untuk sesaat, aku melihat kepedihan terpancar dari wajahnya. Ada balutan penyesalan yang berbinar di wajah lelaki yang kucintai itu. Wajah putih bersih yang biasa aku pandang, bisa berubah menjadi begitu murung dalam tatapan luka. Saat itulah aku memahami, ia sungguh mencintaku. Meski aku tak kuasa menyembunyikan sakit hatiku saat ia dihampiri wanita lain.
“Aku tidak mengerti bagaimana seharusnya aku bersikap kepadamu. Aku tidak mungkin menghindari teman-temanku untuk mengobati rasa cemburumu Nayla.” Aku memaksa mataku menatap Gagah, namun kepalanya tertunduk, aku sadar bahwa sikapku sering membuatnya terluka. Tapi aku belum bisa menerima jika ia harus berbagi perhatian dengan yang lain. Aku memang saat mengharapkannya, meski sudah tak terhitung berapa banyak ia membuat hatiku patah. Patah sepatah-patahnya.
“Aku menyesal atas semua kelakuanku Nayla, maafkan aku.” Kalimat terakhir yang ia ucapkan membuatku terbang tinggi melayang. Mengitari angkasa luas dan berbisik pada dunia bahwa aku bahagia ia datang dengan cinta. Bergumam dalam hati bahwa aku takkan melepaskan Gagah. Aku belum bisa jika harus hidup tanpanya. Meski aku lupa jika aku bertuhan, jika aku menjauhi penciptaku.
Curahan hujan membasahi jendela kamarku. Siang itu aku menyaksikan Gagah kembali hadir dengan sejuta cinta untukku. Cinta yang telah membius semua sisa-sisa hariku hingga aku tak lagi menjadi manusia yang taat saat bertemu Tuhan, aku hanya mengingat Tuhan seadanya. Hubunganku dengan sang pencipta tak seindah dulu. Gagah telah merenggut semua kedekatan itu. Ialah sosok yang menjadikanku lupa dan menjauh dari firman Tuhan. Meski aku terlihat begitu mesra datang mendekat saat Gagah menjadi alasan untuk semua kepalsuan itu. Aku bukan mesra saat mengingat Tuhan, aku mesra karena Gagah, aku mesra karena hatiku sudah terpikat sepenuhnya oleh cintanya.
Saat hatiku sudah terbiasa menikmati indahnya cinta yang diberikan Gagah, ia kembali menghancurkan hatiku. Hanya dengan alasan sederhana, aku bisa menjadi begitu marah padanya. Aku tak kuasa mendengar Gagah berucap bahwa ia merindukan teman lamanya. Aku terdiam, tidak ingin membalas apapun ucapannya. Aku membenamkan kepalaku di atas meja, menekan keningku hingga ke lutut. Aku ingin ia pergi jauh, aku ingin memejamkan mata lebih lama. Aku ingin ia berlalu, aku ingin Gagah berhenti mengusikku. Aku ingin kehidupan yang baru. Memulai kisah tanpa luka dan air mata. “Aku ingin kau menghilang, menjauh dan tak perlu lagi mengganggu hidupku. Aku ingin kau pergi!” Aku membentaknya. Kuharap ia membalas amarahku saat itu juga. Memutuskan segalanya dan memaki-maki diriku, hingga aku bisa lebih mudah melepasnya, mungkin itu akan lebih baik.
Tapi Gagah tidak membalas ucapanku. Ia diam dan tertunduk di depanku. Aku merasa kesal karena ia mencoba memperbaiki hubungan kami. Ia menatap wajahku, meminta maaf atas kesalahannya yang telah membuatku menangis lebih lama. Ia juga berjanji akan berusaha menjadi lelaki yang lebih baik untukku. Aku menjatuhkan diri di atas pangkuannya, aku menangis, aku sungguh mencintai Gagah. Meski terlalu sering hatiku patah dibuatnya, itu adalah patah hati terindah. Gagah mencintaku, ia amat mencintaiku. Gagah lelaki terindah yang hadir menemani hidupku dengan sejuta cinta.

Setelah kejadian itu, aku selalu menghabiskan waktuku bersama Gagah. Tak sehari pun detak detik yang kumiliki berlalu tanpanya, aku terbius oleh sukma cinta agung yang ditularkan Gagah padaku melalui sikapnya. Aku mencintainya tanpa logika, Gagah adalah alasanku satu-satunya untuk bahagia. Meski kini aku jauh terasing dari sang pencipta, meski sisi malaikatku terus berteriak memintaku kembali. Aku akan menikmati hari berlalu bersama Gagah. Lelaki yang telah membuatku merasakan patah hati terindah dalam sisa perjalanan hidupku. 

Rabu, 10 Februari 2016

ketika hati harus memilih

Aku disini,
Merasakan dilema berkali-kali
Entah bagaimana harus membagi rasa cinta
Cinta untuk sahabat, pasangan, orang tua, keluarga serta orang-orang terkasih
Beratus kali aku mencoba memilih
Memastikan logika ini berjalan sempurna
Hingga tidak ada yang tersakiti dengan sikap ini
Ketika hati harus memilih,
Aku memilih melabuhkan cinta ini pada Tuhan
Yang telah menjadikan aku ada dan bernafas hingga kini
Jika hati harus memilih,
Aku memilih untuk tidak mengenal cinta pada manusia
Yang bisa membuat hati merasa bimbang untuk berlaku adil
Meski tak terhitung brapa puluh kali Tuhan aku abaikan
Meski tak terkira berapa banyak manusia yang tersakiti akibat sikapku
Tapi, aku harus memilih...
Memastikan bahwa pilihan itu adalah pilihaƱ terbaik
Ketika hati harus memilih,
Aku meminta Tuhan agar menjauhkanku dari dunia
Melepaskan seluruh bayang semu yang menyiksa
Ketika hati harus memilih,
Aku ingin pergi jauh hingga tak ada yang bisa menyaksikan kefasikan diri
Saat hati harus memilih,
Aku ingin mati muda, agar aku bisa bertemu dengan Tuhan lebih lama
Hingga dosa dan kekhilafan takkan lagi jadi hujatan manusia
Ketika hati harus memilih, aku memilih menjauh mundur
Jika diri ini dihinggapi banyak kecacatan,
Semoga banyak maaf yang tersisa
Karena ketika lidah ini kelu,
Saat tangan ini tak mampu lagi berjabat
Ketika mata ini tak lagi terbuka
Aku memilih menemui Tuhanku sesegara mungkin
Memintanya menjadi teman terbaikku
Ketika aku harus memilih...

Krisis Hubungan Diplomatik Meksiko – Ekuador

Krisis diplomatik antara Meksiko dan Ekuador yang baru saja terjadi merupakan peristiwa yang memperlihatkan kompleksitas hubungan antarneg...