Maafkan, bukan berarti aku tak sudi dengan segala risalah
hati yang kau pinta
Aku lebih memilih diam dan melepaskan semuanya
Jangan kau sangka aku tak setia, bahkan hingga kini masih
kusimpan rapi semua rasa
Bukan tercecer dan kubiarkan terserak seperti emosimu
yang tak pernah berhenti menyelinap
Aku yakin, ini bukan tentang tak sanggup, tak kuat
apalagi tak mampu
Karena bagiku, kita hanya perlu membiasakan diri menerima
apa yang ada kemudian tersungkur dalam sujud demi mensyukuri apa yang kita
punya
Semua cerita dan memori senja yang kemarin aku lalui
bersamamu, anggap saja itu kenangan
Hingga kelak masing masing kita bisa merindu karena
memang jiwa jiwa kita pernah dipertemukan
Nanti, akan kupandang semua gambar itu sebagai pengingat
bahwa kau pernah hadir, duduk, menetap lalu kubiarkan pergi karena janji dan
pandangan kita tentang arti sehati dan setia sudah tak lagi sama
Aku tak akan merengek lagi seperti anak kecil laksana
bumi yang tak sabar menanti mentari pagi datang menjelang menghangatkan jiwa
yang sudah lama dirundung kesepian, bukan. Bukan itu lagi yang akan kulakukan
Sifat manjaku, sudah kubuang jauh-jauh setelah tersadar
bahwa dua hati dan cinta yang mengikat di antara kita tidak bisa disatukan
dalam ikatan janji suci untuk menghabiskan sisa usia bersama
Demi siang yang begitu terik kulalui dalam menantimu
datang, demi hawa panas yang membuatku tak kuat untuk berdiam diri lebih lama
dalam kesendirian, demi hujan yang masih malu menampakkan diri apalagi datang
menghampiri
Teruntuk senja yang sudah kulepas dengan melempar
bayangmu jauh jauh, maka biarkanlah kini aku menjalani hidup seperti yang saat
ini sedang kucoba untuk kujalani
Meski malam malamku tak lagi sama seperti hari kemarin,
tapi aku tahu bahwa cinta akan selalu datang dalam balutan kasih sayang yang
akan diberikan oleh mereka yang setia dengan selalu sadar bahwa hati mereka ada
yang punya
Kau sudah kuikhlaskan berlalu, telah kubasuh semua luka
yang kau beri dan kini kuganti dengan senyum yang akan selalu menemani hari
hariku berlalu hingga senja di ufuk datang bercengkerama
Lagi, ini hanya perihal kebiasaan dan membiasakan diri
dengan siapa aku nanti berjalan berdampingan dan kepada siapa nanti hati ini kupercayakan
berlabuh. Menemukan dinding yang akan menjadi tempat bersandar dan menghabiskan
masa demi masa
Aku sudah ikhlas dengan kehilangan, seperti aku yang
sudah kuat untuk melepaskan. Bukan berarti tidak cinta tidak sayang dan tidak
setia. Orang yang kuat adalah orang yang berbesar hati menerima kenyataan yang
tidak sesuai dengan harapan bukan? Maka biarkanlah aku tersesat dalam cinta
yang salah, cinta yang tak benar, namun aku bisa melepaskan demi merevisi masa
depan.
Tak perlu kau beritahu hujan, karena ia sangat paham
bagaimana kondisi hatiku. Maka, aku meminta maaf untuk kesekian kalinya bahwa
aku tidak menjadi sosok yang setia menemani perjalanan panjangmu, karena aku
telah rela untuk mengakhiri segalanya.
Terima kasih untuk segala kebaikan yang pernah kau tuai,
semoga aku diberikan waktu oleh Tuhan untuk membalas kebaikan demi kebaikanmu
itu. Akan kuingat hasta demi hasta kata, nasehat, dan petuah yang kau berikan
dan takkan pernah terhapuskan. Perihal hidupku adalah hidupku, dan kini hidupmu
pun adalah hidupmu, kita bukan lagi sepasang tapi kita adalah masa lalu yang
memang tak mungkin untuk berjalan berdampingan. Maka, aku angkat tangan. Aku
sudah ikhlaskan segalanya. Berlalulah, biarkanlah semua kita akhiri dengan
makna mendalam…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar