Dear Dilan,
Setelah melihat
engkau muncul dalam kehidupan para generasi muda, aku kemudian berpikir menulis
surat ini untukmu. Sebagai penyambung pesan dari banyak manusia yang sudah
menyaksikanmu. Sebab, di antara mereka ada yang menangis karena tak kuasa
menahan haru saat melihatmu.
Dilan,
Kamu pasti tahu,
bahwa dahulu manusia hidup dengan diberikan beban, amanah, serta tanggung lalu
mengatakan itu berat. Katamu rindu itu berat. Sadarkah kau Dilan, yang berat
itu bukan rindu, tapi amanah yang dipikulkan kepadamu. Ya kamu!
Dilan,
Kamu tahu, jaman
sekarang banyak sekali manusia yang hidup dengan begitu bangga karena jabatan,
pangkat, dan harta yang dimilikinya. Mereka menumpuk itu semua demi terlihat
wow di depan manusia. Masihkah engkau mengatakan bahwa menahan rindu sambil
seseunggukan dibawah rintik hujan adalah sesuatu yang paling berat, Dilan? Bukankah
yang berat adalah bagaimana mempertanggung jawabkan harta yang kita dapat. Dari
mana dan untuk apa digunakan?
Dilan, aku beritahu
padamu. Masih kau kau berkata bahwa mempertanggungjawabkan harta itu tidak
berat jika yang kau gunakan adalah keringat orang namun tak kau bayar? Bagaimana
Dilan?
Dengarkan baik-baik
Dilan. Kau dikirimkan ke dunia ini untuk menjadikan dirimu bergerak, bekerja,
dan melakukan tanggung jawab atas amanah yang diberikan Dilan. Bukan untuk
banyak gaya, banyak memuji dan banyak bercerita sana sini tapi tak memberikan
kontribusi apa-apa. Lalu, untuk apa uang tunjangan yang selama ini kau teriam
Dilan, uang panaskah itu?
Dilan, sekali lagi
kukatakan bahwa yang berat itu bukan menahan rindu, tapi karena kamu
diperlakukan tidak adil. Itu lebih dari berat Dilan, sakit wkakakaka
Haruskah korupsi,
kolusi, dan nepotisme dijadikan lifestyle Dilan?
Tahukah kau bahwa
jaman sebelumnya manusia menggunakan kacamata dan kawat gigi hanya saat mereka
merasa sakit di mata dan giginya. Namun Dilan, saat ini manusia justru
berlomba-lomba memakai keduanya sebagai bahan gaya paling utama.
Dilan,
Haruskah fenomena
itu berlanjut dengan yang lain, dimana setiap orang harus menjadikan kursi roda
sebagai lifestyle agar dianggap gaul? Hahaha, aku jadi cemas Dilan.
Dilan, btw
bagaimana nasib kursi roda berikutnya ya? Apakah akan sama dengan kawat gigi
dan kacamata? Khawatir kah kau Dilan? wkakakaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar