Kamis, 18 Januari 2018

Biarkan Semesta Menilai

Bulan Januari ini genap sudah setahun mengajar di Untan. Berbagai kelabat, suka, duka, dan bahagia bertemu berbagai tipe mahasiswa juga sudah gue rasakan. Banyak yang hormat, namun ada juga yang menganggap berbeda, maklum. Usia mahasiswa memang masa-masa dimana emosi dan segala hal menghampiri. Sehingga jika banyak yang belum sadar dengan status mahasiswanya, itu wajar. Tapi gue berharap semoga tidak lama-lama. Karena jika terlalu lama, nanti menyesal akhirnya. But, here I’m gonna tell you something. Yang paling penting menurut gue adalah gimana elo pada ngasih respon positif terhadap dosen lo. Kita-kita dosen juga tidak dihormati berlebihan, I mean you know how to put your personality between your lecture. For those yang udah hormat dan memberikan feedback yang baik buat dosen-dosen muda Untan, gue apresiasi banget. You have to know, dengan status dosen lo yang masih muda dengan fasilitas dan ilmu yang mereka berikan ke kalian itu sangat tidak wajar. They got to little but gave you a lot of knowledge. Do you understand?
Seperti kemarin misalnya, gue jadi saksi banget gimana Bang Adit perang dengan pihak jurusan dan dosen lain then membiarkan buat nyerah dan do nothing buat akreditasi HI. Tapi akhirnya kita tidak menyerah karena mikirin kalian. We fight for all of you, agar bisa jadi mahasiswa HI dengan kualitas yang tidak diragukan. Ibarat debat, kemarin adalah debat kusir dan keluar semua urat nadi. Beberapa menit kami berdua diam dan iya iya aja terhadap apa yang dikatakan dosen lain terhadap Prodi HI. Padahal kami paham betul, gimana seharusnya isi borang itu karena sudah mengacu pada contoh yang benar. Lalu kemudian di otak atik lagi dan disalahkan lagi. Apakah kalian pikir kami diam? Yes, bahkan mau keluar agar menghindar dan bodo amat dengan hasil akreditasinya. Tapi, enggak cuy. Di benak kami itu masih terpikirkan dengan jelas gimana anak HI. Gimana kami harus berjuang demi kalian dan demi status akreditasi Prodi kalian. Akhirnya melepaskan ego lagi dan di edit lagi, bersabar selalu jadi hiasan baris akhir meski sudah perang duluan. War and war eperiwer.
Maka amat disayangkan sekali jika yang teman-teman lakukan hanya memberikan penilaian terhadap dosen-dosen karena mereka terlihat kejam, pelit nilai, suka marah, gampang emosi de el el. They did everything buat menjadikan kalian lebih baik dan lebih berkualitas. Tidak adan di hati dan benak kami mau ngerjain mahasiswa, membebani, menindas, apalagi menekan. No! sama sekali tidak. Kami hanya takut kalian merugi nanti saat menjadi alumni, tidak bisa apa-apa, selain copas. Beruntunglah kalo masih dimarahin Pak Adit, disuruh revisi sama Pak Zet, dan tugas project yang bejibun dari Pak Ireng. Itu tanda sayang dosen kepada mahasiswanya. Ciusss!

Bahkan gue tau banget gimana Pak Adit berjuang dengan ikhlas demi menjadikan HI Untan lebih baik di masa mendatang. Kalo dikata gue ini adalah saksi gimana setiap kali ada mahasiswa bermasalah, kami satu sama lain saling support dan menguatkan. Beliau selalu bilang “Beginilah Untan Bro, gaya lama. Itulah sebabnya saye terpanggil untuk mengabdi di sini. Minta maaf juga kalo selaku Tuan Rumah ente melihat Fisip nih masih begini. Semoga kuat yee sama-sama membimbing mahasiswa.”  Aih Maaaaak, gue yang hanya bakal meleleh karena Mie Aceh kemarin hampir menjatuhkan bulir air mata karena melihat perjuangan Bang Adit nih. Selalu berusaha melihat dari sudut yang asyik. Dabesh Kau Bang. Biarkan semesta menilai ente kayak gimana Bang, we know you are the best!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkunga...