Bulan Januari ini genap sudah setahun mengajar di Untan. Berbagai kelabat,
suka, duka, dan bahagia bertemu berbagai tipe mahasiswa juga sudah gue rasakan.
Banyak yang hormat, namun ada juga yang menganggap berbeda, maklum. Usia mahasiswa
memang masa-masa dimana emosi dan segala hal menghampiri. Sehingga jika banyak
yang belum sadar dengan status mahasiswanya, itu wajar. Tapi gue berharap
semoga tidak lama-lama. Karena jika terlalu lama, nanti menyesal akhirnya. But,
here I’m gonna tell you something. Yang paling penting menurut gue adalah
gimana elo pada ngasih respon positif terhadap dosen lo. Kita-kita dosen juga
tidak dihormati berlebihan, I mean you know how to put your personality between
your lecture. For those yang udah hormat dan memberikan feedback yang baik buat
dosen-dosen muda Untan, gue apresiasi banget. You have to know, dengan status
dosen lo yang masih muda dengan fasilitas dan ilmu yang mereka berikan ke
kalian itu sangat tidak wajar. They got to little but gave you a lot of
knowledge. Do you understand?
Seperti kemarin misalnya, gue jadi saksi banget gimana Bang Adit perang
dengan pihak jurusan dan dosen lain then membiarkan buat nyerah dan do nothing
buat akreditasi HI. Tapi akhirnya kita tidak menyerah karena mikirin kalian. We
fight for all of you, agar bisa jadi mahasiswa HI dengan kualitas yang tidak
diragukan. Ibarat debat, kemarin adalah debat kusir dan keluar semua urat nadi.
Beberapa menit kami berdua diam dan iya iya aja terhadap apa yang dikatakan
dosen lain terhadap Prodi HI. Padahal kami paham betul, gimana seharusnya isi borang itu karena sudah mengacu pada contoh yang benar. Lalu kemudian di otak
atik lagi dan disalahkan lagi. Apakah kalian pikir kami diam? Yes, bahkan mau
keluar agar menghindar dan bodo amat dengan hasil akreditasinya. Tapi, enggak cuy. Di benak kami itu masih terpikirkan dengan jelas
gimana anak HI. Gimana kami harus berjuang demi kalian dan demi status
akreditasi Prodi kalian. Akhirnya melepaskan ego lagi dan di edit lagi,
bersabar selalu jadi hiasan baris akhir meski sudah perang duluan. War and war
eperiwer.
Maka amat disayangkan sekali jika yang teman-teman lakukan hanya memberikan
penilaian terhadap dosen-dosen karena mereka terlihat kejam, pelit nilai, suka
marah, gampang emosi de el el. They did everything buat menjadikan kalian lebih
baik dan lebih berkualitas. Tidak adan di hati dan benak kami mau ngerjain
mahasiswa, membebani, menindas, apalagi menekan. No! sama sekali tidak. Kami hanya
takut kalian merugi nanti saat menjadi alumni, tidak bisa apa-apa, selain
copas. Beruntunglah kalo masih dimarahin Pak Adit, disuruh revisi sama Pak Zet,
dan tugas project yang bejibun dari Pak Ireng. Itu tanda sayang dosen kepada
mahasiswanya. Ciusss!
Bahkan gue tau banget gimana Pak Adit berjuang dengan ikhlas demi menjadikan
HI Untan lebih baik di masa mendatang. Kalo dikata gue ini adalah saksi gimana
setiap kali ada mahasiswa bermasalah, kami satu sama lain saling support dan
menguatkan. Beliau selalu bilang “Beginilah Untan Bro, gaya lama. Itulah sebabnya
saye terpanggil untuk mengabdi di sini. Minta maaf juga kalo selaku Tuan Rumah
ente melihat Fisip nih masih begini. Semoga kuat yee sama-sama membimbing
mahasiswa.” Aih Maaaaak, gue yang hanya
bakal meleleh karena Mie Aceh kemarin hampir menjatuhkan bulir air mata karena
melihat perjuangan Bang Adit nih. Selalu berusaha melihat dari sudut yang
asyik. Dabesh Kau Bang. Biarkan semesta menilai ente kayak gimana Bang, we know
you are the best!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar