Selasa, 29 Desember 2015

Izinkan Kubertutur (JATUH HATI)

Terlalu banyak kata menyelinap didalam benakku, seperti tak kuasa lagi kutahan dan memaksaku untuk menuturkan. Metamorfosa suatu perjalanan panjang telah membawaku menikmati sederet pengalaman yang sungguh mahal untuk kulupakan, bak keajaiban yang mendekat dan anugerah kala senja pamit meninggalkan dunia untuk menyambut malam. Telah kuhabiskan banyak waktu mengiringi satu demi satu liku kehidupan penuh hiasan laksana semerbak warna pelangi yang menyajikan keindahan untuk diabadikan. Tidak jauh berbeda, aku punya sederet diksi yang bisa menjelaskan itu semua. Pernah kau, mendapati sepasang pasutri dengan hati yang begitu bening dan bisa kau tandingi? Adalah sepasang anak yang berhati mulia nan menakjubkan seperti kilauan permata. Mereka tidak hafal ayat qur’an, tapi kebaikan dan kedermawanannya, aku yakin pasti mengalahkanmu. Jangankan hadist, baca tulis saja mereka terlalu sulit, tapi kilauan nurani dan rendah hatinya menusuk sembilu seakan kita tidak ada apa-apanya. Coba bandingkan dengan diri kita, mengenyam pendidikan tinggi, tapi hati kita terkadang terlalu sering lalai untuk menuai kebaikan. Keikhlasan dan kejernihan pengalaman masa lalu telah mengajarkannya untuk berdiri tegak menebar kebaikan, meski tidak sedikit yang tidak menghargainya. Cobalah kau bertutur padaku, adakah kau saksikan seorang Ibu yang begitu baik perangai dan kepribadiannya, mendengar suaranya saja sudah luluh hati dibuatnya. Tidak pernah kenal apalagi bertatapan mata, tapi dari jauh ia bisikan nasehat dan kekuatan untuk tetap sabar dan tegar, karena baginya segala sesuatu terjadi selalu ada hikmahnya. Ah, Ibu, kebaikanmu tidak hanya bisa kurasakan dari kejauhan, bahkan permata-permata hati yang kau punya begitu luar biasa, Chandra, misalnya. Susah sekali membalas semua kebaikannya, aku yakin bahwa kau sangat bangga memiliki anak seperti dia. Aku selalu mendo'akannya agar luus dan bisa S2 di luar negeri Buk, makanya aku berharap azzamnya untuk terus belajar bahasa Inggris tetap menyala. Belum terlambat baginya untuk belajar, aku yakin ia pasti bisa Buk. Aku ingin dia lebih pintar, lebih hebat, lebih sukses dari kami-kami seniornya Buk. Ibuk, kebaikanmu penuh, semoga kesabaran dan kebahagiaan selalu Ia limpahkan untukmu disana, Ibuk. Setiap ingat petuah dan kebaikanmu, aku jadi ingat lagu Raisa Buk, ibuk tau judulnya apa? JATUH HATI.
*Kuterpikat pada tuturmu, aku tersihir jiwamu, terkagum pada pandangmu, caramu melihat dunia, kuharap kau tahu bahwaku terinspirasi hatimu.  
Belum lagi Ibuk Yunis, Bapaknya, Yunis, Mbak Mila, ah apalagi yang tidak baik dari mereka, sudah terlalu banyak kebaikan mereka untuk diri ini, padahal baru kenal, tapi mereka baik sekali. Allah maha besar.
Kalau lagi penat dalam menghadapi kehidupan, aku ingat kata-kata seniorku Buk. Seniorku bilang “Bersabarlah, maka gunung akan runtuh dengan sendirinya, lautan akan kering, biarkan waktu menghabisi semuanya.”

Ibuk memang luar biasa, baik sekali terhadap siapa saja...
Semoga kebaikan terus menyertai Ibuk, Chandra, dan keluarga Mbak Yunis. Aamiin...
(Jogja, 29 Desember 2015, di atas ranjang kusam malam ini).

Sabtu, 26 Desember 2015

Kertas Putih dan Titik Hitam

Kita memang bisa memilih,
Siapa yang akan kita jadikan teman dalam hidup
Bagaimana kita harus bersikap
Apa yang harus kita kerjakan dalam keseharian
Karena kita punya bekal, kita punya hati
Hati yang telah Allah hadiahkan adalah untuk jalan kebaikan
Sikap kita pun adalah cerminan dari hati di dalam diri kita
Semakin bersih hati kita, semakin baik pula cahaya yang ia pantulkan.
Ada banyak sekali kode yang Allah berikan untuk menjaga kebersihan hati kita
Kembali, apakah kita mau menjaganya atau tidak
Ibaratkan kertas yang putih, begitu pula bila hati kita dalam keadaan bersih.
Tak sedikit pun ada noktah hitam yang terlihat di antara garis-garis kertas tsb.
Allah itu maha adil, Ia uji kita untuk tahu sejauh mana keimanan kita
Ia berikan kita hati, Ia berikan juga jin dan setan untuk menguji kadar imana kita
Jika kita mengikuti dua makhluk tsb, maka noktah hitam akan hinggap di hati kita
Awalnya kecil, semakin lama semakin besar dan kertas putih akan terlihat kusam.
Mampukah kita mengendalikan hawa nafsu dan mengalahkan godaan setan?
Hingga hati kita tetap bersih dan terjaga dari kemaksiatan.
Tanyakan pada diri kita masing-masing
Karena kita lah yang tau, apakah hati kita putih, atau justru banyak noktah hitam didalamnya
*Maha benar Allah dengan segala firmanNya.

Rabu, 02 Desember 2015

Judika versus Adera, Kau Pilih Mana?

Tulisan ini adalah hasil komparasi dua lagu yang selalu bakal gue otomatis galau kalo lagi dengerin ato gak sengaja denger dua lagu itu. Liriknya emang mellow, dan I don’t know why, setiap kedengeran dua lirik lagu itu, konsentrasi gue langsung buyar, semacam keinget kisah romantis. Tapi sebenarnya, gue juga mengakui kalo kita masih merasa galau atau gelisah dan sejenisnya berarti kisah masih normal, which is dalam hidup pasti kita gak bakal bisa kepisah sama yang namanya cinta, betul kan? Angkat tangan kalo setuju, kan karena kita normal, kepikiran masa depan, seketika kita menjadi gelisah dan tak karuan. Tapi, jangan sampai keseringan juga, itu gak baik juga buat kesehatan.
Penasaran kan dengan dua lagu tersebut? Okee, sekarang gue kasih tau, lagu yang pertama adalah lirik lagunya Judika yang judulnya Sampai Akhir.
Kasih ku berjanji selalu menemani, saat kau bersedih, saat kau menangis
Kan kujaga segenap cinta yang ada untukmu
Selama nafasku masih berdetak dan jantungku trus memanggil indah namamu, takkan pernah hati ini terpisah sampai akhir hidup ini.

Secara lirik sebenarnya biasa aja, tapi you know musiknya membuatku kita gak bisa kemana-mana eh, membuat kita betah buat mendengarkannya sampai habis. Aslinya tadi tuh cuma niat beli makan aja di depot, tapi pas denger lagu itu semacam ada suara hati yang ingin terkuak keluar dan pergi jauh mencari seseorang untuk dibawa ke penghulu, wkakakaka. *Amit2!
Gue sendiri suka sama lagu ini karena pas kerja di BKMA banyak banget kisah yang pake latar lagu ini, adeh, susah buat diungkapkan disini, gak bakal kelar sehari semalam, mau lue begadang demi cerita tsb? Gak kan?

Baiklah, sekarang kita beralih ke lagu yang kedua, adalah lagu yang memang punya kisah tersendiri buat gue saat dulu sedang belajar alias baca-baca skripsi di danau kampus UI. Yakni lirik lagu Adera dengan judul melukis bayangmu. Masak iya pas gue di UI sama Monas mau melukis bayang-bayang di sono? Yang ada malah gue dikejar security lagi. Anyway, permintaan lue pas gue lagi duduk-duduk di taman UI udah gue ikhlaskan kok. Biar Tuhan yang jawab dan membuktikan siapa yang paling benar dalam berkisah antara kita, apakah gue yang berdrama, atau justru lue yang memang susah buat ngatain yang sesungguhnya kalo kita memang susah buat barengan. Haddeeeh, barusan gue nulis apaan ya? Kok kayak script sinetron begitu, kata-katanya susah buat di rem. Gimana liriknya? Berikut gue tulisin khusus buat lue, cekidot

Ku melintas pada suatu masa ketika ku menemukan cinta
Saat itu kehadiranmu memberikan arti bagi hidupku
Meskipun bila saat ini kita sudah tak bersama lagi
Ada satu yang kurindu, kehangatan cinta dalam pelukanmu
Biarkan aku melukiskan bayangmu karena semua mungkin akan sirna
Bagai rembulan sebelum fajar tiba,
kau selalu ada walau tersimpan di relung hati terdalam

Sudah galau belum? Galau kali kau kan? Inilah lagu yang buat aku galau saat belajar skripsi tahun lalu di danau UI. Lirik lagunya nusuk, semenusuk ketika teringat kenangan saat kerja di DPPM, kami rebutan buat mendengarkan lagu ini setiap hari. Gak percaya kau kan? Mana percaya, soalnya kau tak ada disitu waktu tu. Gak, tapi emang beneran deh, kadang cinta itu aneh ya, karena mendengarkan lagu aja bisa galaunya berkepanjangan. Gara-gara liat photo aja bisa gelisah gak karuan, gara-gara suatu kejadian, kita bisa diombang-ambingkan memori masa silam yang sebenarnya sudah tidak elok untuk dibahas dan diingat-ingat yakan? Karena masing-masing kita juga udah berjalan sendiri-sendiri, menapaki kisah masa depan tanpa melirik seperti pernah peduli, mendiamkan seperti memang ada suatu hal yang ingin dilupakan, atau justru karena kenangan yang menumpuk sehingga kita susah untuk saling bersahut-sahutan? Lebih jauh ingin aku katakana, bahwa jarak adalah musuh paling hebat yang sulit untuk bisa kita kalahkan. Belum lagi rasa gengsi yang bertumpuk sehari demi sehari, menimbun benih kelukaaan dan takkan pernah dihentikan. At least, gue Cuma mau bilang aja, intinya jodoh itu takkan ketukar, jodoh itu akan dipertemukan, dan jodoh itu pasti saling bersamaan. Mau dijaga sampe mati juga kalo memang gak jodoh kita mau bilang apa? Teruntuk memori akhir November yang pernah kutulis, kamu apa kabar? Masihkah kau mau menjadi Lovember yang selalu akan kunantikan hingga nanti kita dipertemukan dalam ikatan syah lahir bathin? (Maak tulisan ini makin gila)
*Meski jarak menjadi penghalang, kita masih bertemu di dalam mimpi indah, sampai nanti kita saling berpegangan tangan, kau senderkan kepalamu kebahuku saat kita sudah dalam jalinan halal. Semoga kau selalu dalam lindungannya ya, aamiin. Bye bye…

True story written by request from one of my best friend. Not my story anyway. So, don’t judge me more and more!

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkunga...