Rabu, 11 November 2015

Banyak Kepala, Banyak Kata, Banyak Cerita

Apa yang didapat dari perjalanan sebuah international conference yang sebenarnya merupakan hal yang biasa? Ketahuilah, ini bukan hanya tentang kelelahan yang mengusik saat merelakan diri tersiksa karena harus naik travel dari Yogyakarta menuju Surabaya yang kedua kota ini memiliki cuaca yang sangat tidak bersahabat. Perjalanan ini bukan hanya sekadar melampiaskan keinginan bertemu banyak insan yang cerdas dan berwawasan luas disana, tapi sebagai obat rindu untuk kehausan ilmu yang memang seharusnya sudah lama terobati dengan baik dan tanpa menusuk sembilu. Saat sampai di sana, ah memang Surabaya adalah kota yang menaruh luka karena panasnya yang benar-benar menyiksa.
Tapi...
Setelah sampai di Hotel Santika, itu semua berubah, mulai melebar guratan senyum yang sedari tadi malam hilang tak tau kemana. Terbayar sudah segala lelah yang menetap dalam kalbu saat jemari ini dengan perlahan menandatangani presensi tanda resminya kami bergabung sebagai "PRESENTER" dalam agenda tersebut. Hal yang lebih menakjubkan adalah ketika kartu tanda peserta itu sudah menggantung di leher dan menjulur dengan bahagia. Adalah suatu pemandangan yang indah saat mengenakan jaket kehormatan dan duduk sejajar dengan mereka-mereka yang hari itu menginspirasi dan luar biasa. Terlebih lagi bahagia itu bertambah ketika semarak kegiatan pembukaan itu sudah digelar, ah awesome sekali acaranya, patut dicontoh. Ada beberapa presenter yang datang dari negara tetangga, seperti Cambodia, Malaysia, India, dan juga Nigeria. Bukan Hardi Alunaza namanya kalau tidak mengabadikan momen itu dalam balutan cahaya kamera indah dari saudara yang super baik sedunia. Well, alhamdulillaah akhirnya pembukaan selesai dan kita pun mengikuti sesi keynote speech oleh Prof dari Jepang dan Taiwan. anyway, saat itu aku juga ikut bertanya lho, apa coba yang ditakutkan untuk speak speak di depan umum, kita juga kan punya hak yang sama. Lega pokoknya satu sesi.
Saat panel session tiba, oh nervous sih enggak, tapi ya gitu karena banyak yang lebih expert dari kami jadi wajar kalau seandainya banyak hal yang bakal didiskusikan sesaat setelah kami presentasi. Tapi alhamdulilaah semua pertanyaan bisa terjawab dengan smooth dan memuaskan. Wkwkwkwk aslinya mah cuma nebak-nebak jawabannya, tapi mereka terima aja, well dah.
Dan yang membahagiakan adalah even di ICoda itu gak ada presenter terbaik, yang penting ane udah puas ngebantai anak-anak Unair dengan beberapa pertanyaan yang menurut ane cukup membuat mereka memikir ulang tentang paper yang sudah mereka tulis, itu disebabkan karena memang revisinya banyak banget. Tapi mungkin karena memang mereka tuan rumah jadi almost peserta yang ikutan adalah dari Unair. Tapi intinya, banyak yang hadir, banyak kata yang didapatkan, ilmu yang diserap dan juga banyak cerita yang dihasilkan dari kegiatan tsb, seperti berbincang dengan bahasa Inggris yang pas pasan dengan peserta yang dari Kamboja, bercakap cakap dengan presenter yang dari Malaysia, dan juga beberapa mahasiswa HI dari Unej, UPN, UNPAD, UNDIP, dll.
Sejujurnya ingin aku sampaikan bahwa acara konferensi internasional di Unair ini adalah acara dan pelaksana terbaik yang pernah aku temui, pesertanya sangat dimanjakan dengan pelayanan yang super duper istimewa deh pokoknya. Kalian memang luar biasa.
Malam harinya setelah konferensi, kita meet up manis manja sama anak anak HI Uniar yang dulu sekelas di UMM, Dini dan Sarif. Kita mah suka opset nyeritain yang macam macam kalau udah kumpul wkwkwkwk. Intinya, banyak kata banyak cerita yang kita hasilkan malam itu, mulai dari curhat tentang kuliah, tentang tekanan tugas dan jurnal dan yang pasti tidak pernah ketinggalan, masalah cinta wkwkwkwkwk. Malam itu pecah banget, semua yang datang ke kafe itu kayaknya heran sama aksi kita yang photo selfie gak habis-habis. Hahaha
Jam 07.30 keesokan harinya kembali ke Jogja dengan segenap rasa yang tak mungkin kembali diulang yaitu makan-makan dan bercerita dengan peserta konferensi. End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkunga...