Senin, 30 November 2015

Resensiku: Pintu Harmonika

Pintu Harmonika bercerita tentang tiga anak yang tinggal di kompleks Ruko Gardenia Crescent yang sering menghabiskan waktu luang di lahan kosong yang ditumbuhi ilalang, grafiti pada tembok yang sudah mulai runtuh, berbau pesing dan apek di sudut-sudutnya; yang akhirnya mereka namakan Surga. Hanya mereka yang mau dan suka bermain di Surga, melakukan hal-hal yang mereka suka, sehingga mereka bertiga sangatlah akrab, meski usia mereka berbeda-beda. Mereka adalah Rizal, Juni, dan David.

Bagian pertama: Rizal dengan pencitraan yang sangat indah untuk dibaca, memiliki banyak fans, akan banyak mata yang melihat ketika ia melewati lorong sekolah. Setiap hari ia memberikan banyak kejutan, baik itu bunga, kue, coklat, bahkan hingga cerita yang mengundang rasa penasaran dari para pecintanya. Berbeda dengan para fans nya, Krisna Salim justru judes dan tidak suka dengan gaya dan kehidupan si Rizal. Hari berlalu dan akhirnya terkuaklah kebohongan Rizal, bahwa ia hanyalah seorang anak toko kelontong yang terlihat oleh Krisna atau Chintia sedang mengangkat gas untuk dibawa kerumah tetangganya yang memesan gas itu. Mulailah terbuka semua rahasianya yang selama ini terlihat begitu wah, mulai dari perjalanan ke Thailand, keliling dunia, berhartakan mewah dan bermobil serta hidup yang sangat istimewa. Bagian yang paling aku suka adalah saat akhirnya Rizal mengaku di akun blognya dan berkata bahwa "Tetaplah menjadi dirimu, tunjukkanlah pesonamu, ekspresif lah, tapi ingat satu hal, bergayalah dan tetaplah menjadi dirimu sendiri. Kalau kamu berhasil tapi karena kamu meniru gaya orang lain, itu sama saja bohong. Just the way you are." Keren banget kan guys, petuah seorang yang suka bohong saja bagus, gimana petuah mereka yang selalu jujur dalam berkarya dan mengolah setiap kemampuan yang mereka miliki. Kamu bagaimana? Jawab sendiri ya! Bagian yang penting juga menurutku adalah saat Rizal tidak mengakui Ayahnya ketika ditanya oleh Chintia, harus ya mengabaikan kebaikan orang tua yang sudah berjuang demi anaknya? Kalian jangan sampai begitu ya guys, jangan karena bertemu cewek cantik dan gengsi dengan keadaan eknomi orang tua, sampai tidak mau mengakui mereka sebagai orang tua kita. Miris banget kan?
Bagian kedua: Juni, siswa SMP yang penuh prestasi tapi akhirnya harus berurusan dengan keputusan kepala sekolah untuk di skors dan mengakibatkan Ayahnya kehilangan pesanan pelanggan karena ia telah memukul seorang anak yang bapaknya menjadi pelanggan dan telah memesan banyak kaos di toko Ayahnya Juni. Kisah itu juga lah yang kemudian merembet menjadi morosotnya pendapatan sang Ayah yang akhirnya tokonya mau tidak mau harus dijual karena mereka kekurangan dana untuk bisa bertahan hidup. Juni dengan watak yang keras dan sering betekak alias berantem mulut dengan Ayahnya. Ia tidak mau disalahkan ketika Ayahnya melihatnya melakukan kesalahan. Ia juga sering protes terhadap Ibunya dan mengesalkan kenapa Ayahnya tidak bisa mengerti akan dirinya sebagai perempuan. Hal itu berlanjut, hingga akhirnya karyawan di toko Ayahnya dipecat, dan ruko tersebut bersegelkan "DIJUAL". Kalau menurutku, anak seusia Juni memang lagi keras-kerasnya, jadi susah kalau diajak komunikasi, mending berbicara dari hati ke hati kalau sama anak perempuan mah. Tapi Ayahnya juga gak peka, sehingga terjadilah perang ketiga yang begitu sering, *eh perang mulut maksudnya. Tapi percayalah guys, dibalik sikap cuek seorang cowok atau Ayah, sesungguhnya mereka menyimpan kasih sayang yang sangat besar. Tinggal bagaimana mengkomunikasikannya dengan baik. Setuju?
Bagian ketiga: ini bagian yang tersingkat kalau buatku, soalnya aku juga bingung, tentang David yang sudah meninggal tapi Ibuknya masih terbawa susasana galau ditinggal anaknya. Karena aku bukan seorang Ibu, jadi susah untuk menggambarkannya. At least, kita harus tau ya guys bahwa kasih seorang ibu itu tidak akan pernah putus. Ibu adalah cinta pertama tanpa mengenal kata putus. So, selalu sayangi ibumu ya, berikan terbaik untuk membahagiakan beliau, selagi umurnya masih ada. Oke?
*Katanya sekali pun sedang merasakan sakit, jika kita tersenyum, sakitnya akan berkurang.
*"Sepanjang hidup kita, segala macam emosi sering terkumpul mengendap dan akhirnya menjadi racun yang memotivasi tindakan dan keputusan kita. Makanya perlu banget kita rajin-rajin mengeluarkan racun dan endapan emosi kita."
"Life is like piano. The white keys represent happiness and the black keys show sadness. But as we through life, remember that the black keys make beautiful music too."

Film nya bagus, banyak pesan hidup yang bisa kita contoh dan kita terapkan dalam hidup. Apalagi yang berhubungan dengan keluarga dan orang terkasih. Stay blesses guys. Thank you!
(Film nya ditonton di kos Sauqi, saat melarikan diri dari kejaran batuk yang aduhai menyiksa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkunga...