Pernahkah Anda berpikir apa sebenarnya tujuan penciptaan manusia di muka
bumi ini? dalam beberapa kesempatan, saya diberi tahu oleh rekan bahwa hidup di
dunia ini tidak ada arti apa-apa dihadapan Allah meski diibaratkan dengan
seekor nyamuk. Dari waktu ke waktu yang kita jalani hingga seseorang misal
tutup usia di umur 63 (usia rata-rata manusia jika melihat usia wafatnya
Rasul), itu hanya untuk menunjukkan di antara manusia, siapa yang paling baik
amalnya. Dalam tuntunan hidup kita tahu bahwa setiap kita akan merasakan
kematian dan hanya kepada Allah-lah kita semua akan dikembalikan.
Firman Allah; Apakah kamu puas dengan kehidupan dunia sebagai pengganti
kehidupan akhirat? Padahal kenikmatan kehidupan dunia jika dibandingkan dengan
kehidupan akhirat hanya sedikit sekali (At-Taubah: 38). Firman Allah yang lain;
satu hari di sisi Allah itu sama dengan seribu tahun dengan yang kita hitung.
Berarti kalau usia kita 60 tahun, itu hanya 1,5 jam di sisi Allah. Lalu apakah
untuk mempertahankan 1,5 itu kita rela menggadaikan kehidupan di dunia? Ada
yang menjual diri untuk bertahan hidup, ada yang korupsi buat bisa bertahan
hidup, ada yang saling sikut kanan kiri untuk mendapatkan kekuasaan demi uang
untuk bisa bertahan hidup, ada yang saling bunuh demi bertahan hidup, ada yang
saling sogok demi cita-cita yang katanya demi mendapatkan uang untuk bertahan
hidup. Pun, juga ada yang menghardik orang lain, mendzalimi orang lain,
mengambil hak orang lain, menindas orang lain, mengutuk yang terlihat kecil dan
lemah untuk bertahan hidup. Menghalalkan segala cara demi mengumpul rupiah demi
rupiah demi bertahan hidup. Dimana letak akal manusia?
Bukankah kehidupan dunia ini adalah sendau gurau belaka, sedang kehidupan
akhirat adalah lebih baik jika kita bertakwa. Cobalah bayangkan, misal masuk
polisi atau PNS kemudian saling menyogok dan disogok. Kembali ke hadist Rasul:
Setiap yang melakukan perbuat menyogok dan disogok itu masuk neraka, baik
pelaku, saksinya, orang yang memfasilitasinya, dan setiap yang menyaksikannya.
Kalau kita sadar uang yang kita dapat dan kita terima adalah untuk nafkah
hidup, bagaimana mungkin kita kuat untuk hidup dengan uang panas, yang kemudian
itu kita berikan untuk orang terbaik kita, keluarga kita, anak istri misalnya.
Lalu kemudian dari uang panas itu menjadi darah dan daging anak cucu yang
kemudian terus putar dan berputar. Padahal, apa kata Allah: Yang menciptakan
mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapakah yang baik akhlaknya? (AL-Mulk:2).
Ada lagi yang menjual diri dan kehormatan demi makan dan demi bertahan
hidup. Inalilahi. Bukankah kata Allah setiap kita sudah dijamin rizkinya,
bahkan hewan melata pun sudah dipastikan makannya oleh Allah. Sudah habiskan
stok akal sehat kita, hingga bahkan untuk sekedar bisa makan saja harus menjual
kehormatan. Ini dunia kata Allah cuma 1,5 jam di sisiNya. Dan untuk
mempertahankan 1,5 jam yang kita hitung sekitar 60 tahun itu, kita rela
menghalalkan segala cara untuk sekedar terlihat kaya, terlihat mewah, berada,
hingga bahkan ada dan tak jarang yang menghalalkan segala cara untuk bisa
bertahan hidup. Kemudian kata Rasul; tidak akan beranjak langkah seseorang
ketika ia meninggal hingga ditanya hartanya dari mana didapat dan untuk apa
dihabiskan. Ilmunya dari mana ia dapatkan dan untuk apa diamalkan. Tentang
umurnya untuk apa dihabiskan, serta tentang tubuhnya untuk apa ia gunakan.
Kuat nggak membayangkan, misal ditanya; kamu dapat harta dari mana kok bisa
kaya? Terus kita jawab, ini hasil korupsi. Korupsi uang E-KTP. Korupsi uang
penelitian, korupsi uang pendidikan di daerah terpencil, korupsi uang SPP
mahasiswa. Korupsi uang pembangunan gedung kampus. Untuk apa kamu habiskan
harta kamu? Untuk menyogok anak saya masuk polisi, untuk menyogok anak saya
masuk PNS, untuk menyogok anak saya masuk dokter, untuk menyogok anak saya
masuk tentara, untuk menyogok anak saya agar lolos di kampus ternama. Yakin
nggak ngeri membayangkan itu semua?
Buat apa kaya, hidup bergelimang harta kalo itu hasil jual diri, hasil
korupsi, hasil mengambil hak dari keringat orang lain, hasil belot depan
belakang, hasil sikut kanan kiri. Sedang semua tingkah laku dan apa yang kita
kerjakan kelak akan dipertanggung jawabkan. Yang jadi bawahan kelak akan
ditanyai akan tanggung jawabnya. Yang jadi pemimpin kelak akan diminta tanggung
jawabnya. Yang jadi bos, yang jadi OB, yang jadi security, yang jadi dosen,
yang PNS, yang polisi, yang dokter, yang semua mua akan diminta tanggung
jawabnya dihadapan Allah. Lalu apakah untuk melewati kehidupan dunia ini harus
menghalalkan segala cara? Cukup jelas didalam Al-Qur'an. Kebaikan sekecil biji
atom pun akan dibalas, juga keburukan dan kejelekan sikecil biji atom pun akan
mendapat ganjaran.
Yuk buka mata, ajak logika dan hati untuk berpikir lebih jernih untuk
memaknai hidup. Sederhana bahagia dan halal akan lebih baik daripada serba tapi
hasil tikung menikung, belot membelot, dan sikut menyikut kanan diri depan
belakang, atas bawah. *Tulisan ini tidak ingin menyudutkan siapa pun, tapi
sebagai pengingat diri sendiri, juga orang-orang yang berkenan membacanya.
Selamat bergembira di Jum'ah Berkah semuanya.
http://tajenonline.live/mengetahui-jenis-ayam-bangkok-ekor-lidi/
BalasHapusMengetahui Jenis Ayam Bangkok Ekor Lidi salah satu jenis ayam bangkok ini sangat banyak dikagumi. Mau tau kelanjutanya ? Yuk kunjungi situs tajenonline.live