Hsssst…
Ini jam makan
siang, aku punya cerita untuk menemani jam makan siangmu.
Dengarkan
baik-baik, jangan kau cela dulu.
Sebab, aku
bercerita karena kisah ini hanya tentangmu, bukan tentang yang lain.
Kau boleh saja
sebut bahwa ini adalah rahasia, sebab bagiku ini adalah bahagia.
Setahun yang lalu,
di tanah ini aku bertemu kamu. Dengan senandung dan angin serta cahaya dari
langit. Sebab, kau adalah cahaya bagi perjalanan hariku.
Yang kemudian,
tanpa kuduga, kau menjadi manusia yang begitu sempurna. Menjadi dewasa tumbuh
dengan penampilan yang sangat disukai banyak manusia, katanya. Kemudian, dalam
beberapa jeda kisah, kau begitu menyebalkan. Tanpa aroma, tanpa wangi, dibawah
pelataran kisah senja. Kau selalu menjadi panutan dan menjadi alasan manusia untuk mau duduk berlama-lama menunggu meski lama, meski tanpa kepastian
kemudian kau hilang. Mereka rela menanti lama demi sekedar bertemu dan
menyaksikan senyum ikhlas penuh Karisma. Demi satu lengkung kisah tawa kala
senja tiba. Kadang kau berkata begitu lucu namun banyak sekali yang muak dengan
kisah dan aksimu. Banyak yang berharap menjadi sepertimu, namun tidak sedikit
yang kecewa karena kata-katamu yang begini sakit dan menusuk. Kata mereka luka.
Kadang kau suka menitipkan tiga kata mesra ‘ada apa sayang?’
Jika diingat,
sungguh muak dan tak kuat mengingat itu semua. Bilamana kau datang dan menjadi
obat luka untuk sakit yang tak berkesudahan. Sayang, lekas sembuh dan kembali
beraktivitas seperti semula ya. Aku tak bisa memberikan apa-apa. Yang kupunya
hanya sepasang tangan yang menengadah untuk selalu mendoakanmu agar bahagia.
Kini sudah bertambah usia sepasang angka yang sudah tidak lagi seperti semula. Selamat
bertambah usia menjalani hidup dengan bahagia. Meski setiap waktu aku
menyaksikan penampilanmu luar biasa menjadi pujian banyak jiwa, namun kau tak bisa
mengingkari bahwa hati dan logikamu begitu absurd. Absurd sekali sepertinya.
Angka usia kini memanglah tidak biasa, karena aku bahagia, katamu kepada
semesta. Seperti kita, kamu dan aku, kepala yang melebur dalam satu irama.
Sepasang tangan yang saling pegang untuk saling genggam demi menguatkan dan
menyempurnakan. Sepasang kaki yang melangkah menuju impian masa depan bersama.
Manusia yang berkelana dalam satu cerita cinta.
Selamat setahun
ya,
Di sekian-sekian
usiamu, semoga aku selalu menjadi satu-satunya.
Aku yang
mencintaimu,
Bayangan jiwa dan
hatimu.
(Maafkan memuji diriku sendiri) wkekekekekeke
(Maafkan memuji diriku sendiri) wkekekekekeke
Tidak ada komentar:
Posting Komentar