Senin, 05 Februari 2018

Selamat Setahun!

Hsssst…
Ini jam makan siang, aku punya cerita untuk menemani jam makan siangmu.
Dengarkan baik-baik, jangan kau cela dulu.
Sebab, aku bercerita karena kisah ini hanya tentangmu, bukan tentang yang lain.
Kau boleh saja sebut bahwa ini adalah rahasia, sebab bagiku ini adalah bahagia.
Setahun yang lalu, di tanah ini aku bertemu kamu. Dengan senandung dan angin serta cahaya dari langit. Sebab, kau adalah cahaya bagi perjalanan hariku.
Yang kemudian, tanpa kuduga, kau menjadi manusia yang begitu sempurna. Menjadi dewasa tumbuh dengan penampilan yang sangat disukai banyak manusia, katanya. Kemudian, dalam beberapa jeda kisah, kau begitu menyebalkan. Tanpa aroma, tanpa wangi, dibawah pelataran kisah senja. Kau selalu menjadi panutan dan menjadi alasan manusia untuk mau duduk berlama-lama menunggu meski lama, meski tanpa kepastian kemudian kau hilang. Mereka rela menanti lama demi sekedar bertemu dan menyaksikan senyum ikhlas penuh Karisma. Demi satu lengkung kisah tawa kala senja tiba. Kadang kau berkata begitu lucu namun banyak sekali yang muak dengan kisah dan aksimu. Banyak yang berharap menjadi sepertimu, namun tidak sedikit yang kecewa karena kata-katamu yang begini sakit dan menusuk. Kata mereka luka. Kadang kau suka menitipkan tiga kata mesra ‘ada apa sayang?’
Jika diingat, sungguh muak dan tak kuat mengingat itu semua. Bilamana kau datang dan menjadi obat luka untuk sakit yang tak berkesudahan. Sayang, lekas sembuh dan kembali beraktivitas seperti semula ya. Aku tak bisa memberikan apa-apa. Yang kupunya hanya sepasang tangan yang menengadah untuk selalu mendoakanmu agar bahagia. Kini sudah bertambah usia sepasang angka yang sudah tidak lagi seperti semula. Selamat bertambah usia menjalani hidup dengan bahagia. Meski setiap waktu aku menyaksikan penampilanmu luar biasa menjadi pujian banyak jiwa, namun kau tak bisa mengingkari bahwa hati dan logikamu begitu absurd. Absurd sekali sepertinya. Angka usia kini memanglah tidak biasa, karena aku bahagia, katamu kepada semesta. Seperti kita, kamu dan aku, kepala yang melebur dalam satu irama. Sepasang tangan yang saling pegang untuk saling genggam demi menguatkan dan menyempurnakan. Sepasang kaki yang melangkah menuju impian masa depan bersama. Manusia yang berkelana dalam satu cerita cinta.
Selamat setahun ya,
Di sekian-sekian usiamu, semoga aku selalu menjadi satu-satunya.
Aku yang mencintaimu,


Bayangan jiwa dan hatimu.
(Maafkan memuji diriku sendiri) wkekekekekeke

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkunga...