Pulang, satu kata yang sering kali menjadi tujuan dari
segala penatnya rutinitas. Menjadi penawar segala lelah dan lagi, pulang
menjadi alasan untuk melepaskan seberat-beratnya rindu yang menghujam. Libur
kali ini aku mendengar banyak sekali yang senang akan kepulangan mereka ke
kampung halaman. Tak sedikit pula aku mendengar berita tentang kepulangan,
akhir dari perjalanan dunia. Sebelum takbir Idul Fitri berkumandang, bumi ini
menangis karena ada sosok jiwa yang dijadikan panutan tapi telah pulang. Tadi pagi,
sebelum melangkah kaki keluar rumah menuju kampus aku mendengar ada lagi yang
berpulang. Terlepas dari itu semua, bagimu apa sebenarnya makna pulang?
Bagi sebagian orang, pulang adalah tentang menyelesaikan
tanggung jawab keduniawian. Memaparkan satu demi satu perjuangan yang sudah
dilakukan dan dilaksanakan selama menjadi insan atas nikmat kehidupan. Tentang
bagaimana menanti skor akhir selama hidup dijalankan. Namun, bagi sebagian yang
lain, pulang adalah tentang menikmati kenangan. Seperti berkisar antara barisan
memori masa lalu lalu duduk diam sambil menatap keluar jendela dan menikmati
aroma tanah yang tertimpa dentuman hujan. Tentang pulang, adalah tentang
pertemuan dengan orang-orang yang dirindukan. Tapi aku yakin, kita hanya perlu
menatap wajar kepada hal yang pernah terjadi di masa lalu. Karena saat kembali,
hidup sudah tidak lagi sama seperti dulu. Entah berapa kali hati akan kagum
dengan bercak merah dan kuning senja untuk mendapatkan ketenangan.
Kehilangan atas kepulangan hanya akan dirasa oleh manusia
yang sadar akan arti memiliki. Sedang kita, seharusnya tidak lupa bahwa
sejatinya kita tidak memiliki apapun di dunia ini. Dan Tuhan menciptakan hati
untuk menyikapi itu semua, karena tidak ada akan pernah jatuh, retak, hancur,
patah, hilang atas apapun yang Tuhan beri, kecuali semua perjalanan di dunia
ini akan terekam dan utuh saat kembali. Saat benar-benar pulang, bukan dengan
pesawat, kereta api atau metro mini, melainkan atas panggilan Ilahi untuk
benar-benar menghadap pergi meninggalkan dunia ini.
Lalu, akankah kita masih mati-mati mengejar sesuatu yg
tidak dibawa pulang, nanti? Sudahkah bersyukur karena belum berpulang hari ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar