Hari Senin lalu, sy mendapatkan e-mail dari Kedutaan
India di Jakarta yang berisi informasi bahwa aplikasi sy untuk Program Beasiswa
Pelatihan Science Diplomacy Research Cooperation and Information System
diterima. Setelah mengkonfirmasi keikutsertaan untuk program ini, di sela-sela
jam makan siang, juga mendapatkan e-mail untuk diminta datang ke Indian Embassy
di Jakarta esok harinya jam 9 pagi. Langsung pesan tiket, transfer klik dan
selesai. Meski sy yakin bahwa sy tidak akan dapat menjangkau Kedutaan karena
flight dari Pontianak hanya ada di jam 8 pagi dan tiba di Jakarta jam 09.30
waktu setempat. Belum lagi dari airport ke Kedutaan akan memakan waktu sekitar
1 jam lebih (dengan macetnya hutan beton yang sudah pasti iya). Sesampainya di
Kedutaan, sy masuk dan menemui petugas.
Silakan menunggu di sini, Pak. Akan sy hubungkan dengan
petugas yang bertanggung jawab di program yang Bapak apply, kata salah seorang
sekuriti di dalam gedung Kedutaan.
Lalu sy dipanggil oleh Mr X dan diminta bukti LoA serta
form aplikasi visa. Beliau meminta sy untuk menunggu di waiting room dan
memberikan informasi bahwa proses visa akan dimulai hari Kamis dan akan selesai
di hari Senin. Alasannya adalah karena sy datang tidak tepat waktu seperti yang
mereka minta. Sy mengakui itu, telat. Di samping karena memang harga tiket yang
mahal, akses dari airport ke Embassy juga agak jauh. Sy menelan ludah dan
menarik nafas panjang. Bakal menguras kocek juga kalau sampe hari Senin. Belum
lagi di kantor masih ada beberapa deadline yang belum selesai. Input nilai dan
proposal Erasmus. Sy menarik nafas panjang sembari berdo'a, Yaa Allah
mempermudahlah urusanku hari ini. Seketika menunduk lesu.
(Kamu tunggu di sini ya, sy mau meeting. Nanti bakal ada
petugas dari Embassy yang mewawancarai kamu), kata Mr X. Okee, baik Mass,
dimengerti.
45 menit kemudian, datang seorang lelaki berperawakan
India dan meminta maaf karena telah membuat sy menunggu lama sambil
memperkenalkan diri. Beliau adalah Mr. Ajit, petugas dari Embassy yang bertugas
mewawancarai peserta yang lolos. Pak Ajit banyak beratnya terkait program yang
sy pilih. Lalu bertanya terkait hubungan India, Indonesia, dan juga China.
Kebetulan bangett beberapa minggu lalu sy baru menulis sebuah opini tentang isu
tsb, alhamdulillah proses wawancara lewat dan selesai dengan baik. Meski
mungkin wajah sy sudah pucat dan sedari pagi belum sarapan dan suhu AC di
ruangan yang sangat dingin 😂
(Mr. Ajit, may I ask you are question?)
(Yeah, what is the question?) Tanya beliau.
(Jika tuan tidak keberatan, bolehkah sy meminta untuk
proses visa dilakukan hari ini? Karena besok sy harus masuk kerja dan kembali
ke Pontianak besok pagi jam 7?)
Dengan wajah tersenyum dia mengatakan (I will try my
best). Sambil terus menuliskan disposisi terkait proses visa yang akan
disampaikan kepada Bapak Dubes.
(Kamu dari Pontianak? Ada flight dari Pontianak ke KL?
Agar kamu tidak perlu ke Jakarta lagi nanti saat berangkat. Agar lebih hemat),
ucapnya.
(Ada, Pak).
(Baik, nanti silakan kirim email ke Mr X dan minta dia
untuk memesankan tiket dari Pontianak to KL and New Delhi). Ah, Pak Ajit baik
sekali. Tadi kata Mr X kudu dari Jakarta tapi beliau menepis statement itu.
Seketika rasa lafar itu hilang dan auto semangat kembali.
(Mari, ikut sy umtuk bertemu dengan Bapak Dubes). Sy
mengikuti beliau dan bertemu dengan Pak Dubes.
Pak Dubes menjabat tangan sy dan dengan gembira
memberikan selamat.
(Dari mana asalmu?)
Sy dari Aceh Pak, tapi saat ini sy bekerja di Pontianak.
(Sudah menikah?)
Sudah Pak.
(Wah, pastii pasanganmu bahagia. Sy senang jika ada anak
muda yang semangat seperti Anda)
Terima kasih, Pak.
(Aceh di bagian mana?)
Takengon Pak, Aceh Tengah. Kota yang dikenal dengan rasa
kopinya.
(Ya, sy sangat familiar dengan kopi Gayo.
Semoga sukses menjalani programnya, persiapkan diri dan
jaga kesehatan karena India sudah memasuki musim dingin saat ini).
Baik Pak, I will.
Beliau menuliskan beberapa kata di atas kertas lembar
disposisi.
(Nanti silakan datang lagi jam 4 ke sini, untuk ambil
visanya). Dia berdiri, juga sy sambil menjabat tangan erat dan mengucapkan
terima kasih.
Mr Ajit kembali memastikan bahwa visa akan selesai dan
bisa diambil hari ini tertanggal 18 Desember. Sy kembali berterima kasih
mengucapkan syukur bahwa Allah menjawab do'a sy hari ini.
Saat sy mengambil visa, seorang sekuriti berkata (Pak,
kamu beruntung hari ini ketemu Mr. Ajit. Beliau sangat baik kepada siapa saja).
Again, asykurullaha syukraan katsiraan.
Sambil kembali ke penginapan, sy mendapatkan beberapa ucapan
dari teman mahasiswa. (Enak banget ya jadi Bapak, kepilih jadi Pengajar Muda
program Kebijakan Luar Negeri di CSIS, trus lolos esai Kemenpora. Sekarang
dapat beasiswa pelatihan ke India. Nanti bawa pohon ya Sir dari sana dan
oleh-oleh pokoknya. Sy berterima kasih.
Hehehe, orang-orang di sekitar hanya melihat yang tampak.
Membayangkan indahnya hasil yang sy dapatkan. Tapi sy menawarkan, coba sesekali
tanya bagaimana perjuangan untuk mendapatkan itu semua. Berapa kali ditolak,
berapa kali bercucuran keringat, direndahkan, diremehkan, dinyinyirin, dan
dikecewakan oleh beberapa orang. Tapi sy bersyukur menerima itu semua, karena
sy selalu yakin bahwa after hardship comes ease. Sy menikmati setiap proses dan
satu hal yang pasti, sy juga sering sampai hampir give up, but I try again.
Moving forward. Sy juga sering patah semangat, tapi sy tidak berhenti. Selalu
berusaha mengurangi jatah untuk berleha-leha dan wasting time dengan hal-hal
yang kurang bermanfaat. Kalau teman mahasiswa mau tau, coba tanya istri sy, dia
sosok yang selalu membangun benteng kuat dan tak pernah lelah mendoakan untuk
setiap mimpi yang sy usahakan. Jika ditanya, dia pasti jawab (jam rebahan Pak
Zet berkurang setiap kali dia menginginkan sesuatu untuk diraih).
Nikmati setiap proses jatuh bangun untuk mencapai
mimpimu. Jam tayang mempengaruhi itu. Sabar berdo'a dan tawakkal.
(Ditulis saat menunggu boarding time di Soetta terminal 1
Gate A4).
(Kamis, 19 Desember 2019)
(Kamis, 19 Desember 2019)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar