Minggu, 12 April 2020

Indonesia diciptakan saat Tuhan sedang leyeh-leyeh dan bersikap bodo amat.


Kok bisa?
Jadi gini, hari Selasa lalu aku bertemu dengan beberapa mahasiswa asing dari China dan Spanyol yang kebetulan menginap di area kos yang sama sebelum kami hijrah. Btw, nama tempat tinggal gue dari jaman kuliah unik banget. Dulu ada namanya Tegal Kuadrat alias Tegalgondo di Malang, terus Kasihan di Yogyakarta, lalu Sepakat kemudian Purnama sekarang Paris 🗼. *laah kok?

Aku menyaksikan mahasiswa itu berdiri di dekat tempat sampah sambil makan jeruk lalu kulitnya langsung dibuang ke tempat sampah. 2 orang di antara mereka ada yang duduk. Kemudian kami bertemu lagi di kantin kos dan yang mereka lakukan sama, makan terus membersihkan meja lalu membuang sampah plastik dan botol minum ke tempatnya. Oke, penasaran itu aku simpan. Hingga malam ini, kau bertemu lagi dengan mereka di masjid Sepakat 2 lalu saat berpapasan aku bertanya.

"Assalamualaikum, I saw both of you at Dempo yesterday. Where are you coming from?"
"Waalaikumsalam, yes we stay at Dempo for two months since we have an agenda of exchange program at Polnep".
"What kind of major?"
"Business Administration. I am Ghani and this is Ilyas," mereka memperkenalkan diri.
"I am Zet."
"Zet last alphabet?"
"Yes, simple and easy to remember."
"Nice to meet you."
"Me too."
Kemudian aku nanya terkait apa yang kemarin mereka lalukan, termasuk perihal sholat isya berjamaah. Mereka mengaku itu adalah habit dan sudah menjadi kebiasaan yang susah untuk dihilangkan. Bagi mereka membuang sampah pada tempatnya adalah bentuk aksi melindungi bumi. Juga menjaga sholat tepat waktu adalah wujud syukur pada Tuhan yang sudah memberikan kehidupan. Seketika aku teringat dengan apa yang aku alami dengan orang Indonesia hari ini.

Tadi pagi sambil menemani istri beli-beli, aku mengajak dia singgah ke kawasan Pontianak Mall karena di sana ada penjual bakso Malang, anggap saja mengobati rindu. Aku tergelagap saat Bapak penjual mengajak aku berbicara dengan bahasa Jawa. Beberapa ada yang sudah lupa. Kattah, setunggal, kale, and so on. Ketawa sendiri melihat mimik beliau. Tapi sekejap kemudian tiba-tiba aku badmood. Menyaksikan orang yang makan di samping kami buang sampah sembarangan. Putung rokok, kertas, dan jeruk yang sudah tidak layak pakai. Yang duduk di sebelah kanan aku buang sampah sambil nonton debat calon presiden di Youtube. "Haddeh, orang Indonesia mah bebas berbuat sesuka hati. Gitu mau merubah negara, buang sampah pada tempatnya aja gak bisa," lirihku dalam hati. Suka kesel liat kelakuan manusia kayak gitu. Kalau gak bisa buang sampah pada tempatnya, makan dong sama sampah-sampahnya.
Aku semakin terkejut pas bayar.
" Pak, baksonya enak. Kalau sy boleh usul nanti dibelikan tempat sampah ya Pak? Sy bingung Pak harus buang sampah di mana."
"Buang sesuka hati aja Mas, nanti anak-anak sy yang bersihkan."
"Wah gak boleh gitu Pak. Kita harus sama-sama menjaga kebersihan."
Dua anak Bapak itu menatapku dengan tatapan kaget dan aneh. Emang ada yang salah? Tidak menurutku. Oke, jadi ternyata susah banget ya menanamkan keyakinan buang sampah pada tempatnya. Fine!

Tidak sampai disitu saja, sore hari tadi aku janjian dengan teknisi toko elektronik. Janjian jam 3, aku dari jam 2 nungguin di rumah. Pas aku WhatsApp lagi, beliau bilang akan datang jam 17.30 WIB.
"Baik Ko, jam setengah 6 sore ontime ya!"
"Iya Pak."

Setengah 6 sudah berlalu, aku nungguin sampai jam 6 gak juga datang. Yaudah akhirnya keluar, karena ada agenda lain. Jam 7 kurang dia menelpon dan minta tolong dijemput di depan gang. Mendadak mood aku berubah 180%. Sungguh, aku paling benci dengan orang pake jam karet. Janjian pake jam molor, rapat pake jam lelet, Indonesia banget. Kayak rapat di hari jumat kemarin, udah badmood aslinya. Janji jam 1 eh baru dimulai jam 2 lewat. Hello, sayang sekali tuan puan. Untung aku masih sabar nungguin. Tapi serius, aku paling anti sama manusia manusia jam karet, molor, lelet. Ontime please.
Alhasil, itu petugas toko elektronik aku suruh pulang. Aku minta uang dikembalikan. No excuse buat penikmat jam karet!

Ah, beda jauh banget kan pola pikir orang Indonesia dengan orang asing dalam menjaga lingkungan dan menggunakan waktu. Orang asing buang sampah pada tempatnya dan ontime. Orang Indonesia bebas, buang sampah di mana aja, molor ngaret itu sudah biasa mendarah daging, beranak pinak dan membabi buta. Kalau dikasih tau pasti melawan. Ada aja alasan. Ya, semoga yang baca tulisan aku ini tidak demikian. Karena musuh terbesar aku saat ini adalah melawan kebiasaan orang orang Indonesia yang suka anggap remeh dengan waktu. Kapan mau maju?

Ya, balik lagi. Mungkin Indonesia diciptakan saat Tuhan sedang leyeh-leyeh dan bersikap bodo amat.

Oke tengkiyu, nais and bye!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkunga...