Pasti pernah dengar kata Sustainable Development Goals
yang fimiliar dengan SDG's? Ya, mungkin bagi sebagian orang istilah ini dikenal
dengan Pembangunan Berkelanjutan. SDG's adalah 17 tujuan dengan 169 capaian
yang terukur dengan tenggat waktu yang sudah ditentukan oleh PBB sebagai agenda
pembangunan untuk kemaslahatan umat manusia di bumi. Tujuan ini dicanangkan
bersama dan diterbitkan pada 21 Oktober 2015 sebagai ambisi bersama hingga
tahun 2030. Tujuan ini hendak dicapai dengan menyeimbangkan 3 dimensi utama
yakni lingkungan, sosial, dan ekonomi. Beberapa poin yang sangat penting dari
SDG's itu sendiri menurutku yaitu no poverty (hidup tanpa kemiskinan), zero
hunger (hidup tanpa kelaparan), dan kualitas pendidikan yang baik.
Pertama, manusia hidup tanpa kemiskinan. Kalau dalam
Islam fakis miskin itu memiliki hak dari orang lain yang memiliki kualitas
hidup berlebih. Maksudnya disini adalah kelebihan penghasilan. Sehingga
disebutkan bahwa harta itu adalah amanah dan ada hak orang lain didalamnya. Ini
menyiratkan bahwa memang kita (yang mampu) harus bersedia membantu mereka yang
fakir dan miskin agar hidup tanpa kemiskinan itu dapat diwujudkan. Misal saja
zakat profesi yang kita keluarkan sebesar 2.5 % itu dapat membantu mereka yang
hidup dibawah garis kemiskinan. Jaminan yang Allah serukan adalah bahwa tidak
akan berkurang harta yang dizakati. Bayangkan, bisa membantu orang lain, harta
yang kita miliki juga masih terjaga dan bahkan mungkin ditambah oleh Allah jika
kita suka bersedekah. Jika kita memiliki kebiasaan untuk bersedekah, maka Allah
akan semakin membuka pintu rizki, menolak bencana, dan dapat menyembuhkan
penyakit. Tambahan rizki dari Allah pun diluar logika manusia (baca surat
Al-Baqarah ayat 261). Formulasinya adalah memberikan sebagian yang kita miliki
kepada orang lain, miliki kita ditambahkan dan orang lain terbantukan. Kalau
istilahnya kamu akan menuai apa yang kamu tanam bahkan lebih. Hal ini erat
kaitannya dengan menyelesaikan masalah zero hunger. Kalau sudah punya uang,
pasti bisa beli makan, kenyang, bisa berusaha.
Hal lain yang menyebutkan bahwa poin SDG's ini sesuai
dengan Hadist adalah mengenai kebiasaan memasak dan makan. Rasul menyebutkan
"Jika kamu memasak makanan, maka perbanyaklah kaldunya, bagikanlah kepada
tetanggamu" (Hadist HR Ibnu Majah 3353). Maksudnya adalah saling berbagi
makanan dengan tetangga (read: kanan kiri) yang terdekat agar bisa saling
merasakan apa yang kita makan. Jangan dibagi aromanya saja, apalagi sangat
menyengat seperti rendang padang. Menurutku ini sesuai dengan kontek kehidupan
jaman sekarang, orang dengan gampang masak banyak, ambil porsi makan
banyak-banyak tapi kemudian dibuang. Sementara masih banyak sekali orang-orang
di luar sana yang hidup kekurangan, makan aja kadang susah. Kita? Bebas buang
nasi, makanan sisa suka-suka. Nggak baik ah, jangan dilanjutkan yang tidak baik
mah. Kan dengan berbagi kita bisa berperan menyelesaikan permasalahan bersama
yakni masalah kelaparan. Intinya kalau masak bagi-bagi, terus kalau ambil
makanan pikir baik-baik, jangan sampai tidak habis dan dibuang. Lebih baik
nambah daripada sekali ambil langsung banyak tapi tidak dihabiskan. Kayak nafsu
orang puasa. Hahahahahaha
Baidewe gaes, ada 5 pilar untuk menyelesaikan zero hunger
alias permasalahan kelaparan menurut PBB. 100% akses pangan mencukupi sepanjang
tahun, pengentasan stunting untuk anak dibawah umur 2 tahun, sistem pangan yang
berkelanjutan, penggandaan produktivitas dan pendapatan petani kecil, serta
tidak adanya pemborosan pangan. Nah, kalau melihat pilar tsb, agaknya apa yang
sudah aku sebutkan di atas ada yang berkaitan kan? Tidak adanya pemborosan
pangan. Jadi, mari bersama-sama rajin bersedekah dan rajin bagi-bagi makanan
sebagai usaha kecil kita untuk menyelesaikan permasalahan kemiskinan dan
kelaparan di dunia. Ingat, jangan suka ambil porsi makan yang banyak tapi tidak
dihabiskan. Biasa berperilaku buang-buang kan boros dan boros itu teman setan.
((Semoga bisa sedikit paham apa yang aku maksudkan))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar