Minggu, 12 April 2020

Kebiasaan Bersedekah Bisa Mewujudkan SDG's.


Pasti pernah dengar kata Sustainable Development Goals yang fimiliar dengan SDG's? Ya, mungkin bagi sebagian orang istilah ini dikenal dengan Pembangunan Berkelanjutan. SDG's adalah 17 tujuan dengan 169 capaian yang terukur dengan tenggat waktu yang sudah ditentukan oleh PBB sebagai agenda pembangunan untuk kemaslahatan umat manusia di bumi. Tujuan ini dicanangkan bersama dan diterbitkan pada 21 Oktober 2015 sebagai ambisi bersama hingga tahun 2030. Tujuan ini hendak dicapai dengan menyeimbangkan 3 dimensi utama yakni lingkungan, sosial, dan ekonomi. Beberapa poin yang sangat penting dari SDG's itu sendiri menurutku yaitu no poverty (hidup tanpa kemiskinan), zero hunger (hidup tanpa kelaparan), dan kualitas pendidikan yang baik.

Pertama, manusia hidup tanpa kemiskinan. Kalau dalam Islam fakis miskin itu memiliki hak dari orang lain yang memiliki kualitas hidup berlebih. Maksudnya disini adalah kelebihan penghasilan. Sehingga disebutkan bahwa harta itu adalah amanah dan ada hak orang lain didalamnya. Ini menyiratkan bahwa memang kita (yang mampu) harus bersedia membantu mereka yang fakir dan miskin agar hidup tanpa kemiskinan itu dapat diwujudkan. Misal saja zakat profesi yang kita keluarkan sebesar 2.5 % itu dapat membantu mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan. Jaminan yang Allah serukan adalah bahwa tidak akan berkurang harta yang dizakati. Bayangkan, bisa membantu orang lain, harta yang kita miliki juga masih terjaga dan bahkan mungkin ditambah oleh Allah jika kita suka bersedekah. Jika kita memiliki kebiasaan untuk bersedekah, maka Allah akan semakin membuka pintu rizki, menolak bencana, dan dapat menyembuhkan penyakit. Tambahan rizki dari Allah pun diluar logika manusia (baca surat Al-Baqarah ayat 261). Formulasinya adalah memberikan sebagian yang kita miliki kepada orang lain, miliki kita ditambahkan dan orang lain terbantukan. Kalau istilahnya kamu akan menuai apa yang kamu tanam bahkan lebih. Hal ini erat kaitannya dengan menyelesaikan masalah zero hunger. Kalau sudah punya uang, pasti bisa beli makan, kenyang, bisa berusaha.

Hal lain yang menyebutkan bahwa poin SDG's ini sesuai dengan Hadist adalah mengenai kebiasaan memasak dan makan. Rasul menyebutkan "Jika kamu memasak makanan, maka perbanyaklah kaldunya, bagikanlah kepada tetanggamu" (Hadist HR Ibnu Majah 3353). Maksudnya adalah saling berbagi makanan dengan tetangga (read: kanan kiri) yang terdekat agar bisa saling merasakan apa yang kita makan. Jangan dibagi aromanya saja, apalagi sangat menyengat seperti rendang padang. Menurutku ini sesuai dengan kontek kehidupan jaman sekarang, orang dengan gampang masak banyak, ambil porsi makan banyak-banyak tapi kemudian dibuang. Sementara masih banyak sekali orang-orang di luar sana yang hidup kekurangan, makan aja kadang susah. Kita? Bebas buang nasi, makanan sisa suka-suka. Nggak baik ah, jangan dilanjutkan yang tidak baik mah. Kan dengan berbagi kita bisa berperan menyelesaikan permasalahan bersama yakni masalah kelaparan. Intinya kalau masak bagi-bagi, terus kalau ambil makanan pikir baik-baik, jangan sampai tidak habis dan dibuang. Lebih baik nambah daripada sekali ambil langsung banyak tapi tidak dihabiskan. Kayak nafsu orang puasa. Hahahahahaha

Baidewe gaes, ada 5 pilar untuk menyelesaikan zero hunger alias permasalahan kelaparan menurut PBB. 100% akses pangan mencukupi sepanjang tahun, pengentasan stunting untuk anak dibawah umur 2 tahun, sistem pangan yang berkelanjutan, penggandaan produktivitas dan pendapatan petani kecil, serta tidak adanya pemborosan pangan. Nah, kalau melihat pilar tsb, agaknya apa yang sudah aku sebutkan di atas ada yang berkaitan kan? Tidak adanya pemborosan pangan. Jadi, mari bersama-sama rajin bersedekah dan rajin bagi-bagi makanan sebagai usaha kecil kita untuk menyelesaikan permasalahan kemiskinan dan kelaparan di dunia. Ingat, jangan suka ambil porsi makan yang banyak tapi tidak dihabiskan. Biasa berperilaku buang-buang kan boros dan boros itu teman setan. ((Semoga bisa sedikit paham apa yang aku maksudkan))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkunga...