Vina berlarian ketika tiba di depan kamarnya di asrama
Fatimah. Puput dan Nisa yang berada di dalam kamar saat itu bingung dengan
tingkah Vina. Baru beberapa menit saja ia masuk, namun tatapan itu seperti
sedang memikirkan seseorang.
“Maukah kamu menjadi kekasihku Vin?” kalimat itulah yang
selalu hadir di benaknya sejak ia kembali dari masjid tadi. Pertemuannya dengan
Manda di dekat pos satpam itu telah membuat Vina tertegun sekaligus tidak
percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dari mulut Manda. Ia takut itu
semua hanya mimpi. Namun, batinnya tidak dapat berbohong jika saat itu ia
sedang berbahagia.
“Manda nembak
aku tadi pas pulang dari masjid Cha. Aku harus gimana ya?” ungkap Vina sambil merebahkan tubuhnya di atas ranjang
milik Ela yang saat itu sedang kosong karena Ela sedang pulang ke kampung
halamannya.
“Apa Vin? Kamu ditembak Manda? Seriusan kamu?” tanya Icha
seperti tak percaya.
“Kamu gak
bohong kan Vin?” Puput datang mendekati Vina dan Icha yang berada di
sampingnya.
“Gak Cha, aku
serius. Tadi ketika balik dari masjid, Manda memanggilku dan mengungkapkan isi hatinya di hadapanku kemudian
memberikan boneka mungil ini untukku,” beber Vina sambil menunjukkan boneka
Barbie yang ia terima dari Manda.
Boneka itu terlihat lucu. Manda tau saja apa yang disukai
oleh Vina. Wanita mana yang tidak mau menerima pemberian dari lelaki sebaik dan
setampan Manda. Manda memang memiliki pesona yang luar biasa jika dibandingkan
dengan teman-temannya yang lain. Ia adalah tipe lelaki yang tak banyak berujar
jika memang dirasa itu tidak perlu ia lakukan. Ia memiliki ‘sesuatu’ yang tidak
dimiliki oleh lelaki lain. Pantas saja Vina tak bisa berhenti untuk menahan
senyumnya dari tadi ketika kedua kakinya melangkah masuk kamar dua asrama
paling pojok tersebut.
“Aku harus gimana
donk Put? Aku harus gimana Cha?
Ayo donk aku butuh masukan dari
kalian. Sungguh aku tidak bisa tenang saat ini. Manda memintaku untuk
memberikan jawaban pintanya itu esok hari, ketika kita melakukan apel pramuka
di lapangan.”
“Kalo menurutku
ya Vin, kamu harus hati-hati sama Manda. Dia kan lelaki yang banyak diidolakan
oleh santri putri juga Vin. Ya kalo
kamu menerimanya, kamu juga harus siap untuk cemburu ketika melihat Manda
digoda oleh wanita lain Vin. Kamu ngerti
kan maksudku?” ujar Icha penuh hati-hati. Icha takut jika Vina tersinggung
dengan apa yang baru ia ungkapkan kepada sahabatnya itu. Tapi, memang benar
kata Icha, jika Vina menerima Manda, ia juga harus siap dengan banyak
kemungkinan yang akan terjadi ketika mereka telah memiliki hubungan sebagai
sepasang kekasih.
“Aku setuju sama Icha Vin, kamu harus pikirkan
matang-matang keputusan yang akan kamu ambil. Kamu harus memikirkan kemungkinan
yang akan terjadi ke depannya nanti. Kami mendukung apapun itu yang terbaik
untukmu Vin. Pikirkanlah dulu baik-baik sebelum kamu menjawab ungkapan cinta
dari Manda.”
Vina terdiam. Senyum yang sedari tadi mengembang kemudian
berubah menjadi diam. Ia benar-benar bingung dengan isi hatinya saat itu. Ia
memang memiliki rasa untuk Manda, namun ia juga tidak mau terluka seperti nasihat kedua sahabatnya. Malam kian larut. Semua santri
penghuni asrama
sudah masuk ke dalam kamarnya masing-masing. Tidak terkecuali Icha dan Puput
yang sudah naik ke ranjang mereka untuk persiapan istirahat. Besok adalah hari Kamis, hari dimana Vina harus menjawab ungkapan perasaan
Manda. Malam itu Vina sama sekali tidak merasakan kantuk. Sepasang mata itu
sulit sekali diajak kompromi untuk bisa tertutup sempurna. “Oh cinta sungguh
aku bingung dengan skenario yang kini kurasakan, seandainya ada Ine di sini,
pasti akan kutumpahkan semua isi hati ini pada Ine. Ine pasti tau apa yang
harus kulakukan.”
Vina kembali meraih boneka yang diberikan Manda padanya.
Ia terus memandanginya kemudian berkata “Kenapa kamu memilihku Manda? Apa yang
kamu harapkan dari aku? Bukankah begitu banyak wanita yang menaruh hati
padamu?” Setelah hampir berputus asa karena belum menemukan jawaban yang tepat
untuk permintaan Manda, Vina mengambil secarik kertas dan menuliskan puisi di
atasnya. Sambil menulis, Vina terus berharap esok hari ketika ia bangun, ia
menemukan jawaban terbaik yang akan ia sampaikan pada Manda.
*Cinta hadir saat malam mulai gelap
Jatuh meletup-letup saat tanah terhempas basah rindu
Menghilangkan semua rasa cemas dan takutku
Kau genggam hatiku tanpa besitan sembilu
Biarkanlah ini mengalir hanya untukmu
Tentang kamu puisiku sekaligus pelangi terindah dalam
hidupku
Engkau adalah pujaan bintang yang kini mendekatiku
Engkaulah pelengkap dari segala dahaga cintaku
Berharap dengan cintamu, hidupku menjadi penuh warna
Berjalan denganmu, aku bisa bernafas lebih lega
Berdampingan denganmu, aku bisa menari karena bahagia
Tonight
is the wonderful night I had ever, because you! I will always here to stay with
you, because I love you…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar