Sabtu, 31 Januari 2015

BENARKAH RASA INI CINTA?

Vina berlarian ketika tiba di depan kamarnya di asrama Fatimah. Puput dan Nisa yang berada di dalam kamar saat itu bingung dengan tingkah Vina. Baru beberapa menit saja ia masuk, namun tatapan itu seperti sedang memikirkan seseorang.
“Maukah kamu menjadi kekasihku Vin?” kalimat itulah yang selalu hadir di benaknya sejak ia kembali dari masjid tadi. Pertemuannya dengan Manda di dekat pos satpam itu telah membuat Vina tertegun sekaligus tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dari mulut Manda. Ia takut itu semua hanya mimpi. Namun, batinnya tidak dapat berbohong jika saat itu ia sedang berbahagia.
“Manda nembak aku tadi pas pulang dari masjid Cha. Aku harus gimana ya?” ungkap Vina sambil merebahkan tubuhnya di atas ranjang milik Ela yang saat itu sedang kosong karena Ela sedang pulang ke kampung halamannya.
“Apa Vin? Kamu ditembak Manda? Seriusan kamu?” tanya Icha seperti tak percaya.
“Kamu gak bohong kan Vin?” Puput datang mendekati Vina dan Icha yang berada di sampingnya.
Gak Cha, aku serius. Tadi ketika balik dari masjid, Manda memanggilku dan mengungkapkan isi hatinya di hadapanku kemudian memberikan boneka mungil ini untukku,” beber Vina sambil menunjukkan boneka Barbie yang ia terima dari Manda.
Boneka itu terlihat lucu. Manda tau saja apa yang disukai oleh Vina. Wanita mana yang tidak mau menerima pemberian dari lelaki sebaik dan setampan Manda. Manda memang memiliki pesona yang luar biasa jika dibandingkan dengan teman-temannya yang lain. Ia adalah tipe lelaki yang tak banyak berujar jika memang dirasa itu tidak perlu ia lakukan. Ia memiliki ‘sesuatu’ yang tidak dimiliki oleh lelaki lain. Pantas saja Vina tak bisa berhenti untuk menahan senyumnya dari tadi ketika kedua kakinya melangkah masuk kamar dua asrama paling pojok tersebut.
“Aku harus gimana donk Put? Aku harus gimana Cha? Ayo donk aku butuh masukan dari kalian. Sungguh aku tidak bisa tenang saat ini. Manda memintaku untuk memberikan jawaban pintanya itu esok hari, ketika kita melakukan apel pramuka di lapangan.”
Kalo menurutku ya Vin, kamu harus hati-hati sama Manda. Dia kan lelaki yang banyak diidolakan oleh santri putri juga Vin. Ya kalo kamu menerimanya, kamu juga harus siap untuk cemburu ketika melihat Manda digoda oleh wanita lain Vin. Kamu ngerti kan maksudku?” ujar Icha penuh hati-hati. Icha takut jika Vina tersinggung dengan apa yang baru ia ungkapkan kepada sahabatnya itu. Tapi, memang benar kata Icha, jika Vina menerima Manda, ia juga harus siap dengan banyak kemungkinan yang akan terjadi ketika mereka telah memiliki hubungan sebagai sepasang kekasih.
“Aku setuju sama Icha Vin, kamu harus pikirkan matang-matang keputusan yang akan kamu ambil. Kamu harus memikirkan kemungkinan yang akan terjadi ke depannya nanti. Kami mendukung apapun itu yang terbaik untukmu Vin. Pikirkanlah dulu baik-baik sebelum kamu menjawab ungkapan cinta dari Manda.”
Vina terdiam. Senyum yang sedari tadi mengembang kemudian berubah menjadi diam. Ia benar-benar bingung dengan isi hatinya saat itu. Ia memang memiliki rasa untuk Manda, namun ia juga tidak mau terluka seperti nasihat kedua sahabatnya. Malam kian larut. Semua santri penghuni asrama sudah masuk ke dalam kamarnya masing-masing. Tidak terkecuali Icha dan Puput yang sudah naik ke ranjang mereka untuk persiapan istirahat. Besok adalah hari Kamis, hari dimana Vina harus menjawab ungkapan perasaan Manda. Malam itu Vina sama sekali tidak merasakan kantuk. Sepasang mata itu sulit sekali diajak kompromi untuk bisa tertutup sempurna. “Oh cinta sungguh aku bingung dengan skenario yang kini kurasakan, seandainya ada Ine di sini, pasti akan kutumpahkan semua isi hati ini pada Ine. Ine pasti tau apa yang harus kulakukan.”
Vina kembali meraih boneka yang diberikan Manda padanya. Ia terus memandanginya kemudian berkata “Kenapa kamu memilihku Manda? Apa yang kamu harapkan dari aku? Bukankah begitu banyak wanita yang menaruh hati padamu?” Setelah hampir berputus asa karena belum menemukan jawaban yang tepat untuk permintaan Manda, Vina mengambil secarik kertas dan menuliskan puisi di atasnya. Sambil menulis, Vina terus berharap esok hari ketika ia bangun, ia menemukan jawaban terbaik yang akan ia sampaikan pada Manda.
*Cinta hadir saat malam mulai gelap
Jatuh meletup-letup saat tanah terhempas basah rindu
Menghilangkan semua rasa cemas dan takutku
Kau genggam hatiku tanpa besitan sembilu
Biarkanlah ini mengalir hanya untukmu
Tentang kamu puisiku sekaligus pelangi terindah dalam hidupku
Engkau adalah pujaan bintang yang kini mendekatiku
Engkaulah pelengkap dari segala dahaga cintaku
Berharap dengan cintamu, hidupku menjadi penuh warna
Berjalan denganmu, aku bisa bernafas lebih lega
Berdampingan denganmu, aku bisa menari karena bahagia
Tonight is the wonderful night I had ever, because you! I will always here to stay with you, because I love you…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkunga...