Pernah gak kamu memikirkan masa depan, seperti
menerka-nerka apa yang akan terjadi dan ternyata kamu belum siap untuk
menghadapinya? Jika pernah, mungkin kita sama, lebih kepada sebuah rasa cemas
yang hadir sebenarnya, bukan karena takut untuk tidak menghadapinya, tetapi
memerlukan amunisi yang tepat untuk menjalani itu semua. Seberapa sering kita
meminta kepada Tuhan agar dikuatkan, sesering itu pula Tuhan hadir dan
memberikan kita bimbingan. Tidak lagi tentang kegelisahan hati menebak masa
depan, tapi persiapan matang memang dibutuhkan agar bisa menjadi insan terbaik
dan generasi pilihan. Itu semua bergantung pada usaha kita, doa kita, dan
seberapa kuat kita berusaha untuk terus bertahan. Sering menggalaukan bukan?
Haha, nikmati saja!
Semakin jauh jarak dari rumah, semakin banyak yang
harus dikorbankan, dan memilih salah satu di antara semuanya adalah tidak
mudah. Pada akhirnya, keputusan yang kita ambil adalah salah satu jalan
penerang masa depan. Karena kita tidak bisa mendapatkan semuanya, membahagiakan
semuanya, tapi setidaknya diri kita sendiri bahagia. Coba pikirkan, kenapa
harus memikirkan perasaan orang lain, nasib orang lain, sementara kamu sendiri
gak bahagia. Kamu adalah pemeran utama dalam hidupmu dan semua yang kamu
lakukan adalah sejatinya untuk dirimu, bukan untuk yang lain. Kita tidak akan
pernah bisa menyenangkan hati semua orang, karena masing-masing kita memiliki
pandangan yang berbeda. Kalau hari demi hari yang kita pikirkan hanya perasan
orang lain, sikap orang lain terhadap kita, lantas kapan kita memikirkan diri
kita sendiri, kebahagiaan kita?
Datanglah pada mimpi yang kemarin, Saat hidup mulai
terseok-seok pada masa yang menanti dihadapan, Hiruplah udara pada mimpi yang
kemarin, Jangan datang pada mimpi malam tadi, Karena ia tak cukup hati untuk
menguasai, Datanglah pada mimpi yang kemarin, Teriakan-teriakan manja yangkan
kau harukan, Teriakan-teriakan sendu yangkan kau harapkan, Manja nan sendu
mimpi-mimpi kemarin, Ia cukup manis pada kemarin, Dan ia kan lebih manis untuk
saat ini, Hingga senyum mukan merekah pada masa dihadapan, Mimpi yang kemarin, Mimpi
tua yang masih tetap muda, Datang saja pada mimpi yang kemarin, Manja dan
bersendulah kembali, Jika hidup mulai terasa sukar untuk dinikmati, Datanglah, datang
saja…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar