Selasa, 01 November 2016

Pernah Nggak Kamu?

Pernah gak kamu memikirkan masa depan, seperti menerka-nerka apa yang akan terjadi dan ternyata kamu belum siap untuk menghadapinya? Jika pernah, mungkin kita sama, lebih kepada sebuah rasa cemas yang hadir sebenarnya, bukan karena takut untuk tidak menghadapinya, tetapi memerlukan amunisi yang tepat untuk menjalani itu semua. Seberapa sering kita meminta kepada Tuhan agar dikuatkan, sesering itu pula Tuhan hadir dan memberikan kita bimbingan. Tidak lagi tentang kegelisahan hati menebak masa depan, tapi persiapan matang memang dibutuhkan agar bisa menjadi insan terbaik dan generasi pilihan. Itu semua bergantung pada usaha kita, doa kita, dan seberapa kuat kita berusaha untuk terus bertahan. Sering menggalaukan bukan? Haha, nikmati saja!
Semakin jauh jarak dari rumah, semakin banyak yang harus dikorbankan, dan memilih salah satu di antara semuanya adalah tidak mudah. Pada akhirnya, keputusan yang kita ambil adalah salah satu jalan penerang masa depan. Karena kita tidak bisa mendapatkan semuanya, membahagiakan semuanya, tapi setidaknya diri kita sendiri bahagia. Coba pikirkan, kenapa harus memikirkan perasaan orang lain, nasib orang lain, sementara kamu sendiri gak bahagia. Kamu adalah pemeran utama dalam hidupmu dan semua yang kamu lakukan adalah sejatinya untuk dirimu, bukan untuk yang lain. Kita tidak akan pernah bisa menyenangkan hati semua orang, karena masing-masing kita memiliki pandangan yang berbeda. Kalau hari demi hari yang kita pikirkan hanya perasan orang lain, sikap orang lain terhadap kita, lantas kapan kita memikirkan diri kita sendiri, kebahagiaan kita?
Datanglah pada mimpi yang kemarin, Saat hidup mulai terseok-seok pada masa yang menanti dihadapan, Hiruplah udara pada mimpi yang kemarin, Jangan datang pada mimpi malam tadi, Karena ia tak cukup hati untuk menguasai, Datanglah pada mimpi yang kemarin, Teriakan-teriakan manja yangkan kau harukan, Teriakan-teriakan sendu yangkan kau harapkan, Manja nan sendu mimpi-mimpi kemarin, Ia cukup manis pada kemarin, Dan ia kan lebih manis untuk saat ini, Hingga senyum mukan merekah pada masa dihadapan, Mimpi yang kemarin, Mimpi tua yang masih tetap muda, Datang saja pada mimpi yang kemarin, Manja dan bersendulah kembali, Jika hidup mulai terasa sukar untuk dinikmati, Datanglah, datang saja…



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkunga...