Selasa, 19 April 2022

Sanksi Australia Bagi Belarusia dan Isu Kedaulatan Ukraina

Krisis yang terjadi antara Rusia dan Ukraina terus memberikan dampak dalam jangka yang panjang. Poin utama dari konflik ini adalah bagaimana konsep kedaulatan negara harusnya diakui oleh banyak pihak dan tidak ditentukan oleh adanya status negara maju atau negara berkembang. Penyelesaian krisis juga seharusnya diselesaikan dengan mematuhi asas dan norma hukum internasional tanpa adanya bias dan kepentingan sepihak atau beberapa pihak yang terlihat mendominasi. Hal lain yang kini menjadi perhatian dunia adalah saling menjatuhkan sanksi antara Rusia dengan beberapa negara besar yang dianggap sebagai pemain dominan dalam penyelesaian konflik antara Rusia dan Ukraina. Dalam hal ini terdapat sikap negara majors power yang ingin terlihat lebih dominan dan melakukan dikte dalam tatanan politik global (Alunaza, 2022).

Setelah AS menjatuhkan sanksi kepada Rusia, kini Australia juga turut menjatuhkan sanksi kepada Belarusia karena dinilai telah membantu Rusia dalam invasinya terhadap Ukraina. Sanksi ini tidak hanya diperuntukkan bagi Presiden Belarusia saja, Alaxander Lukashenko, tetapi juga kepada segenap keluarganya. Keluarga Lukas juga mendapatkan sanksi dari Australia karena memegang jabatan pada sektor penting yakni keamanan nasional dalam tatanan pemerintah Belarusia. Belarusia dilansir telah memberikan dukungan strategis kepada Rusia dan juga kepada pasukan militernya. Hal tersebut mengakibatkan mengikisnya kedaulatan dan integritas yang dimiliki oleh Ukraina. Dalam pernyataan Kementrian Luar Negeri Australia menyebutkan bahwa sanksi juga mengincar 22 warga Rusia yang disebut-sebut sebagai propagandis dan agen informasi. Mereka yang masuk ke dalam daftar 22 warga Rusia ini adalah editor senior outlet Media Rusia, Yayasan Budaya Strategis, dan NewsFront.

Australia juga memastikan bahwa pihak yang mendukung Rusia dengan tanpa alasan rasional terhadap invasi ilegal yang telah dilakukan Rusia terhadap Ukraina akan membayar dengan harga yang sangat tinggi. Seperti diketahui sebelumnya bahwa Rusia didukung penuh oleh Belarusia untuk memantapkan invasi terhadap Ukraina. Belarusia dituding telah membantu mempersiapkan unit tempur untuk mendukung Rusia yang dilengkapi dengan ribuan tentara untuk menyerang Ukraina.

Konflik antara Rusia dan Ukraina ini berbuntut panjang. Sebab masing-masing negara memiliki pendukung dan aliansi kerja sama internasional yang tidak sedikit. Bagi negara pendukung Rusia, amat sangat mudah mendukung dan menjatuhkan sanksi ekonomi bagi negara yang tidak mendukung Rusia. Sementara, di sisi lain, ada banyak majors power baru yang membantu menjaga kedaulatan dan integritas negara Ukraina. Sehingga, tidak hanya Rusia dan Ukraina yang berkonflik secara nyata. Banyak negara pendukung kedua kubu juga sesungguhnya sedang berkonflik karena memberikan dukungan bagi masing-masing negara. Bagi negara berkekuatan besar, tidak sulit untuk mendapatkan dukungan apalagi jika memiliki kendali penuh dalam sektor militer dan ekonomi. Tetapi bagi negara berkembang, harus benar-benar mempertimbangkan alasan spesifik mengapa harus mendukung atau tidak mendukung dengan alasan kepentingan politik dan ekonomi menjadi konsekuensi lain dari sebuah dukungan dalam konflik Rusia dan Ukraina.

Jika kembali ke dalam kajian hubungan internasional, ada berbagai pendekatan yang kemudian dapat digunakan untuk menganalisis sanksi yang diberikan oleh Australia kepada Belarusia. Salah satu pendekatan yang menjadi perhatian penting dalam konflik Rusia dan Ukraina adalah realisme klasik dan juga neorealisme (Prayuda & Sundari, 2019). Mengusung kejayaan dari struggle for power and security sehingga kondisi anarki internasional adalah salah satu hal yang tidak dapat dihindarkan. Segala cara kemudian dilakukan oleh negara untuk melindungi kepentingan politik. Sebab negara selalu menjadi aktor tunggal, sehingga dalam menjelaskan hubungan antara negara yang berdaulat dilihat dari kepentingan politik yang diusung.

Dalam pendekatan realisme fokus pada dimensi politik dan keamanan. Hal itulah yang menjadi alasan bahwa untuk menjelaskan kekuasaan diperlukan adanya kekuatan sebagai instrumen dari politik luar negeri. Meski tidak dapat dijelaskan secara spesifik posisi dan hierarki dari kekuatan yang mendominasi, namun bagi pendukung paham realisme, hubungan internasional itu pada intinya adalah konfliktual dan dapat diselesaikan dengan adanya perang. Maka, jika melihat sikap yang diproyeksikan Australia kepada pendukung Rusia adalah dengan mengambil sikap terbaik dalam melindungi kepentingan politik dari suatu tindakan rasional yakni pragmatis. Sementara bagi Belarusia dukungannya kepada Rusia dalam invasi ke Ukraina adalah sikap kompromis dan saling menerima.

Selain itu, guna melancarkan misi struggle for power, dibutuhkan adanya kerja sama pertahanan dengan negara lain untuk dapat menghentikan adanya tekanan dari negara lawan. Apa yang dilakukan oleh Belarusia adalah bentuk kerja sama dengan Rusia untuk mendapatkan dukungan balik atas sanksi yang diberikan oleh Australia. Tentu, kerja sama ini dipengaruhi oleh adanya lingkungan atau yang dikenal dengan diplomacy setting. Lingkungan dalam kondisi konflik seperti Rusia dan Ukraina ini dapat dijelaskan dengan satu kunci khusus, yakni sistem internasional yang anarki.  Hakikat dari sistem internasional yang anarki telah menciptakan sebuah setting tersendiri bagi kepentingan politik negara yang terlibat dalam hubungan diplomatik tertentu. Dengan menggunakan kekuatan tertentu, negara lain mencoba untuk memudahkan agenda politik luar negeri mereka dengan alasan pencapaian kepentingan politik negara mereka di atas kepentingan politik negara lain. Sebab dalam hal ini tidak adanya batasan otoritatif dalam menyelesaikan konflik tertentu.  

Sementara isu terkait kedaulatan dan integritas Ukraina kembali menjadi perhatian dunia sebab damai dan kehidupan normal adalah tujuan dari diadakannya negosiasi yang akan berlangsung di Turki sejak 28-30 Maret 2022. Hal tersebut ditekankan langsung oleh Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. Baginya, kedaulatan dan keutuhan wilayah adalah isu yang sangat strategis dan akan terus diperjuangkan. Tentu jaminan keamanan yang efektif bagi seluruh warga Ukraina adalah hal penting yang harus terus dipenuhi. Tujuan dari negosiasi di Turki ini diprediksi akan menjadi babak baru bagi perdamaian dunia dan pemulihan kehidupan normal di Ukraina. Hal tersebut juga didukung penuh oleh Presiden Turki, Tayyip Erdogan. Erdogan juga sudah menghubungi Putin secara terpisah dan menekankan pentingnya gencatan senjata di Ukraina.

Dari sisi Rusia, mereka bersedia untuk mengakhiri invasi jika Ukraina bersedia menjadi negara netral dan tidak menjadi bagian dari NATO. Termasuk mengakui Krimea merupakan bagian dari Kremlin demiliterisasi dan denazifikasi di bagian timur Ukraina. Sementara bagi Ukraina, mereka akan terus memperjuangkan hal yang menjadi bagian dari kedaulatan negaranya. Meskipun terdapat wacana referendum Krimea, Donetsk, dan Luhansk.

Sementara bagi Australia, sanksi ekonomi terhadap Belarusia merupakan salah satu bentuk proyeksi dari pengaruh kehadiran kekuatan besar terutama di kawasan Asia Pasifik. Mengingat Australia merupakan salah satu negara yang berdampingan dengan AS, Rusia, China, Jepang, dan India dalam menyebarkan pengaruhnya di kawasan. Australia hadir untuk membendung hegemoni China dan Rusia yang melibatkan India dalam mengembangkan strategi kawasan untuk mengamankan kepentingan nasional masing-masing negara tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa Australia merupakan pendonor lama yang berusaha dihalau oleh China sebagai pendonor baru dalam kerangka kerja sama trilateral di kawasan Asia Pasifik. Seperti Jepang yang sejak tahun 2010 telah membentuk haluan baru pertahanannya untuk membendung kekuatan militer China di Pasifik. Hal itu diwujudkan dengan menjalin kerja sama strategis dengan AS untuk menjamin keamanan kepentingan nasional mereka. Tidak hanya itu, Jepang juga berusaha meningkatkan kesejahteraan dengan memanfaatkan adanya transfer teknologi dan modal kepada negara-negara sedang berkembang di kawasan Pasifik.

 

Sumber Rujukan

Suselo. 2016. Pengaruh Kehadiran Kekuatan Militer Negara Besar. Jurnal Kajian Lemhannas Vol 25

Prayuda & Sundari. 2019. Diplomasi dan Power. Journal of Diplomacy and International Studies.

Alunaza, Hardi. 2022. Konflik Rusia dan Ukraina dalam Perspektif Geopolitik. Diakses melalui laman https://reviewnesia.com/articles/1645931602-konflik-rusia-dan-ukraina-perspektif-geopolitik pada tanggal 28 Maret 2022

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkunga...