Kamis, 16 November 2017

Kita Pernah

Kita pernah setegar udara, jauh sebelum selebat-lebatnya air mata. Kita pernah seindah senja, jauh sebelum sekuyup-kuyupnya dibasahi kata sirna. Maka, jadikan aku sebagai suatu kekhilafan yang nantinya akan kamu sadari sebagai sebenar-benarnya kebahagiaan. Jadikan aku sebagai satu-satunya kesalahan yang nantinya akan kamu sadari sebagai sebenar-benarnya kerinduaan. Percayalah, mencintaimu adalah kesabaran. Penantian terpanjang yang pernah aku lakukan. Teruslah leluasa, sakiti hati ini sepuasnya. Kertasku masih teramat lapang untuk kugores tentangmu, selamanya. Sebab nanti, saat ruh dan ragaku telah terpisah. Dan jasadku habis di cabik-cabik hewan di dalam tanah. Hanya satuhal yang akan tetap abadi di dunia. "Kisah kita yang pernah aku bukukan"  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah dan Segala Kenangan Tentangnya

Imam Syafi’i pernah berkata, tidak ada istilah santai dan diam untuk orang yang memiliki akal dan adab. Maka tinggalkanlah kampung halaman...