Setiap momen pasti memberikan kesan tersendiri untuk
para penikmatnya, seberapa jauh berjalan, sejauh itu pula pengalaman akan
bercerita tentang kehidupan yang hingga saat ini masih memberikanku kesempatan
untuk bernafas. Menikmati indahnya dunia dan karunia Ilahi yang sangat sulit
untuk aku definisikan dengan kumpulan kata dalam kalimat. Bagian terindah dari
sebuah hari yang terus berputar ditemani mesin waktu adalah senja. Meski malam
menawarkan kerlipan bintang dengan sinar rembulan, namun senja selalu bisa
membuaiku menjadi insan yang merasa begitu bahagia saat itu menyapa. Senja
berbeda, ia tidak seperti titik yang mengakhiri tanpa seruan dan tanya. Bagian
terbaik dari hadirnya adalah ketika aku sadar warna jingga itu beradu sempurna
dengan bayangan burung berkicau yang akan kembali ke peraduannya. Ditemani
rayuan pohon kelapa yang rindang dengan asmara memuncak, sayup berlalu
membahagiakan siapapun yang menyaksikannya.
Aku tak pernah takut kehilangan dia, karena kau tahu
ia akan kembali, selalu hadir saat matahari bergegas meminta diri untuk pergi. Andai
bisa kubeli label senja, akan kuhadiahkan ia untuk semua orang terbaik dalam
hidup yang aku punya. Hingga mereka bisa merasakan kedamaian yang tak berujung
dan tak pula bertepi, hadirnya abadi. Jika malam memintaku untuk mundur karena
lelah yang tak teratur, senja selalu memanjakanku dengan indahnya sayap-sayap
semesta. Tak butuh waktu banyak untuk
mencarinya, ia akan hadir tanpa harus kupanggil. Mengenalnya adalah sebuah
keindahan yang takkan kuhapus dalam catatan utuh suatu fase kehidupan. Ia
adalah senja, ciptaan Tuhan yang amat teristimewa untukku, untuk kita.
Aku bergerak mendekati suatu danau yang mungil
dengan tatanan hijau muda dedaunan yang melengkapi indahnya. Danau itu sepi.
Hanya ada beberapa remaja kecil yang mondar-mandir sibuk mengabadikan momen di
bibir depan tak jauh dari pintu masuk. Sesekali kicau burung bersorak riuh tak
teracuh mencoba menanam kenangan indah di hati para pengunjung danau yang
mendengarnya. Laksana berujar untuk tenang dalam bersikap dan menikmati
kedamaian hidup di desa. Melupakan setiap goresan luka masa lalu yang tak
bersumbu namun kini patah karena senja yang begitu menggoda. Kehidupan di tanah
Rafflesia ini memang tidak memberikan kemewahan, jauh dari kata kesempurnaan,
tapi ia menawarkan kedamaian abadi. Jika seuntai kata saja kelak akan dipertanyakan
Tuhan saat kita kembali, lalu bagaimana dengan kata rindu dan cinta yang sudah
menganak sungai tak terbendung. Pose nakal sepasang kekasih di danau itu
merenggut ketenangan sejauh mata memandang. Mereka begitu hanyut dalam
keindahan alam yang tak mungkin bisa aku duakan. Bukan seperti cinta, danau itu
berbisik manja. Memberikanku kenangan manis akan ketenangan dan kenangan. Aku
seperti hanyut dalam khilaf yang tak pernah kuperbuat. Mendiamkan diri jatuh
dalam ilusi kebodohan dan tak tau bagaimana harus bangun untuk bergegas menemui
kesadaran. Nadiku berdenyut tak seperti biasa, ia berdetak lebih cepat bak
ingin lepas dari sarangnya. Sekuat mungkin aku duduk dan tak melihat. Aku
menjaga setiap apa yang kupunya, tak ingin ia pergi walau sesaat. Karena aku
tak tahu bagaimana bentuk keabadian yang Tuhan tentukan.
Kala itu, jarak antara aku dan senja yang aku
banggakan terpaut begitu dekat. Kilauan kuning cahaya yang ia bentangkan telah
merenggut sisa kesedihan yang aku rasakan. Senja mendekatiku dan ingin
memastikan jika hadirnya tak lagi melihat luka menganga. Sapaan angin disana
seperti mengetuk pintu langit dan berdoa untuk menghapuskan air mata penyesalan
yang pernah hadir dan menyiksa. Senja di bumi Rafflesia memintaku untuk membuka
mata melihat segala kebaikan dengan hati yang jernih, mendengarkan petuah alam
agar hidupku menjadi jernih, dan menawarkanku kekuatan iman yang takkan lagi
aku lupakan.
“Permisi, ada yang bisa aku bantu,” ungkap pelayan
yang sedari tadi sepertinya sudah berdiri dan memperhatikan gerak-gerikku. Ia
hadir dengan pakaian dinasnya yang khas dan senyum lebar seperti sudah saling
kenal. Tubuhnya tinggi, wajahnya putih bersinar, pada bagian wajah itu terlihat
hidung yang mancung serta kumis tipis yang tertata rapi.
“Terima kasih. Jika kau berkenan, bolehkah kau
abadikan beberapa sudut danau ini untukku?” aku memastikan ia bersedia untuk
mengambilkanku beberapa gambar dari danau mungil yang sejak tadi aku jelaskan.
“Dengan senang hati, mari.” Ia berjalan dengan
tangan lembut yang mempersilahkanku untuk mengikutinya dari belakang.
“Sudah berapa lama berada di bumi Rafflesia ini?”
“Dua hari yang lalu aku tiba, aku akan berlibur
selama seminggu disini,” jawabku tenang sambil terus mengikuti jejaknya menuju
tengah danau yang dilengkapi dengan hiasan jembatan seperti yang ada di Eropa.
“Sendirian saja?”
“Ya, aku datang sendiri. Sudah sejak lama aku
berniat untuk mengunjungi danau ini. Aku dengar senja disini begitu memanjakan
mata, indah!”
“Kau benar, kau tidak salah dalam berujar. Senja di
Danau Nibung Bumi Rafflesia ini memang menakjubkan.”
Aku bergumam dalam hati. Pelayan itu adalah salah
satu orang terbaik yang dimiliki bumi Rafflesia ini. Tidak sempat aku bertanya
daerah asalnya, mataku sudah dihipnotis dengan indahnya pesona senja saat kami
tiba di tengah danau. Pemandangan yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya,
seperti sedang berada di Australia, dan juga salah satu Negara terbaik di
dunia, Jerman. Ukiran jembatan itu
sangat membuai mata untuk terus memandang. Menjadikan naluriku terasa sempurna
ketika hiasan lampu pelangi yang tak begitu terang seperti sedang membawa
terbang berada di bawah terpaan langit biru. Kejadian itu seperti nyata. Belum
selesai aku berujar keindahan, tenangnya air danau yang berubah warna menjadi
emas, membuatku sangat sulit untuk menjelaskan. Senja itu berubah, ia
menjadikan danau itu berwujud sempurna. Setiap mata pengunjung penuh takjub
memandangnya, bak ingin tertawa dalam buaian mimpi, tersenyum dalam hiasan,
tapi ternyata keindahan itu nyata. senja penuh bahagia merubah cara pandangku
terhadap dunia, takkan pernah berhenti aku mencari pengalaman berharga, sama
seperti dunia yang tak pernah berhenti untuk mengajariku banyak kata. Senja di
danau itu berhasil menghipnotisku. Senja di bumi Rafflesia memang penuh noktah
indah yang berujar tentang kedamaian. Tempat kecil penuh memori dan kenangan
baik yang takkan pernah terlupakan dalam pencarian jati diri demi menghadapi
kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar