Sering terlintas di benakku, bahwa ketika aku memiliki banyak uang, ada
banyak hal yang dapat aku lakukan, aku miliki, aku jalani, aku rasakan. Ketika
menginginkan sesuatu, aku tinggal mengeluarkan hitungan rupiah yang aku punya.
Kemudian, hal itu berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada, bahwa untuk
urusan yang satu ini, aku tidak bisa mengandalkan kekayaan, ketenaran, atau pun
keberuntungan. Sebenarnya bisa, tapi itu hanya untuk sedikit kemungkinan. Semua
mahasiswa pasti merasakan itu, agaknya menurutku. Kalau belum merasakan itu
yang aku maksudkan barusan, bukan mahasiswa namanya. Ya, perjuangan menaklukkan
tugas akhir alias si do’i skripsi selalu saja jadi alasan seseorang untuk bisa
tersenyum, tertawa lebar, atau bahkan berubah menjadi pucat pasi laksana tak
memiliki gairah hidup. Beneran lho ini, coba aja dibayangkan, kalau kita
bimbingan lancar-lancar aja, pasti senang donk! Ya nggak? Justru sebaliknya juga kan, kalau kita sudah niat bimbingan, terus kemudian pembimbingnya sibuk,
banyak kerjaan, jam tayang harus keluar kota yang tidak bisa ditinggalkan, mau
bagaimana lagi, nikmati saja, namanya juga perjuangan. Kalau gampang semuanya,
ya bukan perjuangan namanya. Apa ya namanya? Aku juga kurang mengerti, isi saja
sendiri, semaumu, karena ini Negara demokrasi (katanya). So, gunakanlah
aspirasi demokrasi yang kamu punya…
Percaya nggak, banyak sekali mahasiswa yang pura-pura lari alias melarikan
diri dari makhluk yang satu ini dengan berbagai macam alasan. Belum siaplah,
literatur susahlah, dosen pembimbingnya sibuklah, laptop suka mati sendirilah, belum
siap pakai kebayalah, dan berbagai alasan lain yang sulit untuk
disebutkan di sini, karena masing-masing pasti memiliki alasan yang berbeda.
Aku akui, si do’i memang banyak permintaan, mulai dari latar belakang hingga
kesimpulan. Agaknya, untuk berada pada titik aman, setiap ditanya (sudah bab berapa?), tinggal jawab saja (sudah bab akhir, tinggal kesimpulan
kok). Aman bukan? Aman sekali, sekali lho ya, karena secara face to face setiap
orang bertanya posisi akan aman. Di sisi lain, sebenarnya amat sangat merasa
risih setiap kali ada pihak yang bertanya tentang kabar di do’i. Tapi, justru
seharusnya kita bersyukur lho karena banyak yang perhatian sama do’i kita.
Meski secara mental masih agak sedikit gugup bin nervous untuk membeberkan
kabar si do’i di depan khalayak ramai.
Coba perhatikan sekelilingmu, ada nggak mereka-mereka yang tiba-tiba hilang
ketika dihadapkan dengan perjanjian buat ngedate sama si do’i? Terus tiba-tiba
lebih memilih untuk melakukan banyak hal yang menurut mereka lebih bermanfaat
ketimbang menaklukkan sang do’i. Berawal dari satu jam, dua jam, seminggu,
sebulan, kemudian satu semester, setahun, dua tahun hingga bahkan
bertahun-tahun mereka menghilang demi melupakan ajakan si makhluk misterius
ini. Alhasil, ketika sudah molor, kemudian ingat bahwa si do’i ngebet banget
pengen disamperin, baru deh sadar bahwa persiapan belum juga matang. Terus
kemudian antara mau dan tidak mau untuk melanjutkan kencan dengan makhluk
misterius. Kalau boleh kasih saran sih, jangan menghindar darinya, karena
ketika kau mau mendekatinya, ia akan segera berlalu. Percaya deh, mental baja,
rajin, adalah modal yang paling dasar untuk menaklukkan si do’i. Mental baja?
Iya, mental baja alias keberanian untuk menghadapi semua resiko yang akan
ditanggung ketika kencan dengan si do’i. Berani menemui dosen pembimbing,
berani konsultasi dengan teman yang dianggap lebih mahir, berani melihat banyaknya
coretan revisi tiap kali bimbingan, berani menunggu berjam-jam ketika
bimbingan, berani bertanya demi memenuhi permintaan si makhluk misterius.
Rajin? Iya, harus donk. Rajin diskusi, rajin baca literatur, rajin
pencet-pencet tombol laptop alias menulis, rajin berdo’a, serta rajin bimbingan
pastinya. Kalau yang dua itu sudah melekat pada diri kita, si makhluk halus itu
juga akan tertaklukkan dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Ingat,
datangi do’i dan ngedate-lah bersamanya!
Kau harus sadar, kau
harus ngedate dengannya dan buat ia terkesima dengan penampilanmu. Mau tidak
mau, suka atau tidak suka, dia adalah pacarmu, taklukkan ia dengan jurus yang
kau punya. Jangan banyak alasan untuk berpaling darinya, karena pada akhirnya
hanya ada dua pilihan, kau akan kembali kedalam pelukannya atau kau akan
tergilas arus karena kau mengambil keputusan untuk memutuskannya. Sadari,
desakan dan tekanan si do’i tujuannya adalah untuk kebaikanmu. Penuhi
permintaannya, layani ia dengan penuh pesona, beri ia perhatian maksimal,
kemudian sabar, niscaya si do’i akan berkata “Aku luluh, Kamu Lulus!”
Percayalah, semua
pasti bisa menaklukkan si do’i dengan baik. Tetap optimis dan usaha ya!
Salam semangat tiada
henti untuk mereka yang sedang kencan bersama di do’i (Skripsi .Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar