Selasa, 30 September 2014

Tulisan Iseng (Belum/Tak) Berjudul

Sering terlintas di benakku, bahwa ketika aku memiliki banyak uang, ada banyak hal yang dapat aku lakukan, aku miliki, aku jalani, aku rasakan. Ketika menginginkan sesuatu, aku tinggal mengeluarkan hitungan rupiah yang aku punya. Kemudian, hal itu berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada, bahwa untuk urusan yang satu ini, aku tidak bisa mengandalkan kekayaan, ketenaran, atau pun keberuntungan. Sebenarnya bisa, tapi itu hanya untuk sedikit kemungkinan. Semua mahasiswa pasti merasakan itu, agaknya menurutku. Kalau belum merasakan itu yang aku maksudkan barusan, bukan mahasiswa namanya. Ya, perjuangan menaklukkan tugas akhir alias si do’i skripsi selalu saja jadi alasan seseorang untuk bisa tersenyum, tertawa lebar, atau bahkan berubah menjadi pucat pasi laksana tak memiliki gairah hidup. Beneran lho ini, coba aja dibayangkan, kalau kita bimbingan lancar-lancar aja, pasti senang donk! Ya nggak? Justru sebaliknya juga kan, kalau kita sudah niat bimbingan, terus kemudian pembimbingnya sibuk, banyak kerjaan, jam tayang harus keluar kota yang tidak bisa ditinggalkan, mau bagaimana lagi, nikmati saja, namanya juga perjuangan. Kalau gampang semuanya, ya bukan perjuangan namanya. Apa ya namanya? Aku juga kurang mengerti, isi saja sendiri, semaumu, karena ini Negara demokrasi (katanya). So, gunakanlah aspirasi demokrasi yang kamu punya…
Percaya nggak, banyak sekali mahasiswa yang pura-pura lari alias melarikan diri dari makhluk yang satu ini dengan berbagai macam alasan. Belum siaplah, literatur susahlah, dosen pembimbingnya sibuklah, laptop suka mati sendirilah, belum siap pakai kebayalah, dan berbagai alasan lain yang sulit untuk disebutkan di sini, karena masing-masing pasti memiliki alasan yang berbeda. Aku akui, si do’i memang banyak permintaan, mulai dari latar belakang hingga kesimpulan. Agaknya, untuk berada pada titik aman, setiap ditanya (sudah bab berapa?), tinggal jawab saja (sudah bab akhir, tinggal kesimpulan kok). Aman bukan? Aman sekali, sekali lho ya, karena secara face to face setiap orang bertanya posisi akan aman. Di sisi lain, sebenarnya amat sangat merasa risih setiap kali ada pihak yang bertanya tentang kabar di do’i. Tapi, justru seharusnya kita bersyukur lho karena banyak yang perhatian sama do’i kita. Meski secara mental masih agak sedikit gugup bin nervous untuk membeberkan kabar si do’i di depan khalayak ramai.
Coba perhatikan sekelilingmu, ada nggak mereka-mereka yang tiba-tiba hilang ketika dihadapkan dengan perjanjian buat ngedate sama si do’i? Terus tiba-tiba lebih memilih untuk melakukan banyak hal yang menurut mereka lebih bermanfaat ketimbang menaklukkan sang do’i. Berawal dari satu jam, dua jam, seminggu, sebulan, kemudian satu semester, setahun, dua tahun hingga bahkan bertahun-tahun mereka menghilang demi melupakan ajakan si makhluk misterius ini. Alhasil, ketika sudah molor, kemudian ingat bahwa si do’i ngebet banget pengen disamperin, baru deh sadar bahwa persiapan belum juga matang. Terus kemudian antara mau dan tidak mau untuk melanjutkan kencan dengan makhluk misterius. Kalau boleh kasih saran sih, jangan menghindar darinya, karena ketika kau mau mendekatinya, ia akan segera berlalu. Percaya deh, mental baja, rajin, adalah modal yang paling dasar untuk menaklukkan si do’i. Mental baja? Iya, mental baja alias keberanian untuk menghadapi semua resiko yang akan ditanggung ketika kencan dengan si do’i. Berani menemui dosen pembimbing, berani konsultasi dengan teman yang dianggap lebih mahir, berani melihat banyaknya coretan revisi tiap kali bimbingan, berani menunggu berjam-jam ketika bimbingan, berani bertanya demi memenuhi permintaan si makhluk misterius. Rajin? Iya, harus donk. Rajin diskusi, rajin baca literatur, rajin pencet-pencet tombol laptop alias menulis, rajin berdo’a, serta rajin bimbingan pastinya. Kalau yang dua itu sudah melekat pada diri kita, si makhluk halus itu juga akan tertaklukkan dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Ingat, datangi do’i dan ngedate-lah bersamanya!
Kau harus sadar, kau harus ngedate dengannya dan buat ia terkesima dengan penampilanmu. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, dia adalah pacarmu, taklukkan ia dengan jurus yang kau punya. Jangan banyak alasan untuk berpaling darinya, karena pada akhirnya hanya ada dua pilihan, kau akan kembali kedalam pelukannya atau kau akan tergilas arus karena kau mengambil keputusan untuk memutuskannya. Sadari, desakan dan tekanan si do’i tujuannya adalah untuk kebaikanmu. Penuhi permintaannya, layani ia dengan penuh pesona, beri ia perhatian maksimal, kemudian sabar, niscaya si do’i akan berkata “Aku luluh, Kamu Lulus!”
Percayalah, semua pasti bisa menaklukkan si do’i dengan baik. Tetap optimis dan usaha ya!

Salam semangat tiada henti untuk mereka yang sedang kencan bersama di do’i (Skripsi .Red)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkunga...