Minggu, 14 April 2019

Semesta Tidak Merestui Kita

Tahun beranjak lalu
Menunggu padu penuh liku
Tiada suara yang datang menghampiri
Tertatih menanti, tiada yang pasti
Sebab, kamulah tegarnya liku juangku
Dadaku sesak hatiku mendidih
Mendapati rindu yang kian tumpang tindih
Pikirku meronta berharap kamu ada.
Debar jasadku menderu
Menanti jarak berganti temu
Bayangmu terukir
Tergambar semakin jelas dalam pikir
Kapankah akan usai?
Rinduku kembali terhalang jarak
Menguntai lelahku ikuti titik semu
Kamu tetap sama
Belum menjelma menjadi nyata.
Akankan semesta mempertemukan?
Tak sedikit kata ingin kuucap
Namun semesta belum merestui kita
Tak sedikit rindu ingin kuredam
Namun semesta merestui untuk berjarak
Sering kudengar kabar dari hujan
Dan irisan luka dari alam
Semesta belum menghampiri kita
Aku yang merasakan
Kamu hanya hidup dalam angan
Berharap semesta menyatukan
Tapi mungkin kau paham
Dipertemukan bukan dibersamakan.
Rindu memang boleh kau pendam
Tapi hati jangan terbagi menjadi dua
Cinta terlalu rumit dipahami manusia
Entah ingin kemana dan harus mengapa
Harusnya rasa ini pernah berlabuh
Namun biarkan namamu mengudara
Bersama do'a semesta
Dengan cara yang tidak dapat diterka.
Cerita yang begitu singkat dan sekejap
Waktu itu ketika 
Retina kita saling tatap tanpa sengaja
Rupanya, kita hanya sebatas pernah
Hingga akhirnya, 
Kita harus benar-benar menerima
Bahwa aku dan kamu
Takkan pernah menjadi kita.
Aku harus mengerti,
Semesta belum jua merestui. 
Semua rasa memang harus berhenti
Sebab bertemu bukan untuk bersama 
Kau harus tahu dan memahami
Semesta tidak merestui kita
Jika dipaksa, 
Hanya akan menambah luka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkunga...