Selasa, 16 April 2019

Semesta Tidak Merestui Kita (4)

Kuakui, 
Tak ada yang lebih tabah
Selain rintik hujan di bulan ini
Lagi, datang dan lagi
Meski sudah jatuh berkali-kali
Ia tetap kembali tanpa ragu dan benci
Tanpa kenang dan sakit hati
Tak terlihat serpihan patah
Apalagi berserakan, tidak
Tidak akan. 
Tapi, aku berpikir ulang
Sebenarnya hujan itu turun bukan jatuh
Yang jatuh, aku
Berkali-kali di hatimu.
Mungkin begitu lebat hujan semalam
Hingga rasa rindu begitu menikam
Mendung hariku menyaksikan genangan 
Hingga sedih tinggal kenang 
Hingga kutatap wajah penuh duka
Berderai air mata dan kenang di hatinya
Hujan sore langit kelabu
Hingga sesak dan rindu
Ditinggalkan masih enggan berlalu.
Ketika petang malam
Membawa kenangan pulang
Hari mulai sepi
Saat hujan kembali menyapa bumi
Sembari duduk dan melepaskan
Setiap kenang untuk dilupakan
Hujan kembali syahdu
Memaksaku teduh di tepian waktu
Menghapus pertunjukkan masa lalu
Agar tidak kembali sendiri
Meronta sepi dalam dekapan sunyi.
Jalan mulai lenggang
Hujan pun menghilang
Hanya beberapa yang tinggal
Genangan kecil yang menjadi kekal
Kubiarkan tubuhku menikmati
Seakan sudah tiada lagi
Harap dan ingat untuk tidak pergi
Kini kembali menggigil sepi
Menikmati jalan cerita
Tentang aku, kamu, hujan dan semesta 
Yang tidak pernah merestui kita
Entah mengapa setiap hujan datang
Sesak kenangan akan kembali terulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkunga...