Minggu, 14 April 2019

Semesta Tidak Merestui Kita (5)

Aku tak bisa marah ketika melihatmu menyerah
Memilih diam dan meninggalkan tapak lebam
Aku tak bisa marah saat melihatmu menyerah
Meredam sesesungukan sambil diam menahan tangisan.
Aku tak pernah bisa marah saat melihatmu pasrah
Pada kekuatan yang terlalu jahat menusukkan segala keburukan
Pada keadaan yang terlalu jalang untuk kita kendalikan
Pada hal yang harus mulai kita abaikan
Karena sudah tidak terlalu penting untuk dipedulikan
Demi semesta yang tidak merestui kita, 
aku tak pernah bisa marah
Saat kau memilih untuk bersembunyi membereskan sisa pertengkaran.
Aku tak pernah bisa marah karenamu selalu berbesar hati 
Pada akhirnya aku hanya mencaci diriku sendiri yang tak pernah berani marah di depanmu
Saat perjuanganmu yang sudah tidak lagi sama seperti dulu. 
Aku tak bisa marah
Jika kau berkenan, aku akan selalu menenangkan hatimu
Sebab hanya aku yang dapat melakukan itu untukmu. . 
Aku yang masih belum bisa marah kepadamu
Pada hati yang kini ringkih karena ditinggal pergi
Ingatan yang gaduh nan kini kian menjauh
Pada bibir yang selalu menahan mengeluarkan kata.
Aku (masih) tak bisa marah kepadamu
Untuk jejak kaki yang kini mulai beranjak
Pada segumpal wajah yang terlihat mengaduh dan bergejolak
Untuk setiap harap yang menyusup tiba-tiba
Sembari berdo’a dan kembali mencoba jatuh cinta
Semoga segera datang hujan yang membawa cinta
Agar kembali berdamai dengan semesta tanpa meninggalkan dendam
Dengan segala kerelaan agar tetap tegar tanpa rasa takut
Hingga bisa benar-benar kuat dan ikhlas melepaskan
Aku yang tak bisa marah karenamu adalah anugerah.
Aku yang tak bisa marah
Sebab tak mungkin aku mencacimu
Meski dunia dan seisinya tak pernah
Berpihak pada isi hati kita
Hingga, 
Tak mungkin kita menyalahkan masa
Berkenan lalu berpindahlah
Sebab aku tidak hina
Pun kau bukanlah caci maki dunia
Berpindahlah, 
Karena luka dan air mata bukanlah dagangan
Kita tidak perlu terlalu lama untuk dipamerkan
Seka air mata dan berpindahlah
Sebab dengan atau pun tanpa restu semesta
Kita berhak bahagia.
Ciptakan bahagiamu tanpa amarah ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkunga...