Pada umumnya buku
kumpulan puisi bercerita dengan bagian yang terpisah antara halaman satu dengan
halaman yang lainnya, baik dari segi judul maupun makna yang terkandung dari
diksi yang disuguhkan kepada pembaca. Berbeda dengan buku Biru Magenta ini.
Buku ini merupakan sebuah buku kumpulan puisi yang mengisyaratkan percakapan
antara Biru dan Magenta yang dari setiap judul halaman yang tersedia saling
bersambung, melengkapi dan terasa hidup dalam percakapan yang tertuang. Biru
diumpamakan seperti langit yang selalu melingkupi orang tersayang dan Magenta
adalah cinta yang menyala pada kelamnya biru malam. Keduanya saling berujar
tentang cinta, kasih sayang dan kerinduan dengan bahasa yang sangat terbuka, terlalu
jujur. Mengambil latar tempat seperti Malang, Jakarta, Probolinggo, dan Solo,
Biru dan Magenta mengajak kita merenungkan perjalanan masa lalu serta kenangan
yang telah terabadikan. Kita seolah diberikan ruang untuk menyuarakan jutaan
perasaan yang pernah datang dan hinggap dalam ruang kehidupan.
Membaca halaman
demi halaman buku kumpulan sajak puisi ini, kita serasa berada dalam ruangan
yang sedang menyaksikan Biru dan Magenta untuk meluapkan emosi yang begitu
menghentak dan memecah kesunyian setiap pojok ruang kerinduan. Dengan bahasa
yang begitu mengalir dan mendayu-dayu, buku ini bercerita tentang ungkapan
wujud cinta yang berserakan, telah lama tak terungkapkan, akhirnya bisa disatukan
dengan teriakan kata penuh warna yang indah seindah kumpulan warna pelangi kala
hujan tiba. Meski terlihat terjadi pertentangan antara Biru dan Magenta, bagian
akhirnya adalah sebuah perkawinan kata yang begitu mesra, romantis, penuh
makna.
Bagian paling
menarik dari buku ini terletak pada judul Aku Ingin Jadi Merah di Atap Rumahmu
dengan kutipan sajak ”Membicarakan esok dan kemarin yang selalu seperti tak
pernah minta izin bila hendak berganti. Menyudahkan yang belum ingin
disudahkan, memulaikan yang belum siap dimulaikan. Sebab kita tak pernah
setabah daun yang rela tumbuh menghidupi lalu mengering, Terbang hilang (Halaman
27).” Kutipan puisi tersebut seperti menyeret pembacanya dalam arus imajinasi
panjang tentang makna kehidupan, berpikir mengenai arti cinta, masa lalu dengan
noktah-noktah kenangan, serta masa depan yang belum terbayangkan, namun
diselipkan lewat sebuah doa dan harapan.
Penulis seperti
ingin menjelaskan bahwa manusia adalah insan yang berbeda dengan daun. Jika
daun hanya datang, tumbuh, melindungi, jatuh, terbang, kemudian hilang, berbeda
dengan manusia yang harus melewati proses panjang untuk bisa memberikan makna
dari kehidupan masa lalu, peristiwa saat ini, dan harapan masa mendatang seperti
yang terlukis dari percakapan antara Biru dan Magenta.
Dilanjutkan lagi dalam
Judul sajak Biar Kudefiniskan Untukmu dan Biar Kudongengkan Untukmu dengan
petikan “Mencintai adalah mencintai. Koma, masih koma, belum titik. Maka,
jangan menyerah, hidup adalah hidup, koma, masih koma, belum titik (Halaman 31-32).
Penulis juga menyampaikan pesan tersirat kepada pembaca, bahwa tidak ada kata
menyerah dalam memperjuangkan cinta, rindu, kasih sayang, dan kehidupan. Selama
masih ada tanda waktu dan kesempatan, perjuangan akan terus berlanjut, belum
berakhir, takkan terhenti.
Petikan paling
menggelitik adalah ketika Magenta berujar tentang cinta dan gatal. Mendefinisikan
cinta sebagai rasa gatal yang ingin digaruk, lecet dan diberi salep untuk
mengusir cinta. Begitu pun Biru, ia membalas rasa kelucuan itu dengan bercerita
sederhana mengenai cinta dan sambal. Bercakap akan cinta yang tak lagi serupa
rasa gatal, tetapi sudah berubah menjelma menjadi sambal. Sambal yang mencandu
lidah-lidah penikmat cinta, meski akhirnya mereka harus terbakar (Halaman
55-57).
Kepiawaian penulis
dalam merangkai setiap kata yang tersaji dalam buku ini tidak diragukan lagi. Kekayaan
bahasa, keluwesan sajak, dan pilihan kata yang mewakili setiap bagiannya sangat
hidup dan saling beriringan. Jika boleh menyimpulkan, ini adalah buku kumpulan
puisi yang berbeda dari segi jalan cerita dan sangat menyentuh jika dilihat
dari penggunaan kata dan makna tersirat yang ingin disampaikan si penulis
kepada para pembaca.
Ini adalah buku
yang sangat direkomendasikan untuk dibaca. Membaca bagian awal buku ini mungkin
Anda akan merasa bingung dengan isinya. Tapi, semakin Anda membaca halaman demi
halaman, betapa banyak hal yang akan Anda peroleh setelah membaca buku yang
sangat luar biasa ini. Anda akan diajak bernyanyi, menari dalam memori, serta
meluapkan emosi dengan bahasa cinta, kerinduan, dan kasih sayang yang menyentuh
dan sarat akan kejujuran. Bersiaplah untuk terhipnotis dengan nada-nada puisi
yang disajikan. Selamat membaca!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar