Seiring peran dan pengaruh China terhadap banyak negara di dunia semakin berkembang, dipandang perlu untuk memahami bagaimana perspektif China terhadap hubungan luar negerinya dengan negara lain dalam konstelasi politik global. Seperti investigasi Tony Tai-Ting Liu memproyeksikan diplomasi publik yang digambarkan oleh China adalah dengan memanfaatkan kisah yang baik dalam perjalanan politik China dan konsep ‘China Dream’ yang digunakan untuk mengatasi isu terkait penyebaran ‘teori ancaman China’ juga sebagai upaya meningkatkan citra China. Pada bagian lain juga dijelaskan mengenai kontribusi dari adanya Institut Konfusius dan Kebudayaan China serta unit yang berhubungan langsung dengan upaya diplomasi publik yang dilakukan oleh China. Hasil dari diplomasi publik yang dilakukan oleh China adalah sebagai usaha untuk menjauhkan diri dari bayangan terhadap negara-negara di dunia atas kenyataan status China yang dianggap sebagai ancaman. Lebih dari itu, China berusaha hadir sebagai negara yang ramah dan cinta damai.
Contoh dari proyek yang
digunakan China untuk memengaruhi opini publik mancanegara adalah proyek kereta
cepat. Agenda ini tidak hanya menggambarkan keuntungan yang diperoleh China
dari sisi ekonomi, tetapi juga bertujuan untuk membentuk kembali tatanan
politik dunia yang berpihak pada China. Belt dan Road Initiative
serta kereta cepat buatan China adalah agenda yang diluncurkan Pemerintah China
untuk menguatkan posisi China sebagai aliansi bagi negara-negara di dunia
melalui konstruksi dalam bidang infrastruktur.
Kedua proyek besar
tersebut juga dapat dipergunakan untuk membendung tekanan negara-negara di
dunia khususnya sebagai penghubung kepentingan China terhadap negara-negara di
Asia, mengubah dinamika kekuatan regional, menimbulkan kekuatan kontra hegemoni
yang melawan sistem liberal Barat. Hingga akhirnya, kedua proyek tersebut mampu
mendirikan lembaga internasional baru yang sesuai dengan kepentingan ekonomi
dan politik China. Bagi tatanan global, keberhasilan China dapat memberikan
potensi dukungan untuk kerangka kerja sama global baru dimana keterlibatan
China bisa membendung elit yang ada atau juga memungkinkan adanya perubahan.
Bagi perkembangan kerangka diplomasi, China juga terlibat aktif dalam meningkatkan hubungan baik terhadap Afrika. Hal itu terlihat dari kiprahnya untuk memanfaatkan forum diplomasi regional seperti Forum on China and Africa Cooperation (FOCAC). Forum diplomasi tersebut dipergunakan China sebagai sarana untuk menyosialisasikan pemahaman mengenai persepsi yang sama dalam bidang keamanan kepada para pemimpin negara di Afrika. Melalui forum FOCAC, China juga dipandang berhasil membuat narasi persetujuan terkait Sino-African. Secara khusus, hal tersebut dianggap sebagai pengulangan yang dilakukan oleh China agar di antara negara-negara berkembang saling mendukung satu sama lain dalam menciptakan kemakmuran bersama. China berhasil membawa para pemimpin Afrika menuju sebuah dialog yang dalam prosesnya sangat memungkinkan China untuk lebih lanjut dapat membantu pembangunan di Afrika dan memainkan peran penting dalam perdamaian dan keamanan di Afrika.
Berikutnya terkait
hubungan China dan Jepang yang berdampak terhadap hubungan China dengan
beberapa negara di Asia termasuk Indonesia. Setidaknya ada dua hal penting yang
menjadi sorotan hubungan luar negeri China dan Jepang yang berdampak terhadap
negara di Asia. Pertama, keseimbangan kekuasaan yang dimiliki oleh China dan
Jepang serta dampak yang dimainkan oleh lingkungan eksternal. Adanya
ketidakpercayaan antara kedua negara dalam masalah keamanan dan militer yang
bersumber dari faktor sejarah di masa lalu. Di samping itu, terjadi peningkatan
kerja sama dalam bidang sosial dan ekonomi yang disoroti sebagai upaya menuju
hubungan yang lebih harmonis di masa depan. Kerja sama dianggap sebagai titik
terang yang dapat menyebabkan hubungan China dan Jepang menjadi lebih baik.
Tetapi, sengketa teritorial di kawasan Asia Tenggara, Taiwan, serta
ketidakpastian yang melekat dalam politik luar negeri Amerika juga berpotensi
menjadikan hubungan kedua negara menjadi renggang.
Interaksi bilateral yang
sedang terjadi antara China dan Jepang menunjukkan bukti bahwa dalam jangka
pendek, China dan Jepang kemungkinan akan melanjutkan keterlibatan kerja sama
ekonomi dan proses perimbangan kekuatan militer. Namun, dalam jangka panjang,
China lebih siap untuk memiliki keunggulan kekuatan daripada Jepang. China
dinilai tumbuh berkembang lebih cepat dalam bidang ekonomi, militer dan juga
didukung faktor demografis. Apalagi jika Amerika menarik keterlibatan aktif di
Timur Asia, kemungkinan besar China akan menjadi pemain paling dominan terutama
dalam bidang militer.
Akan tetapi, ada dua
permasalahan yang dapat mempengaruhi dan menghambat kerja sama bilateral dalam
bidang ekonomi antar kedua negara. Pertama yakni defisit perdagangan dan kedua
adalah dinamika politik yang berperan dalam proyek ekonomi multilateral. Meski
perdagangan bilateral tetap kuat, dinamika politik yang kompleks dan kompetitif
dapat menjadi penghambat utama keharmonisan kedua negara. China dan Jepang
tentu memang menjadi bagian dari negara terkemuka yang berpartisipasi di
sejumlah organisasi regional, seperti APEC, ASEAN+3, dan ASEAN Regional Forum.
Namun, negara-negara yang menjadi bagian dari mitra kerja sama masing-masing
negara patut mendapat perhatian lebih karena dapat menghambat hubungan antar
kedua negara yang didasarkan pada proyeksi kepentingan politik.
Bagi China, akan semakin
mudah melakukan ekspansi hubungan luar negeri dengan negara-negara di Asia. Hal
itu dipengaruhi oleh kemampuan China dalam image building sebagai negara
yang memiliki kekuatan untuk rising power dengan menerapkan new
security concept dalam menjalin hubungan dengan negara lain. Maksud dari new
security concept yang digunakan China adalah untuk memproyeksikan diri
tidak hanya sebagai tetangga yang baik bagi negara lain, tetapi juga sebagai
mitra yang baik1. Selain rising power, julukan yang melekat
pada China sebagai Peaceful Rise juga menggambarkan situasi dan pengaruh
yang dibawa oleh China dalam kerangka hubungan luar negerinya dengan
negara-negara di dunia. China dijelaskan mampu mendekati negara lain yang
didukung dengan modal dari sektor ekonomi yang sangat besar, teknologi yang
begitu maju, dan sumber daya manusia yang sangat berpengaruh. China juga
dikenal sebagai negara memiliki kekuatan engagement sebagai interaksi
strategis untuk mempengaruhi perilaku politik suatu negara melalui comprehensive
establishment dan peningkatan kontak hubungan dengan negara-negara target
di berbagai bidang seperti diplomatik, militer, dan ekonomi yang dilakukan
China terdapat Amerika Latin, Afrika, dan negara-negara Asia2.
Daftar Pustaka
Alunaza,
Hardi. et al. (2018). The Strategic Cooperation between Indonesia and China
Under Jokowi’s Foreign Policy towards Global Maritime Diplomacy. Jurnal
Hubungan Internasional Indonesia, 1 (1), pp. 1-18
Musfiroh
& Alunaza, H. (2020). Strategi Engagement China terhadap New Zealand dan
Australia Melalui Kerja Sama Bantuan Trilateral di Asia Pasifik. Jurnal
Ilmiah Hubungan Internasional, 16 (2), pp. 195-209.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar