Senin, 21 Februari 2022

Tentang Menikah

Segala sesuatu tentang menikah sering kali menjadi bahan perdebatan. Bisa jadi saat kumpul keluarga, saat lebaran, saat kumpul pertemanan, dan banyak waktu lain yang biasanya menjadikan ‘menikah’ sebagai isu utama untuk dibahas. Berikut ada beberapa hal yang menjadi perhatian bagi anak muda sebelum menjadikan isu ini sebagai isu sentral dalam kehidupan mereka.

Menikahlah dengan orang yang mau diajak kerja sama melakukan apapun. Sebab kehidupan pasca menikah itu adalah kehidupan yang bisa jadi serba susah, serba memulai untuk mandiri, serba belum pengalaman, dan lain-lain. Penting banget untuk menemukan partner menikah yang mau diajak susah bareng, cari pengalaman bareng, susah ngurus anak juga bareng. Misal, suami harus punya skill untuk dapat membantu istri agar derajat kewarasan istri tetap berada pada derajat normal. Pasca menikah, suami itu bukan bos dan istri itu bukan pembantu rumah tangga. Cari suami yang bisa dan mau turun ke dapur, mau masak, mau bersih-bersih bukan cuma sibuk maen games, bukan hanya sibuk mendatangi kafe untuk ngopi. Cari istri yang siap bekerja keras, bisa diandalkan ini itu bukan hanya duduk imut manja ngabisin bedak. Harus bisa saling melengkapi satu sama lain. Berikan surprise ke masing-masing pasangan dengan kerja sama bukan hanya dengan cokelat dan bunga mawar atau kue tart ucapan selamat.

Menikah itu adalah perihal meng-upgrade kapasitas masing-masing. No one’s leave behind. Suami harus bisa menjadi pelengkap untuk upgrade skill istri, begitu juga sebaliknya. Kalau istri punya cita-cita sebelum menikah, cita-cita tersebut harus dilanjutkan, jangan berhenti hanya karena sudah menikah. Pasangan adalah wadah terbaik untuk belajar. Suami istri tetap bisa berbakti ke keluarga masing-masing tanpa ada batasan atau condong ke satu keluarga saja. Sebab menikah adalah bertambah saudara, jadi harusnya silaturahminya makin luas.

Bagian ini adalah yang paling penting. Menikah adalah persoalan memiliki maaf dan sabar yang tidak terbatas untuk pasangan. Ini adalah bekal yang sangat krusial kalau seseorang mau menikah. Sebab yang akan kita temui di sekian tahun perjalanan pernikahan kita adalah kekurangan pasangan masing-masing. Sudah siapkah kita untuk selalu memaafkan ‘dia’ kalau dia salah, begitu juga sebaliknya. Kalau pun harus pacaran sebelum menikah, cari tau baik buruknya, jangan baiknya saja. Ada banyak pasangan yang menikah kemudian tidak membutuhkan waktu lama menetap bersama dan berpisah karena tidak dapat menerima lebih dan kurang pasangan. Hal ini mungkin terjadi karena semasa perkenalan atau pacaran yang ditunjukkan baik kepada pasangan atau pun keluarga pasangan adalah hal yang baik-baik saja. Menikahlah ketika kamu siap dengan stok sabar dan maaf yang tidak terbatas. Sebab sekali untuk seumur hidup itu membutuhkan saldo maaf dan sabar yang tidak sedikit nominalnya. Menikah adalah sebuah proses menerima kekurangan pasangan yang tidak engkau temui ketika ta'aruf dengannya.

Bagi yang belum menikah, inilah adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki diri. Jangan sibuk mencari yang sholeh dan sholehah tapi lupa menjadi. Jangan sibuk mencari yang sholeh tapi lupa menjadi sholehah begitu juga sebaliknya. Penting menjadi perhatian bahwa menjadi sholeh dan sholehah-lah di dunia nyata. Kau tak perlu tampak sempurna di sosial media. Karena sejatinya menjadi sholeh dan sholehah adalah dari tingkah laku kita. Jangan menjadi salafi hanya sebatas di dunia maya. Di dunia nyata bejatnya minta ampun. Ketika kau mencari yang sholeh dan lupa menjadi, maka yang kau dapatkan pun akan sama. Tampak sholeh dan sholehah hanya di media sosial saja, nanti dipertemukan dengan jodoh yang hanya sebatas sholeh dan sholehah di media sosial juga.

Cinta yang abadi adalah jatuh cinta dan memberikan rasa yang sama setiap hari kepada orang yang sama, pasangan.

Ingat, indahnya kehidupan menikah itu adalah satu dua tiga tahun pertama, selebihnya adalah seru karena kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang (mungkin) di luar dugaan. Sabar dan maafnya harus dibanyakin.

Laki-laki a.k.a kaum Bapak harus lebih bisa berusaha mendengarkan setiap keluh kesah pasangan (setiap suami pasti berusaha untuk ini). Begitu pun perempuan, harus lebih bisa menyampaikan apa yang diinginkan tanpa adanya kode-kode. Almost lelaki itu tidak paham dengan dunia perkodean, beberapa ada. The most important thing adalah jaga komitmen pernikahan.

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkunga...