Jumat, 18 Oktober 2024

Kali Keempat Untuk Takdir Terbaik

 

Aku bercerita tentang seorang perempuan yang dikenal oleh semesta dengan nama Cahaya. Kisah ini bermula ketika ia dan suami sepakat untuk tinggal bersama dan hidup di tanah rantau. Setiap anak pasti ingin membahagikan kedua orang tuanya di usia muda. Begitu juga dengan Cahaya. Ia sudah memutuskan untuk mengubur mimpi lamanya dalam-dalam setelah sadar bahwa menjadi dokter bukan merupakan takdir hidupnya. Minggu berganti minggu, hitungan bulan dan tahun akhirnya ia memiliki mimpi baru, menjadi seorang dosen. Ia kembali semangat menata hidup baru setelah menikah dengan seorang pria yang juga merupakan seorang dosen. Ia dan suaminya baru saja lulus dan keduanya berjuang untuk bisa menjadi abdi negara.

Kisah pertama terjadi di tahun 2018. Kembali ke bayangan dan memori yang terjadi enam tahun yang lalu. Kali pertama ia mengikuti seleksi menjadi seorang abdi negara yang sama sekali tidak ada persiapan. Seperti anak kemarin sore, ia dan suami asyik dengan kehidupan baru setelah menikah. Tidak kepikiran sama sekali untuk bisa langsung lulus di ujian percobaan pertama. Tentu sama seperti yang lain, Cahaya juga mengenakan hitam dan putih seragam khas yang selalu digunakan seseorang ketika akan mengikuti ujian. Saat itu ia sedang hamil, ada perasaan antara harus berjuang dan mengimbangi mood bawaan janin yang tidak menentu. Kali pertama usai dengan hasil yang belum sesuai harapan. Sedihnya untuk Cahaya, setelah percobaan kali pertama ini ia juga harus kehilangan janinnya. Sementara suaminya sedang berada di Vietnam kala itu. Berjuang seorang diri untuk bisa segera sehat dan menghilangkan segala sedih penuh rintih di malam yang begitu panjang.

Kisah kedua, terjadi di tahun 2021. Cahaya kembali dengan perjuangan yang sama dan kali ini mungkin sedikit lebih tenang. Sebab ia mendaftarkan diri di kampus lamanya. Biasanya jika mendaftar dan merupakan alumni, peluang untuk diterima lebih besar. Tapi kenyataan berbeda dengan yang dirasakan Cahaya. Ia tidak berada di urutan terbawah tetapi juga masih ada beberapa kandidat lain yang berada dengan nilai yang lebih tinggi di atasnya. Seperti ada rasa sedih dan kecewa tapi menjadi pengalaman berharga untuk Cahaya di tahun kedua percobaannya menjadi seorang abdi negara. Tapi lebih menyadarkan diri bahwa terlalu banyak berharap kepada manusia ujungnya pasti menyebabkan rasa sakit dan sedih tak terperi. Cahaya hanya butuh waktu saja, semua akan kembali seperti semula. Tentu, kejadian kisah yang kedua ini lebih akan menyadarkan Cahaya tentang harapan yang selama ini ia perjuangkan.

Kisah ketiga dalam perjalanan takdir Cahaya lebih tragis. Total tiga formasi dengan pendaftar hanya ada dua orang dengan hasil bahwa hanya Cahaya yang lulus di tes pertama. Tentu semua orang mengira bahwa ini adalah kesempatan emas baginya untuk bisa mewujudkan mimpinya. Tapi takdir berkata lain. Ia merasakan hal yang terjadi di luar batas nalar manusia. Ada hal yang berkecamuk di dalam dadanya. Perjalanan untuk bisa melaksanakan tes pertama pun tidak gampang untuknya. Ia harus menempuh perjalanan darat tujuh jam untuk bisa sampai di lokasi tes. Cahaya juga memiliki dua orang anak, sebelum pergi tes ia harus menyusui anaknya dan jatah belajar untuk menghadapi ujian seorang abdi negara tidak pernah ia lalui dengan maksimal. Baru saja mulai belajar, anak keduanya sudah berteriak minta ditemani untuk bisa tidur. Bangun tengah malam, kurang tidur, makan buru-buru, mandi diburu waktu. Begitulah segala perjuangan Cahaya di kali ketiga. Suaminya bahkan merasakan tekanan hidup selama 9 bulan lamanya memikirkan nasibnya. Pagi siang malam, setiap hari sang suami memikirkan bagaimana nanti nasib terbaik untuk Cahaya.

Kali keempat, Cahaya dengan kesedihan di kali ketiga yang belum usai kembali mencoba menawar ketentuan Tuhan. Tidak banyak harapan untuk kali keempat, tapi dengan do’a yang sama, semoga ibunya merestui perjuangannya. Sebab, kegagalan di kali pertama hingga ketiga bisa jadi karena ibunya yang belum merestui Cahaya untuk pergi merantau jauh dari kampung halamannya. Ada kejadian yang tidak bisa dilupakan dari perjuangan Cahaya di kali keempat. Cahaya khusus membayar hotel agar proses seleksinya berjalan lebih nyaman dengan jaringan internet yang lancar. Tapi setengah jam sebelum ujian, ia belum diizinkan untuk bisa masuk ke kamar hotel karena masih penuh. Hari berikutnya, jadwal ujian yang tiba-tiba maju satu jam lebih awal. Cahaya baru saja bergegas pergi mandi, tetapi terdengar kabar bahwa penguji sudah menunggunya di ruangan ujian. Kaki di kepala, kepala di kaki. Tapi, akhirnya di kali keempat Cahaya menemui takdir terbaiknya. Tepat di 11 Januari lalu, ia menerima kabar bahwa dirinya diterima sebagai seorang abdi negara. Bahagia, sedih, terharu, dan perasaan lain bercampur menjadi satu. Perjuangan panjang Cahaya akhirnya menemui titik terbaik. Titik yang juga ternyata diharapkan oleh ibu dan ayahnya. Kini Cahaya menemui mimpinya dan menjadi apa yang selama ini ia cita-citakan. Kebahagiaan menyelimuti keluarga kecilnya atas usahanya selama ini.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Krisis Hubungan Diplomatik Meksiko – Ekuador

Krisis diplomatik antara Meksiko dan Ekuador yang baru saja terjadi merupakan peristiwa yang memperlihatkan kompleksitas hubungan antarneg...