Jumat, 18 Oktober 2024

Ibu, Mengapa Harus Ada Perpisahan?

 

Tiap kali mendengar orang bercerita tentang orang tuanya, entah itu ibu atau ayahnya, aku pasti tidak suka. Bukan tidak suka dengan cerita dari mereka. Tapi cerita mereka pasti membuat aku insecure. Aku kalah tiap kali mendengarkan kisah orang lain dengan orang tuanya. Perjalanan panjang 30 tahun tidak membuatku merasakan ada hal yang berbeda dari ibu. Dibesarkan di lingkungan pondok selama 6 tahun, merantau untuk kuliah selama 6 tahun. Lalu kemudian tinggal bersama ibu. Sepi karena di rumah hanya ada kami berdua. Seperti ada perasaan sedih tiap kali harus meninggalkan ibu pergi merantau. Tapi, kalau aku tidak pergi, ibu juga sedih melihatku hanya di rumah saja menemaninya. Baru terasa ketika menikah, beberapa tahun kemudian ibu masuk rumah sakit. Ibu sembuh, ia kembali ke rumah. Aku kira ibu akan menetap lebih lama di rumah. Tapi perasaanku sebagai anak laki-laki yang terlalu lama menjadi dewasa menimbulkan penyesalan yang tiada akhir. Ibu berpulang saat aku sedang di rantau dan aku tidak bisa langsung pulang, karena jarak.

Ah ibu, di satu sisi aku ingin banyak bercerita denganmu, tapi tahukah ibu, di saat itu, aku sedang berjuang mati-matian menemukan jati diri dan menjaga kesehatan mentalku, bu. Sekarang tiba-tiba aku rindu suasana ketika ibu biasanya menelponku, meminta dibelikan pulsa untuk HP kesayangan ibu. Kadang, saat aku sedang ada kelas mengajar, ibu menelpon dan meminta dikirimkan uang untuk membeli beras. Ibu, rindu sekali. Banyak sekali memori tentang ibu yang belum tuntas di dalam hidupku. Ibu, kenapa harus ada perpisahan?

Setiap anak pasti tidak pernah siap dengan perpisahan, bu. Apalagi berpisah dengan orang tuanya. Siapapun, pasti mereka tidak pernah siap dengan perpisahan, bu. Entah berpisah karena sudah berbeda alam, atau pun berpisah karena jarak. Ibu tahu, ketika duniaku sedang tidak baik-baik saja, ketika aku hancur dibuat oleh dunia, ketika aku sedang babak belur dengan kisah hidup ini, yang kurindukan adalah suara ibu. Ya, setiap setiap anak laki-laki yang merasakan babak belur dihajar dunia, pasti orang pertama yang mereka cari adalah ibunya. Ibu, ternyata belum siap aku kehilangmu. Belum sanggup aku untuk bisa jauh dari ibu. Rain fall, day gone. Banyak air mata yang ternyata harus terpaksa terjatuh setelah kepergianmu, bu. Sedihnya, aku merasakan kehilangan kedua sayapku ketika aku masih berjuang untuk bisa menjadi anak yang membanggakan kalian berdua. Dulu, di tahun 2013 bapak berpulang ketika aku masih duduk di semester 6 jenjang sarjana. Di masa pandemi lalu, ibu berpulang. Sehingga, aku benar-benar kehilangan kedua sayapku untuk bisa menjalani sisa-sisa hidup di dunia ini tanpa kalian.

Masih sedikit sekali bakti yang bisa kuberikan kepada ibu. Kadang tiba-tiba rindu, rindu sekali. Tapi harus ditahan, benar-benar menyesakkan, bu. Kenapa ya bu, Tuhan menciptakan perpisahan? Kita dulu sering berselisih perihal hidup. Tapi, ibu tiba-tiba pergi saja. Aku menyesal sekali, bu. Terlahir sebagai laki-laki, tapi tidak memahami tanda kepergianmu.

Alfatihah, untuk ibu yang sudah dulu berpulang. Rindu sekali, tapi semua rindu tidak akan pernah terobati. Sebab sayap-sayap itu telah lebih dulu pergi melanjutkan perjalanan ke alam selanjutnya. Ibu, tunggu ya, aku masih selalu mendo’akanmu di setiap habis sholatku. Setelah sholat malamku.

Makasih ya bu, untuk semua sujud yang pernah ibu lakukan untuk mendo’akan kesuksesan anak-anakmu. Ragamu memang sakit, tapi aku tahu do’amu selalu bisa mencakar langit. Kepergian ibu membuatku mengerti, bahwa rindu yang paling menyakitkan adalah merindukan seseorang yang telah tiada. Ragamu memang sudah tidak ada di sini, sudah tidak bisa kami jangkau. Tapi, ibu adalah motivasi terbesar aku bisa bertahan hingga saat ini.

Dear Allah!

Luaskan makam ibu, luaskan juga makam bapak. Luas makam keduanya. Ampuni dosa keduanya, mudahkan hisabnya, dan hindarkan keduanya dari siksa kubur. Tuhan, pertemukan lagi nanti kami di surga. Pertemukan kembali aku dengan ibu dan bapak.

Untuk siapa pun yang masih memiliki kedua orang tua, nikmatilah masa indah itu. Nikmatilah selagi bisa, sebelum perpisahan tiba. Sebab, ketika masa itu tiba, yang tersisa adalah penyesalan dan sedih yang tiada terkira.

Jika di dunia ini ada profesi tersulit, mungkin menjadi orang tua adalah profesi tersulit ya, bu. Tapi ibu hebat. Sebab dengan tangan ajaib ibu, aku bisa pergi keliling dunia. Bahkan, jika Allah memberikanku umur panjang, aku akan menjadi duta untuk kalian melihat dunia.

In memoriam ibu dan bapak yang sudah berpulang. Betapa aku merindukan kalian. Tapi rindu ini tidak akan pernah mendapatkan balasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Krisis Hubungan Diplomatik Meksiko – Ekuador

Krisis diplomatik antara Meksiko dan Ekuador yang baru saja terjadi merupakan peristiwa yang memperlihatkan kompleksitas hubungan antarneg...