Rabu, 24 Agustus 2022

Kegagalan China Membentuk Pakta Keamanan di Pasifik

 

Istilah Pasifik merujuk pada konstruksi strategis dan geografis dalam kebijakan luar negeri beberapa negara. Istilah tersebut telah menggantikan terminologi ‘Asia-Pasifik’ yang sebelumnya lebih dominan digunakan. Dalam konteks kebijakan strategis, Pasifik merupakan kawasan yang menjadi jalur lalu lintas jasa, modal, dan barang, terutama sebagian besar pasokan energi dunia. Secara geografis, Pasifik digunakan untuk menggambarkan kawasan yang berada di wilayah Samudra Hindia dan Samudra Pasifik yang menjadi pusat kegiatan geopolitik dalam bidang kemaritiman, keamanan, dan perdagangan. Beberapa negara yang telah menggunakan istilah Pasifik sebagai kawasan regional adalah AS, China, Jepang, India, Australia, dan ASEAN.

Setelah rivalitas dengan beberapa negara besar seperti India, Jepang, Australia, dan AS di Asia Pasifik, China juga memiliki kepentingan untuk membentuk Pakta Keamanan di Kepulauan Pasifik. Namun, Pakta Keamanan tersebut gagal mencapai kesepakatan dengan sepuluh negara di Kepulauan Pasifik. Kegagalan China dalam mencanangkan Pakta Keamanan di regional yang menjadi isu hangat era kontemporer ini adalah karena tudingan bahwa China akan menjadikan Pasifik sebagai Orbit Beijing untuk memperlancar pencapaian kepentingan ekonomi dan politik China di Asia Pasifik.

Kegagalan itu ditengarai bahwa China ingin meningkatkan keterlibatan dalam urusan keamanan, ekonomi, dan politik terhadap sepuluh negara di Kepulauan Pasifik. Hal tersebut juga mendapatkan keprihatinan yang begitu besar dari beberapa pemimpin negara di kawasan tersebut. Hal lain yang membuat usaha China dalam membentuk Pakta Pertahanan tersebut gagal adalah karena usaha tersebut dipandang sebagai perjanjian yang tidak jujur yang diungkapkan oleh Presiden Negara Federasi Mikronesia. Ia menilai bahwa usaha China membentuk Pakta Pertahanan tersebut adalah sebagai kontrol ekonomi yang dilakukan oleh China kepada negara di Kawasan Pasifik. Di sisi lain, Perdana Menteri Samoa mengatakan bahwa upaya China untuk dapat membentuk Pakta Pertahanan di Pasifik harus melewati pembahasan di forum regional. Pernyataan itu dilayangkan setelah penandatanganan Pakta Keamanan antara China dan Kepulauan Solomon yang menuai banyak kritik dari negara di Kepulauan Pasifik.

Pakta Keamanan yang dimaksudkan oleh China adalah bentuk proposal baru yang harus dicermati dan diteliti lebih dalam oleh mitra sebelum ditandatangani oleh para pemimpin negara. Kegagalan ini juga dipengaruhi oleh adanya desakan kepentingan antara China dengan AS dan sekutunya untuk memperluas pengaruh dan pencapaian kepentingan nasional di regional Pasifik yang sudah sangat dikenal sebagai kawasan yang vital dan strategis untuk kekayaan sumber daya alam dan juga pertumbuhan ekonomi. Padahal, China dalam usulannya berusaha untuk meyakinkan bahwa Pakta Pertahanan yang mereka usulkan akan berguna bagi peningkatan kekuatan militer di Pulau Pasifik karena berhubungan dengan keamanan siber dan perluasan hubungan politik dengan memfokuskan pemetaan pada daerah laut di Pasifik. Guna mendapatkan dukungan untuk membentuk Pakta Keamanan tersebut, China memberikan tawaran bantuan dengan hitungan jutaan dolar dan akses langsung ke pasar China dengan jumlah penduduk sejumlah 1.4 miliar orang.

Pakta Keamanan yang diusung oleh China adalah sebagai perpanjangan tangan untuk kepentingan di regional dan China telah berhasil menempatkan diri sebagai negara berkembang utama yang siap berdiri dan bahu-membahu dengan negara kecil dan negara menengah yang ada di Pulau Pasifik. Sesuai dengan nilai strategis dalam politik luar negeri China. Dimensi new security concept China dijelaskan bahwa pendekatan ini digunakan sebagai pendekatan baru yang digunakan oleh China dalam hubungan luar negeri sebagai antisipasi dalam perkembangan dunia yang multi-polar dan sebagai penjaga stabilitas kepentingan nasional China. Maksud dari new security concept yang dijalankan China adalah proyeksi sebagai negara mitra yang baik dalam hubungan luar negeri.

Selain itu, peaceful rise juga menggambarkan arah kebijakan luar negeri China dengan negara lain yang menekankan dukungan dari modal sektor ekonomi yang sangat mumpuni, teknologi yang maju, dan sumber daya manusia yang sangat berpengaruh. Sementara, engagement dan comprehensive establishment China dikenal dengan kekuatan strategis yang dimiliki China dalam peningkatan hubungan baik dengan banyak negara target di berbagai bidang, seperti diplomatik, militer, dan ekonomi. Salah satu kawasan yang sangat dibidik oleh China untuk meningkatkan kekuatan negaranya adalah Kepulauan Pasifik.

Kawasan Pasifik juga memperlihatkan terjadinya pergeseran pengaruh dan kekuatan dari barat ke timur dengan nilai strategis geopolitik yang ditekankan pada kehadiran negara kuat seperti AS, China, India, Jepang, Australia, dan beberapa negara ASEAN. Dalam konteks Pasifik, AS menilai bahwa militernya telah berperan menjaga stabilitas keamanan kawasan, sehingga AS lebih mengedepankan kekuatannya dalam bidang keamanan. Sementara itu, China lebih jauh memimpin dalam bidang ekonomi karena China secara praktis telah menggunakan proyek pembangunan infrastruktur dan proyek kereta cepat untuk memperkuat keberadaannya sebagai mitra bagi negara-negara di dunia.

Posisi China yang terlebih dahulu telah memimpin dalam bidang ekonomi di Pasifik menjadi tantangan bagi AS untuk membangun kemitraan yang lebih luas. Pembangunan ekonomi dan perdagangan telah menjadi perhatian utama negara-negara kawasan dibandingkan dengan bidang militer. Persaingan antara China dan AS di Pasifik berpusat pada isu politik, ekonomi, dan keamanan. Aspek teknologi dan pembangunan infrastruktur telah menjadi ciri yang dominan dari persaingan kedua negara untuk mendapatkan kekuasaan dan status di kawasan. Terkait hal ini, China mendapatkan kesempatan yang lebih besar dibandingkan AS. Di sisi lainnya, negara-negara ASEAN harus berada di antara kekuatan kedua negara yang bersaing. Dalam kondisi tersebut, tantangan yang dihadapi oleh negara-negara Pasifik adalah menciptakan pengelolaan persaingan antara kedua major powers untuk memastikan stabilitas kawasan, sehingga tidak tercipta polarisasi permusuhan di masa mendatang.

Australia dan AS berusaha untuk terus mendesak upaya China membentuk Pakta Pertahanan di Pasifik. Disadari atau tidak, ekspansi pengaruh kekuatan China terhadap dunia internasional adalah hal yang tidak dapat dihindari. China telah dikenal sebagai kekuatan baru dan pusat gravitasi dalam perpolitikan dunia. Hal ini juga yang harus diterima oleh AS. China terus menggunakan pendekatan rising powernya termasuk dalam upaya mengalahkan AS atas rivalitas yang terjadi antara keduanya. Tidak hanya memiliki ambisi yang sangat besar, China juga didukung oleh kekuatan ekonomi yang sangat stabil di mata AS dan dunia. Hal ini yang kemudian menjadikan strategi China untuk menjaga powernya tetap berhasil dan upaya AS dalam rebalancing kekuatan dengan China secara otomatis akan menjadi lebih sulit. Salah satu dari kesulitan yang dialami AS dengan adanya rising power yang dilakukan oleh China adalah dengan adanya sengketa teritorial maritim Laut China Selatan. AS jelas tampak dihadapkan pada pilihan yang sangat dilematis, antara harus mempertahankan kepentingan domestiknya atau terus meningkatkan upaya agar dipandang unggul dalam bidang kekuatan militer di kawasan.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Krisis Hubungan Diplomatik Meksiko – Ekuador

Krisis diplomatik antara Meksiko dan Ekuador yang baru saja terjadi merupakan peristiwa yang memperlihatkan kompleksitas hubungan antarneg...