Rabu, 07 Desember 2016

Kenapa dengan Lagu Monokrom Tulus?

Mau tau kan ulasan berikutnya mengenai lagu terbaru sang Mastro di Indonesia, si Tulus? Yuk kita baca dulu lirik lagunya. 1 2 3 kita mulai ya…

Lembaran foto hitam putih
Aku coba ingat lagi
Warna bajumu kala itu
Kali pertama di hidupku
Manusia lain memelukku

Lembaran foto hitam putih
Aku coba ingat lagi
Wangi rumah di sore itu
Kue coklat balon warna warni
Pesta hari ulang tahunku

Dimanapun kalian berada
Ku kirimkan terima kasih
Untuk warna dalam hidupku
Dan banyak kenangan indah
Kau melukis aku

Lembaran foto hitam putih
Kembali teringat malam
Ku hitung-hitung bintang
Saat mataku sulit tidur
Suaramu buat ku lelap

Dimanapun kalian berada
Ku kirimkan terima kasih
Untuk warna dalam hidupku
Dan banyak kenangan indah
Kau melukis aku

Kita tak pernah tahu
Berapa lama kita diberi waktu
Jika aku pergi lebih dulu
Jangan lupakan aku
Ini lagu untukmu
Ungkapan terima kasihku

Lambang monokrom hitam putih
Aku coba ingat warna demi warna di hidupku
Tak akan ku mengenal cinta
Bila bukan karna hati baikmu

Pesan sosial: Lirik lagu di atas buat gue adalah salah satu kesan terpenting dari banyak lagu Tulus yang selama ini pernah gue dengerin. Coba deh perhatikan bait per bait sajak dan diksi yang ia tuliskan, itu luar biasa banget, sounds an amazing lirik bukan? Bagian paling keren pas ada kalimat “Kita tak pernah tau seberapa lama kita hidupdan diberi waktu di dunia ini. Kalau bukan karena kebaikan hati orang-orang di sekitar kita, tidak mungkin kita menjadi seperti sekarang.” Asli lagu ini bisa menghipnotis gue pas awal kali mendengarkan, liriknya, diksinya, menurut gue sangat-sangat luar biasa. Btw, lagu ini gue persembahkan buat semua sahabat terbaik gue di manapun kalian berada. Terima kasih sudah memberikan warna dalam hidup gue. Serta, banyak kenangan dengan kalian yang nggak bakal gue lupain begitu saja.
Yah, gue mengakui bahwa banyak sekali manusia dan sosok luar biasa yang udah baik banget sama gue dan mendukung gue sampe gue bisa sampe di fase ini. Fase yang tidak mudah dan terasa sulit bagi semua orang. Saat sahabat terbaik satu persatu melepas masa lajangnya, satu persatu menikah, satu persatu meninggalkan Indonesia, satu demi satu melanjutkan studi dan menggapai mimpi di belahan dunia dan di tanah air tercinta. MEMANG sudah tidak banyak waktu buat kita bisa bareng, bisa ketawa ngakak, atau sekedar duduk santai dan berbagi cerita tentang kisah hidup, kisah cinta, kisah akademik, suka duka kerja, dan lain-lain.
Malang dan Jogja sudah pasti memberikan kesan yang takkan terlupakan. Tentang kisah-kisah orang hebat yang aku temui, tentang orang baik yang memberikan kedamaian dan dukungan selama kuliahku berjalan, tentang perkelahian yang tidak penting, tentang putus nyambung dengan cinta dunia, tentang jalan-jalan, tentang makanan, tentang semua sahabat baik yang pernah hadir dan menjadi bagian terpenting dari hidup gue selama 6 tahun belakangan ini. Dari mulai masuk kelas, organisasi, temen kos, temen main bareng, gila-gilaan di mall, ikut seleksi duta-duta, nonton di bioskop sampe larut malem, ibu kos, sampe hari-hari paling indah saat toga itu menjadi pakaian paling indah dan gue kenakan sebagai baju kebesaran sebagai lambing bahwa studi gue sudah selesai. Sometime gue kayak speechless mau ngomongin apalagi di tulisan ini, karena yang gue punya di Malang dan Jogja adalah kenangan manis, meski masuk rumah sakit juga itu tetap manis. Kenapa? Karen gue punya sahabat yang baik. Belum lagi anak-anak kelas yang aduhai makin hari makin bikin betah dan susah buat ninggalin dua kota yang sudah gue anggap kayak rumah asal gue sendiri.
Intinya, lewat lagu ini gue Cuma mau ngucapin lagi terima kasih banyak buat kalian semua rekan sejawat sahabat dan semua manusia baik yang sudah mau jadi bagian dari diary kehidupan seorang Zet yang biasa-biasa aja. Gue nggak mau ngetik lebih banyak, karena semakin banyak gue ketik, kenangan itu semakin menggenang dan bikin susah move on. Haha, guys, you are rock. Dankeeeeeee buat semua!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkunga...