Kembali hadir pengajian jum’at bagi segenap karyawan di
UM Pontianak. Akhirnya bisa bertemu saling tatap muka setelah sekian lama
terkurung di rumah karena Korona. Betapa ternyata pertemuan saling tatap begitu
berharga. Tulisan ini menjadi pengingat atas beberapa poin yang disampaikan
Khatib dalam khutbah jum’at dan pengajian yang beliau isi setelahnya.
Disadari atau tidak, ternyata wabah ini menjadikan kita
manusia menjadi cemas. Padahal dalam surat Al-Baqarah ayat 155 kalau tidak
salah Allah menyebutkan bahwa Ia akan menguji manusia dengan sedikit ketakutan,
kekurangan harta, jiwa, dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar. Kalau seandainya rizki itu hanya didapatkan oleh orang-orang pintar,
maka barisan guru besar adalah orang paling kaya. Kalau misal rizki itu hanya
didapatkan oleh orang besar, makan Presiden adalah orang paling kaya. Kalau
rizki hanya mendatangi orang sukses, maka barisan orang dengan deretan gelar
paling panjang adalah orang paling kaya. Tapi ternyata tidak, sebagaimana
disebutkan dalam Qur’an, maka tidak ada satu hewan melata pun di bumi kecuali
sudah Allah tentukan rizkinya. Rizki itu selalu tau siapa empunya. Cuma manusia
yang kadang resah, takut, dan gelisah tidak mendapatkan rizki. Padahal Allah
sudah atur rizkinya. Tinggal bagaimana mereka beriktiar untuk mendapatkan rizki
tersebut.
Materi khutbah siang ini ternyata punya kilas balik
dengan kisah yang banyak dialami manusia selama pandemi, termasuk aku. Ayat 155
tentang ujian yang Allah berikan tadi adalah salah satu dari 4 ayat paporit
yang sering kubaca kalau sedang sholat. Tiga ayat yang lain adalah anjuran
untuk bangun malam dan mengerjakan sholat tahajud, karena sadar betul bahwa
do’a seusai tahajud akan sangat mudah didengar oleh Allah. Surat kedua adalah
tentang berbakti kepada kedua orang tua. Sungguh, ini ayat terberat yang aku
baca ketika sholat. Kalau di rumah, aku pasti menahan air mata. Tidak mungkin
aku menangis di depan Emak, Ibu, atau Bapak. Tapi sungguh surat ini adalah
petunjuk bagi kita setiap anak agar berbakti kepada orang tua dalam bagaimana
pun keadaannya. Bahkan, meski mereka meminta kita untuk menduakan Allah, kita
harus tetap berbuat ihsan kepada mereka. Berat, berat sekali. Apalagi saat
orang tua sudah memasuki usia lanjut dan kita satu persatu sudah meninggalkan
mereka karena alasan pekerjaan, keluarga, dan lainnya. Semoga kita menjadi
bagian manusia yang tidak menyia-nyiakan untuk berbakti kepada orang tua ketika
mereka masih ada.
Rizki, tahajud, berbakti kepada orang tua. Serta yang
terakhir adalah ayat akhir dari surat Al-Baqarah, dimana Allah tidak akan
menguji kita kecuali sesuai dengan kemampuan kita. Di balik semua ujian hidup,
merasa tidak berdaya, sedih karena derita, dan bahagia yang menjadi ujian
adalah bentuk kasih sayang Allah. Bahwa Ia tidak akan menguji manusia di luar
batas kemampuan manusia tersebut. Kita sebagai manusia yang kadang kurang
percaya terhadap apa yang disebutkan dan dijelaskan Allah.
Percaya sama Allah dan libatkanlah Allah dalam setiap
keadaan agar hati menjadi tenang. Salah satu alasan kenapa rizki datang adalah
karena keshalihan manusia. Serta, kenapa rizki suka pergi kadang adalah karena
kita terlalu suka bermaksiat dan cinta dunia. Bahwa cinta dunia adalah pangkal
dari segala kemaksiatan. Ah, Allah memang maha baik. Menghadirkan orang untuk
memberikan rasa tenang meski sebenarnya hati sedang merasa hambar. Salah satu
pesan khatib tadi adalah beradaptasi dengan setiap permasalahan hidup. Jangan
langsung menghilangkan rasa sakit, tapi jadikan setiap rasa sakit sebagai ajang
untuk belajar. Bahwa hidup ini adalah dua sisi proses sakit sehat, bahagia
sedih, jatuh bangun, dan sebagainya. Agar kita tidak lupa bahwa sebenarnya
nikmat terbesar adalah menyiapkan diri kita untuk menjemput rizki terbesar,
yakni bertemu dengan Allah.
Kata Allah, walaupun kamu berlari untuk menghindari maut,
tetapi rizkimu akan tetap hadir dan berlari kepadamu sekuat seperti engkau
berlari untuk menghindari kematian. Yaa Allah, maafkan kami yang kadang terlalu
ragu dan tidak sepenuhnya percaya kepadamu. Kami janji, bakal lebih belajar
lagi arti mencitaimu sebagai segala-galanya dalam hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar