Gumpalan rindu tak bertali kutitipkan pada warna senja. Berharap kau suka
dan membalas hingga nanti malam tiba. Tak perlu menanti bintang dan rembulan,
kau adalah bahagia paling sempurna. Sebab itu kau selalu kusebut Jingga
Purnama.
Hidup tak ubahnya seperti drama Korea, kadang berujung bahagia juga bisa
berakhir kecewa. Namun, luka dan bahagia karena mencintaimu adalah sempurna. Tak
akan pernah bisa kupilah hanya satu darinya.
Jika menangis dijadikan ukuran akan lemahnya seseorang, maka seharusnya itu
sebuah pembuktian bahwa ia masih mempunyai perasaan. Lalu, saat mataku tak
pernah basah, mungkin itu bukti bahwa kau sedang mati rasa. Tapi aku rasa kita
dan cinta tidak seperti itu. Saling jatuh padu lalu lupa sudah berapa lama
jarak ini menghentakkan jeda.
Banyak tempat yang tak lazim di dunia ini. Kini hatimu adalah salah satu
darinya.
Saat dua rasa saling temu dan menemukan, kita bisa apa? Sebab ketika dua
pasang mata saling memandang dengan ketenangan, kita yakin bahwa kenyamanan mengalahkan
segalanya. Tak satu pun dapat menghalangi bahagia. Begitulah kisah di ujung
senja.
Ranup Jingga datang mendekat dengan pekat dalam peluk erat bersama sayunya
mata yang membuatku lupa akan semesta dan isi dunia. Itu kamu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar