Manusia yang dikatakan dewasa adalah manusia yang mampu menahan amarah dan meletakkan logika pada bibirnya saat bertemu dengan masalah. Manusia yang mampu memposisikan hati pada penglihatannya, dan menempatkan senyum saat dia benar-benar terluka.
Manusia yang dikatakan dewasa adalah manusia yang bisa mencerna apa yang dikatakan orang lain namun tidak serta merta kecewa, ia mencerna segalanya dengan hati bukan semata dengan isi logika. Manusia yang dewasa adalah manusia yang berhenti mengkaji salah manusia, sebab ia sadar dirinya juga jauh dari kata benar.
Manusia yang dewasa adalah mereka yang menghindari debat dan ocehan tidak bermutu yang kerap kali berujung pada adu jotos dan kuatnya otot. Yang dikatakan manusia dewasa adalah mereka yang terus dan selalu bisa berusaha membumi meskipun nama mereka berada pada taman eden yang berbau kasturi.
Adakah kita masuk kriteria itu semua? Tidak! Sedang kita jauh dari kata dewasa dan seringkali terlambat memnai usia padahal umur sudah tidak lagi muda. Lalu aku teringat pepatah yang mengatakan"Tua itu pasti, sedangkan dewasa itu pilihan."
Jika bisa bermanfaat di usia muda, lalu mengapa menunggu tua? Kita adalah apa yang kita kerjakan, kita dengarkan, dan kita katakan berulang-ulang. Don't be same, be better! Blog ini berisi mengenai keilmuan HI, motivasi perjalanan hidup, pengalaman, dan tulisan cerpen. Semoga bermanfaat.
Sabtu, 24 Februari 2018
Merapikan Rindu, Mengidam Temu
Semesta tak bisa berkata banyak saat matahari tak menampakkan diri di pagi hari. Ia seakan mengerti bahwa rindu akanmu butuh perpanjangan durasi di alam mimpi. Apakah kau mengerti mengapa aku mencintaimu tanpa tapi? Sebab hanya kau yang selalu mampu mengalahkan berjuta keindahan alam dan samudera yang sering aku temukan di dunia. Semoga di hari-hari pekan depan, kita sama-sama diliburkan. Untuk sekedar merapikan rindu yang sudah lama mengidam temu.
Bagaimana perihal merapikan rindu yang mengidam temu.
Duduk bersamamu, menatap indah matamu, bersandar di pundakku dan saling melepas tawa satu sama lain hingga lupa bahwa alam memperhatikan gerak-gerik kita. Kadang kau tersipu, lalu kukatakan untuk apa malu, bahkan sebenarnya semesta sedang cemburu pada kita. Dua insan yang selalu dimadu cinta. Meski jarak sering memberikan lupa, namun temu adalah obat yang paling ampuh mengobati semuanya.
Kadang aku rindu, sekedar rindu dengan tawa renyah dan banyolan tidak penting yang lompat dari lisanmu. Yang membuatku betah duduk berlama-lama menanti cahaya senja. Menemani insan yang begitu aku agung-agungkan dan aku kagumi pribadi dan isi hatinya. Seperti burung merpati, kau kerap kali pergi jauh kemudian kembali saat lelah datang menghampiri. Bak gantungan baju, menggantung tinggi namun tak lupa jatuh kembali kepada sang pemilik benda mati.
Akulah manusia yang paling beruntung, yang sejak lama selalu kau sanjung. Bagaimana bisa aku berdusta bahwa memang hatiku hanya untukmu saja. Satu, maka selamanya akan begitu. Ia tidak akan pernah mendua, dan akan haram berubah menjadi tiga. Kita begini saja katamu. Berdua dan bahagia. Sebab seperti yang kau selalu bisikan padaku, bahwa berdua adalah bahagia. Sendiri adalah sepi, dan bertiga adalah luka. Sampai ketemu minggu depan, kamu semesta hidup dan matiku.
Bagaimana perihal merapikan rindu yang mengidam temu.
Duduk bersamamu, menatap indah matamu, bersandar di pundakku dan saling melepas tawa satu sama lain hingga lupa bahwa alam memperhatikan gerak-gerik kita. Kadang kau tersipu, lalu kukatakan untuk apa malu, bahkan sebenarnya semesta sedang cemburu pada kita. Dua insan yang selalu dimadu cinta. Meski jarak sering memberikan lupa, namun temu adalah obat yang paling ampuh mengobati semuanya.
Kadang aku rindu, sekedar rindu dengan tawa renyah dan banyolan tidak penting yang lompat dari lisanmu. Yang membuatku betah duduk berlama-lama menanti cahaya senja. Menemani insan yang begitu aku agung-agungkan dan aku kagumi pribadi dan isi hatinya. Seperti burung merpati, kau kerap kali pergi jauh kemudian kembali saat lelah datang menghampiri. Bak gantungan baju, menggantung tinggi namun tak lupa jatuh kembali kepada sang pemilik benda mati.
Akulah manusia yang paling beruntung, yang sejak lama selalu kau sanjung. Bagaimana bisa aku berdusta bahwa memang hatiku hanya untukmu saja. Satu, maka selamanya akan begitu. Ia tidak akan pernah mendua, dan akan haram berubah menjadi tiga. Kita begini saja katamu. Berdua dan bahagia. Sebab seperti yang kau selalu bisikan padaku, bahwa berdua adalah bahagia. Sendiri adalah sepi, dan bertiga adalah luka. Sampai ketemu minggu depan, kamu semesta hidup dan matiku.
Minggu, 11 Februari 2018
Hasil Mengabdi di Semester Ganjil
Semester ganjil
sudah berlalu, inilah beberapa karya yang bisa kami berikan sebagai rekam jejak
untuk kemudian sama-sama terus belajar dan belajar. To remember what happeded
here a thousand year ago. Semoga semester genap nanti, akan banyak lagi karya
yang bisa diberikan demi menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih baik lagi.
Pribadi yang baik, berarti tidak hanya pribadi yang maju dan mengutamakan
kualitas diri sendiri, tetapi juga pribadi yang peduli dan bermanfaat untuk manusia-manusia
di sekitar mereka. We are in competition with no one, We just have desire to
play the game of being better that others. We are simply trying to be better
than the person that we were yesterday. Mari saya sampaikan beberapa cerita
tentang rekam jejak mereka.
1. Sunarti, Winny
Saptaria, dan Sintia. Mahasiswi Prodi HI 2015 yang terpilih sebagai delegasi
Untan dalam International Conference on Maritime Culture and Historical Values
in the Global Competition Era di Undip Semarang. Judul Paper mereka adalah Nato
Resolution Related to Maritime Security; Ship Hijacking in Somalia.
2. Maria Adisti,
Titik Yulianingsih, Dian Sumella Utami, Eka Rima Oktaviana, dan Stephanie Via
Febby. Mahasiswi Prodi HI 2017 yang terbagi menjadi dua tim dan terpilih untuk
mempresentasikan paper mereka di International Conference on Maritime Culture
and Historical Values in the Global Competition Era di Undip Semarang. Judul
paper mereka adalah The Defence of Buang Jung Tradition by Sawang Tribe at the
Coastal Area of Belitung Island. Kelompok yang lain menuliskan paper dengan
judul The Harmony between Dayak and Melayu in Semitau, Kapuas Hulu West
Kalimantan. Ini ada cerita menggelitik dengan teman-teman HI 2017, sebab saat
mau pendampingan pembuatan abstrak satu sama lain sudah oke, tbtb saya
ketiduran jadinya molor abis. Padahal merek sudah menunggu di Perpusda. Dengan
mata kurang 2 watt akhirnya memaksa diri berangkat dan jadi manusia paling
ribut di pustaka *tidak untuk dicontoh ya!
Kalau kakak-kakak
dari HI 2015 sudah tidak perlu diawasi karena mereka sudah terbiasa dengan
paper dan sejenisnya, anak 2017 alhamdulillaah 2X melaksanakan pendampingan
untuk simulasi presentasi dan diskusi tentang conference. Well done, mereka
berhasil tampil memukau dan akhirnya menikmati atmosfer menjadi mahasiswa HI
super kece meski di usia yang masih seuumur jagung. Tenang, kita nggak beda
jauh kok teman-teman, saya juga masih muda HAHAHA
3. Anisa Fahri,
Diva Putri Amelia, dan Hofifah Oktafini. Mahasiswi HI 2017 yang berhasil
terpilih sebagai delegasi debat Gelora Nusantara di Palembang. Mereka menulis
tentang penanggulangan sampah Kapuas. Meski tidak jadi berangkat karena
kekurangan dana, setidaknya mereka sudah berkali-kali revisi dan tahu bagaimana
menulis abstrak yang baik dan benar. Sedikit bocoran, mereka saat itu sudah
hampir menyerah karena berkali-kali saya minta revisi, tapi mereka strong women
dan mendapatkan berita gembira yang akan mereka ulangi lagi di semester kedua
nanti sepertinya. Kita do'akan saja ya.
4. Gandhi Wijaya dan
Fitriani dari HI 2017 yang terpilih menjadi presenter dalam International Law
Fair and Maritime Conference di Bali. Masih maba udah ke Bali aja ya. Congrats
dan terima kasih sudah keukeh harus berangkat meski minim persiapan dan
dukungan dana. Kalian berdua dabesh banget!
5. Berikutnya ada
Arni Nur Sukma Pertiwi, Delianti, dan Virginia Sherin. Mereka dari HI 2015 dan
2016 yang menulis proposal PKM-K tentang lidah budaya. Saya lupa apa judul
lengkapnya, tapi alhamdulilaah lolos di tingkat universitas. Semoga bisa lolos
di tingkat nasional dan mendapatkan dana untuk pengembangan usaha PKM-K nya ya.
Hingga kedepannya banyak lagi adik-adiknya yang tertarik dan bergabung menjadi
pejuang PKM dari Prodi HI.
6. Juga ada
Sherin, Rajuali Aditya, Hofifah, dan Diva yang tergabung dalam satu tim PKM-K
yang juga lolos di tingkat universitas. Harapannya semoga mendapatkan dana juga
untuk pengembangan usahanya. Semoga teman-teman maklum dengan kemampuan saya
menjangkau kelompok satu dengan kelompok yang lainnya. Jika banyak yang belum
terjangkau, harap dimaafkan dan akan jadi pembelajaran bagi saya kedepannya.
Tetap semangat ya Specta Squad from IR Untan.
Selain keenam yang
sudah disebutkan diatas, banyak lagi teman-teman HI yang sudah mulai aktif ikut
lomba essay dan karya tulis ilmiah tingkat nasional, Meski mungkin masih belum
jadi juara, penting mental kalian dan keberanian kalian menulis sudah sangat luar
biasa. Digenjot terus yes, seiring banyaknya proses pasti nanti jadi kebanggaan
banyak insan. Percaya deh sama gue, hehehe. Yang tidak kalah penting, mahasiswa
HI saat ini sudah bermental baja buat submit tulisan di jurnal nasional. Semoga
ada yang lolos, do'akan ya.
Eh iya, adalagi tu
dari fakultas lain. Ria Irawan dari Prodi sejarah. Alhamdulillaah, berhasil
juga jadi presenter di Undip bareng teman-teman maba. Serta, ybs juga terpilih
sebagai juara 2 karya tulis ilmiah di tingkat provinsi Kalimantan Barat. Beradu
ketat dengan mahasiswa dari IAIN. Meski sudah kena letupan amarah gegara
dibilangin ngeyel tapi dia sadar diri. Maafkan saya Bro. So far, progres kamu
sangat baik. Lanjutkan Broh. Make people around you proud for having you, here!
I believe, they
will improve their skill in English Language to achieve better things in the
future. Jangan malas berproses, buang semua keluh kesah, disiplin dan terus
berusaha. Saya yakin dan percaya, kalian akan jadi orang hebat nanti di
kemudian hari. Hanya jika kau menyerah, maka kisahmu akan usai. Selama kau
berusaha, akan banyak tawa dan tangis bahagia yang kau lalui karena usaha dan
kerja keras yang kau usahakan. Tumbuhlah dengan kualitas Nak, kalau sudah punya
pengetahuan dan punya keahlian, ajari yang lain. Bawa kampus kita ini ke arah
yang lebih baik. Jangan mau jadi mahasiswa jago kandang, bisa ngomong doang,
tapi kemampuan akademiknya nol besar. Terus tanamkan bahwa action speaks louder
than words. Aksimu itu bisa ngomong lebih kencang dari omonganmu. Ayo dipacu
lagi semangat kompetisi dan perbaikan kualitas dirinya. Belajar dari setiap
orang yang kalian temui, walaupun mimpimmu itu keliatannya gak mungkin,
usahakan, capai dan nikmatilah.
Pacu terus
semangat untuk memperbaiki kualitas diri kak, bang. Jangan mengulangi kesalahan
dan tindakan yang tidak bermanfaat agar terlihat besar, itu udah nggak jaman.
Jangan cuma bisa berkompetisi di dalam kandang, lihat dunia luar agar kau tahu
bahwa kemampuanmu itu masih jauh dibawah sehingga kau terus berusaha memperbaiki
kualitas diri. Jangan tiru yang tidak baik, jangan tiru yang tidak positif,
jangan ulangi hal-hal yang menghabiskan masamu untuk produktif. Jadilah manusia
yang aktivis, yang tau kapan harus kuliah, kapan harus berorganisasi, kapan
harus menulis, dan kapan harus bersenang-senang alias piknik. Luluslah secepat
mungkin dan kuasailah soft skill sehingga ketika kamu lulus, kualitasmu tidak
diragukan. Aktif terus, positif terus, berprestasi terus. Demi kamu, demi
adik-adikmu, demi masa depan dan peradaban yang lebih baik.
Selain mendampingi
mahasiswa, alhamdulilaah masih bisa nerbitin tulisan di Pontianak Post, artikel
di Jurnal Komunikasi Atma Jaya, nerbitin artikel di Komunikasi Universitas
Indonesia, nerbitin artikel di prosiding buat konferensi internasional,
nerbitin tulisan di Bunga Rampai HI UI, dan sebagai delegasi Kalimantan Barat
dalam Munas Kedaulatan Indonesia di Jakarta.
Terakhir, saya
ingat bunyi kutipan seperti berikut:
- Apa yang
membuatmu bahagia? Yaitu saat kamu bisa membuat orang lain bahagia. Semoga
dengan segala prosesnya, mereka yang saya sebutkan diatas adalah sosok yang
bahagia menikmati proses dengan saya.
- Pahala ibadah
yang tidak akan putus alirannya adalah 'ilmu yang bermanfaat'. Jangan cuma
digali, tapi kita lupa untuk memberi. Jangan cuma mencari, tapi kita lupa
berbagi. Jangan memperkaya diri, tapi kita lupa manusia di sekitar kita.
*Bukan pamer,
bukan untuk dipuji, tapi semoga menginspirasi. Welcome semester baru, semangat
baru, kelas baru, dan dengan prestasi yang tidak kalah banyak dan super. Hope
so!
Buah Mengabdi Satu Semester Dulu
Semester genap
sudah berlalu, inilah beberapa karya yang bisa kami berikan sebagai rekam jejak
untuk kemudian sama-sama terus belajar dan belajar. To remember what happeded
here a thousand year ago. Semoga semester ganjil nanti, akan banyak lagi karya
yang bisa diberikan demi menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih baik lagi.
Pribadi yang baik, berarti tidak hanya pribadi yang maju dan mengutamakan
kualitas diri sendiri, tetapi juga pribadi yang peduli dan bermanfaat untuk
manusia-manusia di sekitar mereka. We are in competition with no one, We just
have desire to play the game of being better that others. We are simply trying
to be better than the person that we were yesterday. Mari saya sampaikan
beberapa cerita tentang rekam jejak mereka.
Pertama, Sunarti
mahasiswi Prodi HI 2015 yang ketika saya minta dibuatkan abstrak dari tulisan
tugasnya di mata kuliah Perbandingan Sistem Politik, ia merasa minder dan tidak
PD. Takut tulisannya akan ditertawakan oleh teman-teman yang lain. Hingga
ketika abstrak itu lolos, kemudian kami diminta untuk mendampingi proses revisi
dan translasi kedalam bahasa Inggris, ia masih tidak PD dengan hasil
tulisannya. Proses demi proses untuk meyakinkan dia terus berlanjut hingga
akhirnya tibalah dalam satu momen saat Konferensi Internasional berlangsung di
Unair Suarabaya. Dari awal pembukaan seminar dia sudah terlihat begitu nervous,
padahal saya tahu betul bahwa ia punya potensi besar dan kemampuan academic
writing yang mumpuni. Well, what happeded? Dalam Konferensi Internasional yang
berlangsung, saya melihat audiens terperangah dengan tampilan PPT dan
presentasi yang kami sajikan. Mereka sedikit kaget bahwa paper yang kami kirim
ke international conference tsb adalah hasil tugas mahasiswa. Saat itu kami
menggunakan Prezi dan PPT yang terstruktur untuk menyampaikan isi paper kami,
mulai dari objective of research, problem statement, research question, limitation
of paper, expected results, purpose of solution, hingga conclusion. Mungkin dia
tidak percaya tapi akhirnya "Pak, ternyata kita sudah selesai,
alhamdulillaah tidak ada yang nanya. Terima kasih Pak." Pesannya? Jangan
takut untuk berproses, toh kalau salah juga tidak dosa karena itu adalah bagian
dari belajar. Semakin banyak salah yang kita lalui, otomatis hal tersebut tidak
akan kita ulangi lagi di proses-proses berikutnya. Well done, international
conference pertama anak HI Untan berhasil. Good job, Sunarti you rock the
stage!
Kedua, Eko
Suparman Sucinda. Terlibat to deliver a short presentation di Seminar Nasional
PIPT Untan. Awalnya ia juga merasa tidak percaya diri untuk maju dan
mengantikan saya menyampaikan hasil tulisan kami. Kebetulan juga di saat yang
sama, saya sedang ikut rapat di LP3M, jadi saya berhalangan hadir. So, abang
kita dari semester 6 ini yang mengambil alih sebagai presenter. Saya memang
tidak menyaksikan langsung bagaimana ia menyampaikan ide dan gagasan tulisan
kami, tapi berdasarkan penuturannya, ia merasa senang dan semacam termotivasi
untuk melakukan hal yang sama lagi dan lagi. Hal itu kemudian yang mendorongnya
dengan dua juniornya, Riski Amanda (HI 2015) dan Ela Simamora (HI 2016) untuk
ikut berpartisipasi dalam National Call for Papers for IR student yang
diselenggarakan oleh teman-teman HI dari President University. Alhamdulillaah,
dengan tema unik dan menarik, mereka memperoleh top 10 selected abstract
bersama teman-teman HI dari UGM, Unpar, UI. Tidak ada yang tidak mungkin kan
kak, bang? Hanya saja kalian butuh asupan semangat dan rasa PD yang lebih untuk
bisa sejajar dengan mereka. Don't worry, itu akan sama-sama kita perbaiki
dengan proses berikutnya.
Ketiga, Cristine
Devi Claudia dan Putri Catur Sembadani dari HI 2015. Keduanya memang memiliki
tulisan yang unik di mata kuliah yang saya ampu semester lalu, Pariwisata
Internasional. Cristine (yang saat ini sedang berada di US sebagai awardee
untuk Undergraduate Global Exchange Program) kala itu menulis tentang Sex Tourism
di Netherland yang berpeluang sebagai pendongkrak ekonomi negara. Sedangkan
Putri Catur (Finalis Duta Lingkungan Hidup), saat itu menulis tentang Maldive
sebagai destinasi pariwisata halal yang ada di dunia. Saya memang sengaja
memanggil keduanya dan meminta mereka untuk menuliskan abstrak yang kemudian
akan disubmit untuk agenda Annual Student Conference on Arts, Humanities, and
Social Sciences di Kamboja. Alhamdulilaahnya mereka tidak keberatan dan jadilah
dua abstrak lalu dikirimkan kepada panitia untuk diseleksi. Kebetulan juga
agenda tsb bersifat free fee conference registration. Waktu demi waktu
menunggu, semacam lama dan di phpin ya, tapi tidak jadi. Keduanya lolos dan
terpilih sebagai delegasi dari Indonesia untuk kegiatan konferensi khusus mahasiswa
di Kamboja. Sebenarnya dari Indonesia ada 4 abstrak yang lolos, tapi ternyata
yang dua tidak jadi berangkat yakni delegasi dari UMY. Fenomena keberangkatan
mereka ini ke Kamboja menjadi unik, karena beberapa hari sebelum keberangkatan,
Cristine hampir menyerah dan menyatakan diri mundur untuk pergi. Padahal saat
itu, saya sengaja menyudahi liburan lebaran dan kembali ke Pontianak lebih awal
pada 27 Juni 2017 karena bersedia untuk mendampingi mereka sebelum berangkat ke
Kamboja. Dengan dana yang minim dan keterbatasan finansial, keduanya
mengeluhkan budget yang akan dihabiskan untuk penginapan selama di Kamboja dan
Kuala Lumpur. Tapi pertolongan Allah datang di waktu yang tepat, karena punya
teman di Kamboja dan KL, sehingga mereka bisa saya (titipkan) untuk menginap di
rumah teman tsb. *Dititip? Lue kira mereka anak bayi Zet? Demi penghematan.
Hahaha
Finally, mereka
jadi berangkat dan went well buat presentasi makalahnya. Senangnya dua tugas
matkul Pariwisata Internasional berhasil menjadi delegasi Indonesia. Mereka
juga dapat bonus buat jalan-jalan di Royal Palace, twin tower, dan beberapa
destinasi wisata lain. Istilah kerennya mah 'anak pariwisata internasional
menikmati destinasi pariwisata internasional' kan gahol. Terima kasih Cristine
dan Putri, yang sudah membawa nama HI FISIP Untan berkibar di kancah
internasional.
Keempat,
Nofriansyah (HI 2016) dan Ria Irawan (FKIP Sejarah Untan 2016). Keduanya
berhasil saya influence untuk ikut melihat potensi dan gerak mahasiswa luar
Kalbar dengan mengajak keduanya berpartisipasi dalam International Conference
on Public Organizations di IPDN Jatinangor 22 Agustus lalu. Masih sama
permasalahan yang dihadapi adalah krisis finansial, tapi saya yakin Allah maha
melihat apa yang diusahakan oleh hambaNya. Dengan hitungan rupiah yang
minimalis, perjalanan pergi dan pulang Pontianak-Bandung, Jakarta-Pontianak
akhirnya terlewati dengan baik. Tidak perlu panjang lebar saya sebutkan dan
saya beberkan, saya rasa keduanya tahu bagaimana kemudian harus berproses
kedepannya. Mereka juga sudah melihat bagaimana cas cis cus mahasiswa di IPDN
when talking in English. So, I believe, they will improve their skill in
English Language to achieve better things in the future. Jangan malas
berproses, buang semua keluh kesah, disiplin dan terus berusaha. Saya yakin dan
percaya, kalian berdua akan jadi orang hebat nanti di kemudian hari. Hanya jika
kau menyerah, maka kisahmu akan usai. Selama kau berusaha, akan banyak tawa dan
tangis bahagia yang kau lalui karena usaha dan kerja keras yang kau usahakan.
Tumbuhlah dengan kualitas Nak, kalau sudah punya pengetahuan dan punya
keahlian, ajari yang lain. Bawa kampus kita ini ke arah yang lebih baik. Jangan
mau jadi mahasiswa jago kandang, bisa ngomong doang, tapi kemampuan akademiknya
nol besar. Terus tanamkan bahwa action speaks louder than words. Aksimu itu
bisa ngomong lebih kencang dari omonganmu. Ayo dipacu lagi semangat kompetisi
dan perbaikan kualitas dirinya. Belajar dari setiap orang yang kalian temui,
walaupun mimpimmu itu keliatannya gak mungkin, usahakan, capai dan nikmatilah.
Pesan apa yang
ingin saya sampaikan?
Pacu terus
semangat untuk memperbaiki kualitas diri kak, bang. Jangan mengulangi kesalahan
dan tindakan yang tidak bermanfaat agar terlhat besar, itu udah nggak jaman.
Jangan cuma bisa berkompetisi di dalam kandang, lihat dunia luar agar kau tahu
bahwa kemampuanmu itu masih jauh dibawah sehingga kau terus berusaha
memperbaiki kualitas diri. Jangan tiru yang tidak baik, jangan tiru yang tidak
positif, jangan ulangi hal-hal yang menghabiskan masamu untuk produktif.
Jadilah manusia yang aktivis, yang tau kapan harus kuliah, kapan harus
berorganisasi, kapan harus menulis, dan kapan harus bersenang-senang alias
piknik. Luluslah secepat mungkin dan kuasailah soft skill sehingga ketika kamu
lulus, kualitasmu tidak diragukan. Aktif terus, positif terus, berprestasi
terus. Demi kamu, demi adik-adikmu, demi masa depan dan peradaban yang lebih
baik.
Terakhir, saya
ingat bunyi kutipan seperti berikut:
- Apa yang
membuatmu bahagia? Yaitu saat kamu bisa membuat orang lain bahagia. Semoga
dengan segala prosesnya, mereka yang saya sebutkan diatas adalah sosok yang
bahagia menikmati proses dengan saya.
- Pahala ibadah
yang tidak akan putus alirannya adalah 'ilmu yang bermanfaat'. Jangan cuma digali,
tapi kita lupa untuk memberi. Jangan cuma mencari, tapi kita lupa berbagi.
Jangan memperkaya diri, tapi kita lupa manusia di sekitar kita.
*Alhamdulillahnya,
disamping mendampingi mahasiswa, saya pun bisa tetap berkarya:
-Semester kemarin
nerbitin dua buah artikel di jurnal nasional HI Unpad dan HI Undip (semoga
semester ganjil nanti nambah)
-Publikasi 2 opini
di Harian Bhirawa
-Nerbitin 2 eks
buku mahasiswa Prodi HI dari mata kuliah yang saya ampu; Perbandingan Sistem
Politik dan Tata Kelola Ekonomi Politik Internasional Jepang
-Nerbitin satu
buku kumpulan cerpen (Jejak Pemimpi)
-Publikasi artikel
di 3 International Conference dan 1 artikel di National Conference
-Serta menulis
beberapa artikel penelitian bersama rekan-rekan dari Unair, Undip, dan UIN
Bandung.
+Bukan pamer,
bukan untuk dipuji, tapi semoga menginspirasi+
Selamat Berhari
Minggu, semoga besok semangatnya semakin berapi-api ya :)
Inspirasi Akhir Pekan dari Luar Negeri
Hari Minggu ini
cuacanya dingin sekali, mulai shubuh hujan berhenti dan datang kembali membuat
tubuh meminta untuk didekatkan dengan selimut dan bantal, tidur. Namun, ada
yang berbeda setelah sholat dzuhur tadi, meski rintik hujan masih turun dan
membasahi bumi, aku memutuskan untuk pergi membeli Bakso Malang. Karena kukira
dengan cuaca yang begitu dingin, kaldu Bakso Khas Kota Malang pasti bisa dijadikan
teman untuk menonton televisi. Ya, benar saja, ditemani hangatnya Bakso Malang,
siang ini aku mendapatkan cerita inispirasi dari negeri Belanda. Begini
kisahnya:
Adalah seorang
wanita Indonesia asli Kediri yang merupakan alumni Teknik Industri Institut
Teknologi Bandung, yang kemudian memutuskan pindah ke Belanda demi menemani
sang suami, Syarif Riyadi yang sedang melanjutkan studi PhD di salah satu
kampus ternama di sana. Awalnya di benak Desti hanya terpikirkan bahwa setelah
menamatkan studi di ITB, ia akan fokus menjadi ibu rumah tangga dan fokus
mengurus suami dan keluarga. Namun, ternyata kisah hidup mereka patut sekali
dijadikan contoh. Ketika sang suami mengerti bahwa Desti memiliki kemampuan
akademik yang baik, ia mengijinkan Desti untuk kembali melanjutkan studi strata
dua dalam bidang energi terbarukan. Kisah pernikahan mereka pun tergolong unik,
dimana ijab qabul antara Syarif dan Desti berlangsung melalui video dari yahoo
messenger karena sang suami yang tidak bisa kembali dari Eropa. Orang tua Desti
pun mengijinkan dan memberikan keleluasaan pada Desti untuk mengikuti suami
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, bahkan hingga menamatkan
PhD.
Kisah yang
mengharukan dari perjuangan mereka adalah bahwa mereka bisa mempertahankan
hubungan jarak jauh setelah menikah dan fokus pada tanggung jawab
masing-masing. Syarif fokus dengan studi PhD nya dan Desti harus tinggal
sendiri bahkan hamil dan melahirkan pun sendiri hingga tercatat kurang lebih
mereka berpisah selama 4 tahun demi mimpi dan cita-cita akademik satu sama
lain. Setelah menamatkan studi PhD, gantian Syarif yang kemudian menjaga si
balita dan si Desti kembali fokus untuk menyelesaikan PhD nya. Desti bahkan
tercatat sebagai lulusan terbaik pada jenjang master dan juga PhD. Hingga
akhirnya ada satu perusahaan multinasional di Belgia melamar Desti untuk
bekerja di perusahaan mereka. Masya Allah, indahnya nikmat Allah.
Tantangan terberat
bagi mereka berdua adalah bagaimana bisa dengan baik mengajarkan putera mereka
untuk mengenal ilmu agama dengan baik. Karena di Eropa sedikit atau khususnya
di tempat mereka tinggal, sedikit sekali ilmu agama Islam yang dikenalkan
ketika sang anak berada di sekolah. Kemudian, Desti juga menuturkan bahwa untuk
bisa sampai ke jenjang seperti sekarang, tidak semudah atau seindah yang orang
bayangkan. Mereka juga sering diuji bahkan itu terjadi berkali-kali, namun
dengan bekal kesabaran dan komitmen, keduanya bisa menyelesaikan studi hingga
level tertinggi dan bekerja dengan baik saat ini.
Ketika ditanya,
apa kesuksesan terbesar bagi Desti? Ia berkata bahwa kesuksesan itu ada yang
ilmiah dan ada yang ilahiah. Kesuksesan ilmiah adalah ketika bisa menyelesaikan
studi hingga ke jenjang PhD dan bertemu dengan banyak sosok inspiratif dalam
hidupnya. Sedangkan kesuksesan ilahiah adalah ketika semua ilmu, pengetahuan,
dan pengalaman yang ia dapatkan selama studi bisa diamalkan dan diberikan demi
kemaslahatan umat, bangsa, dan juga negara. Desti dan Syarif berharap, mereka
bisa segera memberikan kontribusi dari perjalanan pendidikan mereka di Eropa
untuk kemajuan bangsa Indonesia.
*Saya percaya
bahwa ketika sudah bersama, tidak harus mengorbankan salah satu impian dan
cita-cita namun keduanya bisa berjalan berdampingan dan bisa mendapatkan apa
yang menjadi impian masing-masing. Adakah cerita lain nanti seperti kisah hidup
mereka? Berharap ada. Termasuk saya, aamiin. Aamiin, mumpung hujan. Hahaha
*Semoga bisa
sedikit memberikan inspirasi untuk para pembaca bahwa masih banyak yang belum
kita kerjakan. Yuk semangat, besok udah senin lagi. Keep moving on!
Pesan Bang Ireng untuk Saudaranya
Tadi sempat ketemu
senior dan dinasehati dengan beberapa poin penting yang bisa saya jadikan high
line.
- Jangan mau
mengorbankan diri dan values yang kamu punya hanya demi keinginanmu melihat
mahasiswamu berkembang. Mereka yang punya potensi silakan kamu bimbing. Mereka
yang nggak mau dan ogah-ogahan, mending lepas. Dunia ini dibentuk oleh beberapa
orang yang memang berkualitas, Zet. Jangan dipaksa dan merasa nggak enak hati.
Sesekali kamu juga harus bisa bilang 'ENGGAK' biar mereka tau diri.
- Sy juga dulu
selama kuliah tampilan sy aneh, tapi menurut sy kalo aneh dan sy lahap semua
buku, sy jago analisis, setiap ada tugas sy selalu berada di posisi terdepan,
itu wajar. Tapi kemudian sy pikir untuk apa aneh, karena ternyata gaya aneh sy
itu sudah tidak kekinian. Sy aneh tapi di otak sy tidak ada isi apa-apa, kan
malu-maluin. Sy sadar bahwa orang tua sy bayar biaya kuliah demi melihat
anaknya lebih maju dari mereka, lebih santun, dan lebih baik. Bukan lebih rusak
dan tidak memiliki potensi. Kalo aneh berprestasi bagi sy wajar, tapi kalo aneh
ndak bise ae-ape, ape nak dibanggakan?
- Mereka yang
sedang mendorong diri mereka ke jurang kemunduran, jangan kemudian kamu tarik
Zet, biarin. Kalau perlu kamu dorong sekalian, biar mereka tahu bahwa hidup ini
keras dan pedih. Kalau mereka mau menggantung diri mereka dengan aksi mereka,
ya biarkan. Kalau perlu kamu kasih tali sama tiang Zet biar mereka cepat
merasakan kepahitan hidup ini. HAHAHA
- Kita tidak usah
terjebak situasi-situasi yang moralitas, Zet. Sy bukan tega, tapi memang begitu
realitas hidup, Zet. Kalau misal mereka tampil aneh dengan kualitas yang diatas
rata-rata, silakan. Kalo misalnya ndak berkualitas, sudahlah. Hentikan semua
kesombongan ini. Bukan perkara siapa yang lebih tua, bukan. Tapi ini perkara
membekali diri agar menjadi insan yang lebih berisi dan berkompeten.
*Baiklah, saya
sadar diri.
Gak Suka Dipuji dan Tidak Termakan Modus
Hal baru yang
ditemui di sini adalah kebiasaan orang yang suka muji didepan demi keperluan
modus, kalo istilah dalam HI nya 'demi kepentingan nasional'. Beberapa hal yang
kemudian perlu diperbaiki adalah cara belajar dan kebiasaan membaca. Anehnya
kebanyakan manusia adalah terpaku pada satu proses, menjalankannya
berulang-ulang, dan mengharapkan hasil yang beda. Kan nggak masuk akal! Ibarat
kate kerjaan lo makan, minum, ngidupin motor, ngabisin bensin ke kampus, balik,
terus beli pecel lele, masak ujug-ujug lo pengen jadi diplomat. HAHA, dimana
rasionalitasnya cuy? Ngelakuin hal-hal yang beda dan luar biasa dong biar lo
sampe kepada mimpi yang elo cita-citain, jangan cuma omdo terus berharap
keajaiban datang. Doesn't make sense, you know?!
Kebiasaan kita
juga di sini, banyak mahasiswa yang bilang 'jangan samain ngajar di Jawa sama
di Pontianak dong, Pak. Secara kebiasaan dan kualitas juga beda jauh.' Oke
fine, jadi jangan berharap yang muluk-muluk juga, kalo misal ikutan lomba ya
jadi penonton aja, jangan berharap menang. Yakali lo berusaha biasa-biasa aja
di sini, then pas ikut lomba apa gitu, lo berharap bisa ngalahin kampus
ternama, UGM, Unair, UI, Katolik Parahyangan misalnya. Yakin beneran pengen
ngalahin? Pas berusaha aja minimalis, giliran hasil maunya maksimalis. Gak
boleh gitu dong. Sama kebiasaan buruk lain adalah, kalo giliran dikasih tugas,
usahanya dikit doang, tapi ngeluh di sosmednya berlebihan. HAHA
Kebiasaan orang di
sini suka banget muji-muji demi 'sesuatu' dibalik memuji itu. Entah untuk
kepentingan nilai atau minta dibuatkan judul skripsi dan proposal buat cepet
maju seminar. Biasa si dosen muda yang dikerjain beginian. Seperti cth percakapan
berikut.
X: Pak, maaf
mengganggu waktunya, Bapak sibuk ndak? Kapan ada waktu buat ngopi dan nongkrong
buat diskusi Pak?
Z: Sy tidak suka
nongkrong dan minum kopi.
X: Kapan Bapak ada
waktu luang buat konsultasi Pak?
Sy ingin diskusi
perihal judul skripsi sy.
Tidak ada balasan.
X: Bapak sibuk
ndak Pak? Ajarin kami nulis outline dong Pak?
Tidak ada balasan.
*Beberapa minggu
kemudian.
X: Bang, sibuk
benar kayaknye ye? Kapan ni bang bise ketemu maok bahas judul outline.
Z: Nggak juga,
biasa aja, ngajar dan mendampingi mahasiswa menulis paper buat ikutan lomba.
X: Waaah, hebat
abang ni, masih muda sudah jam tayang kemana-mana, bermanfaat buat orang
banyak, sibuk benar bang yee.
Z: Dalam logika
(Sejak kapan lo manggil gue jadi abang? Perasaan adik gue di Pontianak cuma
satu doang. Ngape gak muji-muji orang, saye tada suke dipuji. Sebab saye tu
taok pujian itu ujian (coba buang huruf P diawal katanya, kan jadi ujian,
itulah ngape saye tada suke dipuji sama orang lain. Saye gak tada bakal kemakan
modus bah. Maok dikate mude dan sukses ke, maok dikate dah hebat ke, apelah tu
semue tada bise bah, kamek tada kemakan modus.
Z: Biasa aja bang.
X: Kapan bisa
ketemu bang, belajar nulislah, atau mau konsul bisa ndak abang ni jadi pembimbing
skripsi saye?
Z: HAHA, bise ndak
ye? (Moduus lo kok sering amet ya, sorry to say rada norak gitu juga. Kan beda
jurusan dan ngapain juga minta gue buat jadi pembimbing skripsi lo. Hedddeeh.
X: Jadi kapan bisa
ketemu ni bang?
Z: Besok di kampus
ya.
Keesokan harinya.
Z: Mana outline
judul yang mau diajukan?
X: Nah, itulah
yang masih bingung bang, abang ada ide ndak buat judul skripsi sy bang? Sama
sekalian buat abstraknya bang biar bisa cepat sy ajukan ke dosen.
Z: Ebuseeeet,
beneran belum ada judul, kiran udah, tinggal edit doang. (Lo gak sekalian gitu
minta gue jadi joki skripsi lo sampe kelar? Minta dicambuk ni orang!)
X: Itulah bang,
masih bingung mau nulis apa. Abang ada masukan ide judul atau apa gitu bang?
Z: (Saudara sy jak
tada pernah minta dikerjakan tugas apalagi minta judul, die diskusi tentang
tugas akhir jak. Nah lo, minta mulai judul, abstrak sampe pembimbing. Tuhan,
ampuni mahasiswa ini. Untung bukan anak HI. HAHA)
*Gue bukan tipe
orang yang suka dipuji dan kemakan modus, in case lo suka muji gue, itu bagi
gue biasa aja. Atau, sometime, gue mikir kalo lo lagi muji gue,berarti lo punya
niat dan maksud terselubung dibalik pujian lo. NGERTI kan, gue gak suka dipuji
dan bukan makhluk yang gampang kemakan modus. Selamat Satnite wahai mahasiswa
tingkat akhir!!!
Mari Tundukkan Kepala Sejenak
Cobalah sebelum
tidur di malam hari, kita evaluasi apa aja yang udah kita lakukan hari ini.
Dengan porsi jam yang sama, berapa lama waktu yang kita habiskan untuk kegiatan
yang produktif. berapa lama kita menghabiskan waktu untuk bertemu dan
berkomunikasi dengan orang-orang terkasih, walau mungkin hanya sekedar bertanya
kabar. Berapa jam waktu kita habiskan untuk sosial media. Saling lempar
komentar di status, tautan, dan photo yang terpampang. Berapa banyak waktu yang
kita buang percuma. Serta, berapa lama waktu yang kita gunakan untuk kegiatan
lainnya. Kalau jam-jam di hari ini belum kita gunakan secara maksimal untuk
kegiatan yang bermanfaat, setidaknya jika besok kita terbangun dan masih
dikasih Tuhan jatah oksigen gratis untuk hidup, hal itu dapat kita perbaiki
untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Baiknya perlu kita coba. Jangan penjara
diri kita hanya dengan melakukan hal yang sama setiap hari, itu pasti akan
sangat membosankan :)
*Selamat malam
semesta!
SEBAB BAHAGIA ITU SEHARUSNYA NYATA, BUKAN DI DUNIA MAYA.
Sampailah pada
level dimana ketergantungan terhadap gadget itu melebihi ketergantungan
terhadap apapun. Kalah rokok, kalah sex, kalah juga makanan. Ya, ketergantungan
terhadap gadget ini yang membuat kehidupan menjadi sangat sulit untuk
dikendalikan. Bahkan, hendak mengurangi kadar ketergantungan terhadap makhluk
ini amat sangat sulit. Mungkin kita bisa berhenti makan beberapa jam, tapi
tidak dengan berhenti pegang gadget. Apalagi sosmed menguras waktu terbanyak
untuk menjadikan kita produktif.
Buka line, buka
wa, buka path, buka fb, buka Ig, buka snapchat, buka twitter, buka semua sosmed
sampai waktu habis hanya disitu-situ saja. Stalking, habis kuota beli lagi.
Begitu terus dari hari kehari, bulan kebulan, tahun ketahun.
Dengan adanya
sosmed, kita takut ketinggalan informasi, takut ketinggalan mode dan tren,
takut diangap tidak ada, takut sehingga kita terkontaminasi untuk update,
upload, terutama editing foto. Dan, tak jarang sosmed kita gunakan hanya untuk
sekedar buang waktu saja. Padahal, ada dua nikmat yang sering kita lupa, sehat
dan waktu luang. Bangun tidur, cek hape, hape itu ternyata bernikotin kelas
kakap. Sebelum tidur main hape, di kelas main hape, makan main hape, dan hampir
semua aktivitas kita sehari-hari melibatkan gadget yang sungguh menguras tenaga
dan dompet pemirsa.
Buka line, buka
wa, buka path, buka ig, buka twitter gitu aja terus sampe semua jurusan di UGM
ter-akreditasi A tingkat internasional, sementara kita, hanya menghabiskan
waktu buat buka sosial media. Bermanfaatkah kuota yang kita gunakan untuk
sosmed kita?
*Rasanya ingin
kembali pakai Hape jadul, just for SMS or telpon, tidak menguras adrenalin,
emosi, dan air mata. HAHAHA
Selamat Mengulang Hari Lahir, Tuan!
Dear Muchamad Ali Ashad
Anak kos Bu Yayuk yang sudah jadi teman dekat sejak lama. Dulu gue kenal lo dari Bang Fery, karena kalian saru kos. Berikutnya belajar menulis bareng, ke Wilis beli buku bareng, ke perpus bareng, hingga banyak kisah hidup gue yang melibatkan elo sebagai manusia yang berhati mulia, juga Bang Fery tentunya. Hingga suatu saat setelah seminar proposal, gue sering banget nemanin lo buat revisi dan lain sebagainya. Sampai kadang kita bertiga, main kucing-kucingan karena kalian sekos. Kadang gue ke kamar Bang Fery tapi nggak singgah ke kamar elo, bahkan sering gue ke kamar elo tapi Bang Fery gue diemin. Secara usia memang kita tidak terpaut jauh, tapi kalian berdua mengajarkan banyak hal. Kalo gue revisi, kalian berdua selalu ada buat nyetak naskah skripsi gue. Makan Cak Yono bareng, kemana-mana selama di Malang ya cuma kalian mungkin teman yang paling sering gue ajak. Gue masih ingat banget saat sholat maghrib di Masjid dekat ITN, lo kehilangan hape dan bahkan skripsi lo serta semua lembaran pembayaran SPP, kuliah, KKN, dan semua dibawa sama tu maling. Lo sampe sedih banget dan gue juga bingung sampe merasa bersalah. Perlahan lo bangkit dan gue sama Bang Fery masih selalu ada buat lo. Kalian memang saudara yang dikirimkan Tuhan buat saling menguatkan. Hingga akhirnya, dengan segenap masalah yang menimpa hidup gue, kalian berdua tetap ada di barisan depan buat memperbaiki segalanya. Terima kasih sudah menjadi begitu baik selama gue kuliah di Malang, lo yang sering gue repotin, gue pinjem ranjangnya buat nginep. Handuk gue sama odol bahkan ketinggalan trus di kamar elo biar gak balik ke kos gue. Bang Fery juga sama. Meski kadang kalian menyebalkan, tapi gue jauh lebih menyebalkan buat kalian. Since I know terlalu banyak kebaikan yang sudah kalian berikan buat gue selama Bapak meninggal sampe gue lulus dan lanjut studi master di Jogja.
Teruntuk yang sudah lebih dulu melepas masa lajangnya, terima kasih untuk semua kebaikan dan murah hatinya. Yang kalo tiap beli makan pasti ngebayarin dan gak mau dibayar alias gratis aja. Teruntuk manusia yang gue sebut saudara yang sudah gue repotin banyak banget, bahkan jahilnya gue gak pernah habis kalo sama kalian. We still support each others no matter what till now. Selamat sudah menjadi suami dan lengkap bahagia hidup. Selamat sudah menempuh hidup baru bersama wanita yang sedari dulu lo jadikan kekasih hati.
Selamat mengulang hari lahir Brader. Ucapan ini gak akan pernah bisa ngebalas semua kebaikan lo ke gue selama gue jadi mahasiswa dan teman lo di Malang, tapi gue yakin bahwa karena kalian, karena baik budi dan semangat yang dulu selalu kalian kobarkan, gue bisa sampe di tahap hidup seperti sekarang. Pibesdey partner in crime yang selalu menjadi bahan bulian dan panutan dalam hal akademik. Sehat terus, sukses, dan bahagia bersama Bu Bozzz.
Belajar dari Manusia Sekitar
Pernah suatu ketika, dalam hidup masing-masing kita merasa begitu boodoh. Kalah dengan rasa malas dan enggan mengerjakan dan berusaha terhadap apa yang sudah kita impikan. Begitu seterusnya hingga pada suatu fase yang begitu memekikan, yang ada hanyalah penyesalan. Sesadis itukah kenyataan? Lalu, bernfas lagi mengulang hari demi hari yang tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Enggan, malas, dan dikalahkan oleh makhluk yang bernama kadal hijau. Ya, rasa malas sering kali hadir di dalam kehidupan kita sehingga merenggut mimpi indah yang sudah kita rencanakan. Padahal, sejatinya kita bisa belajar dan banyak belajar dari manusia sekitar. Mengapa mereka bisa selalu menebar manfaat, selalu semangat, selalu berkobar. Kita kenapa diam saja?
Hidup memang diciptakan tidak untuk menyesali yang telah lalu, tapi belajar dari masa lalu. Bukan tentang mengingat kenangan, tapi emang masa lalu begitu banyak memberikan pelajaran. Sehingga tahu apa yang harus dikerjakan dan apa yang harus ditinggalkan. Begitu kan? Apa cuma aku saja yang begitu? Rasanya tidak. Semua kita pernah merasakan hal yang sama. Maka, mari dengan semangat yang masih sama, tahun baru harus semangat baru dan masih panjang perjalanan yang harus kita lewati bersama. Semoga menjadikan kita manusia yang terus berbenah dan belajar dari episode kehidupan sebelumnya. Belajar dengan manusia sekitar yang positif hati dan jiwanya. Meski tidak banyak, aku yakin masih ada.
Hidup memang diciptakan tidak untuk menyesali yang telah lalu, tapi belajar dari masa lalu. Bukan tentang mengingat kenangan, tapi emang masa lalu begitu banyak memberikan pelajaran. Sehingga tahu apa yang harus dikerjakan dan apa yang harus ditinggalkan. Begitu kan? Apa cuma aku saja yang begitu? Rasanya tidak. Semua kita pernah merasakan hal yang sama. Maka, mari dengan semangat yang masih sama, tahun baru harus semangat baru dan masih panjang perjalanan yang harus kita lewati bersama. Semoga menjadikan kita manusia yang terus berbenah dan belajar dari episode kehidupan sebelumnya. Belajar dengan manusia sekitar yang positif hati dan jiwanya. Meski tidak banyak, aku yakin masih ada.
Kamis, 08 Februari 2018
Bagaimana Rasanya?
Bagaimana rasanya jika, saat senja kau justru tak melihat warna matahari ingin menghilang pergi?
Bagaimana rasanya jika, saat pagi menyapa kau tak merasakan hangatnya mentari?
Bagaimana jika ternyata saat hujan, sinar matahari tidak tertutup awan?
Bagaimana jika saat malam tiba, mentari justru masih setia menyinari bumi?
Bagaimana jika aku bukan menjadi seperti seharusnya aku?
Bagaimana jika kamu tidak menjadi seperti seharusnya kamu?
Bagaimana jika?
Bagaimana jika hantu di masa lalu datang lagi atau tidak pernah benar beranjak pergi?
Bagaimana jika tiba-tiba aku mengenangmu di tengah malam buka. Saat gelap gulita, kemana harus kukejar bayangmu agar rindu ini bisa berhenti mengalir deras. Setelah lama berkutat dan bertanya pada diri sendiri, aku membiarkan dirimu pergi. Mencari arah yang kau suka dan hilang untuk tidak lagi menghantui masa depan yang telah kupilih sendiri. Aku akan bersembunyi dari segala kenang dan ingat tentangmu. Tentang jari manis nan lembut yang suka mengusap rindang rambut halusku. Aku ingat renyah tawa dan khas suaramu saat menangis. Namun, itu adalah bagian dari kisah masa lalu. Lalu, bagaimana jika kemudian apa yang terjadi tidak sesuai seperti apa yang kita pinta?
Tentang kamu,
Segala tentangmu yang selalu menjadi memori indah yang datang menyeruak pagi dan malam di langit kamarku. Tentang kesadaran dan harapan bahwa wujudmu memang bukan lagi menjadi harapan hari-hari. Tentang tenang yang kini sudah kembali kutemui, dan tentang sekeping hati yang sudah tak mampu lagi untuk kau curi. Tentang rindu yang sudah menjadi larangan. Tentang saling bagi seonggak senyum yang sudah hanyut. Tentang luka merindu yang selalu akan berada sendiri tanpa pundak dan tanpa tangan dan akan selalu berjalan sendirian. Tanpa kamu. Tanpa kamu aku akan tetap hangat dan tidak menggigil kedinginan. Tanpa kamu aku akan tetap bisa tertawa sendirian. Tanpa kamu aku bisa terus berdiri tegap menatap masa depan. Tanpa teduh wajahmu yang dulu bisa sangat menenangkan saat dadaku terasa begitu sesak dan membosankan.
Kini, segalanya telah menjadi darah bernanah yang takkan pernah kembali seperti dulu. Lalu, masing-masing begitu leluasa menyembunyikan nanar kebencian dan berkata di belakang. Sebab, itu bukan lagi menyakitkan. Karena kita, sudah tidak saling mencari saat sepi dan tidak saling menemukan saat hilang. Sebab kita, sudah tidak saling tertawa saat bahagia dan tidak saling sapa saat bercengkrama. Perihal dekatmu dan jauhku bukan semata soal asmara yang membuat kita jatuh bangun, naik turun, luka dan bahagia. Namun tentang bagaimana satu sama lain sudah tidak merasa seperti semula. Kita bisa apa saat langit menurunkan hujan namun matahari tidak tertutup awan?
Seketika langit siang pun menangisimu, yang pergi menjauh dan kian menjauh. Aku tidak pernah memintamu jauh, sebab dekatku tidak lagi berarti begitu pun hadirmu disini. Satu sama lain saling meninggalkan segala pelik dan luka. Saling menjemput singasana yang masih tersedia untuk segala kebaikan dan bahagia. Telah tiba masa, aku pergi bukan berarti benci, juga kau menjauh bukan berarti kau jenuh. Menuju suatu tempat yang lebih nyaman, yang kita sebut kehidupan masa depan. Semoga lelap dan lena, dalam peluk Tuhan Semesta alam, selamanya.
Bagaimana rasanya jika, saat pagi menyapa kau tak merasakan hangatnya mentari?
Bagaimana jika ternyata saat hujan, sinar matahari tidak tertutup awan?
Bagaimana jika saat malam tiba, mentari justru masih setia menyinari bumi?
Bagaimana jika aku bukan menjadi seperti seharusnya aku?
Bagaimana jika kamu tidak menjadi seperti seharusnya kamu?
Bagaimana jika?
Bagaimana jika hantu di masa lalu datang lagi atau tidak pernah benar beranjak pergi?
Bagaimana jika tiba-tiba aku mengenangmu di tengah malam buka. Saat gelap gulita, kemana harus kukejar bayangmu agar rindu ini bisa berhenti mengalir deras. Setelah lama berkutat dan bertanya pada diri sendiri, aku membiarkan dirimu pergi. Mencari arah yang kau suka dan hilang untuk tidak lagi menghantui masa depan yang telah kupilih sendiri. Aku akan bersembunyi dari segala kenang dan ingat tentangmu. Tentang jari manis nan lembut yang suka mengusap rindang rambut halusku. Aku ingat renyah tawa dan khas suaramu saat menangis. Namun, itu adalah bagian dari kisah masa lalu. Lalu, bagaimana jika kemudian apa yang terjadi tidak sesuai seperti apa yang kita pinta?
Tentang kamu,
Segala tentangmu yang selalu menjadi memori indah yang datang menyeruak pagi dan malam di langit kamarku. Tentang kesadaran dan harapan bahwa wujudmu memang bukan lagi menjadi harapan hari-hari. Tentang tenang yang kini sudah kembali kutemui, dan tentang sekeping hati yang sudah tak mampu lagi untuk kau curi. Tentang rindu yang sudah menjadi larangan. Tentang saling bagi seonggak senyum yang sudah hanyut. Tentang luka merindu yang selalu akan berada sendiri tanpa pundak dan tanpa tangan dan akan selalu berjalan sendirian. Tanpa kamu. Tanpa kamu aku akan tetap hangat dan tidak menggigil kedinginan. Tanpa kamu aku akan tetap bisa tertawa sendirian. Tanpa kamu aku bisa terus berdiri tegap menatap masa depan. Tanpa teduh wajahmu yang dulu bisa sangat menenangkan saat dadaku terasa begitu sesak dan membosankan.
Kini, segalanya telah menjadi darah bernanah yang takkan pernah kembali seperti dulu. Lalu, masing-masing begitu leluasa menyembunyikan nanar kebencian dan berkata di belakang. Sebab, itu bukan lagi menyakitkan. Karena kita, sudah tidak saling mencari saat sepi dan tidak saling menemukan saat hilang. Sebab kita, sudah tidak saling tertawa saat bahagia dan tidak saling sapa saat bercengkrama. Perihal dekatmu dan jauhku bukan semata soal asmara yang membuat kita jatuh bangun, naik turun, luka dan bahagia. Namun tentang bagaimana satu sama lain sudah tidak merasa seperti semula. Kita bisa apa saat langit menurunkan hujan namun matahari tidak tertutup awan?
Seketika langit siang pun menangisimu, yang pergi menjauh dan kian menjauh. Aku tidak pernah memintamu jauh, sebab dekatku tidak lagi berarti begitu pun hadirmu disini. Satu sama lain saling meninggalkan segala pelik dan luka. Saling menjemput singasana yang masih tersedia untuk segala kebaikan dan bahagia. Telah tiba masa, aku pergi bukan berarti benci, juga kau menjauh bukan berarti kau jenuh. Menuju suatu tempat yang lebih nyaman, yang kita sebut kehidupan masa depan. Semoga lelap dan lena, dalam peluk Tuhan Semesta alam, selamanya.
Rabu, 07 Februari 2018
Larut Dalam Senyuman
Aku ingin dekapmu dalam menerjang panasnya jalan cerita. Menjadikannya
sebagai pelukan paling hangat untuk menemani gigil yang berseruak saat senja
tiba. Kadang langit begitu kuasa menjatuhkan hujan, membuat hari-hari begitu
basah oleh bulir yang menggenang. Kuyakin yang kita butuhkan hanya sabar yang
berlebih, untuk menghadapi segala keluh kesah dan perih. Maafkan aku yang belum
bisa mendamaikan dentuman keras pada perasaan. Hingga kau bisa lupa bagaimana
bisa tertawa begitu lepas, juga segelitik senyum yang mengulas begitu lama saat
kita tidak berjumpa. Aku berharap semoga matamu tidak menjatuhkan anak sungai
yang mengalir deras. Pun aku akan selalu tegap menyediakan bahu ini sebagai
tempat sandaranmu yang paling nyaman. Semua masih tergambar jelas dalam sebuah
mozaik kisah, sementara aku terus percaya bahwa kau kuat menghadapi segalanya.
Sayang, adakah tangis itu menyeruak bersama hilangnya mentari pagi
tadi? Sebagaimana rengekan yang selalu kau suguhkan ketika membiarkan semua itu
terjadi. Aku tak berharap Tuhan mencipta air mata. Biarlah kita dibawah senja
menikmati gempita senja berlalu sempurna. Tertawalah lepas, aku yakin kau
kuasa. Meski hujan lebat di pelupuk mata itu belum reda, aku akan terus
menemani lebih lama. Peluk hangat dari lelaki yang selalu menjadikanmu nomor
satu diatas segala bahagia. Detik demi detik memang kadang begitu menyebalkan.
Namun kita selalu bisa larut dalam senyuman.
Senin, 05 Februari 2018
Ketidakbisaan itu Sementara!
Setiap orang seringkali berkutat dengan kata-kata tidak bisa sebelum
mencoba. Padahal ketidakbisaan itu sendiri adalah lumrah dan mencoba itu adalah
awal dari segala kesuksesan. Jika sebelum mencoba saja sudah takut oleh
benturan keadaan, lantas kapan akan sukses? Jika hanya niat tanpa aksi, lalu
mengapa berharap jadi orang sukses? Bukankah mencoba hal baru adalah sesuatu
yang menyenangkan dan penuh Challenging? Sering saya mendengarkan bahwa as long
as we feel worth it, we can achieve many great things. So, kita harus mencoba
agar tahu dimana letak kesalahan dan belajar dari pengalaman. Tak perlu takut
dengan ketidakbisaan, sebab tidak bisa itu biasa dan akan hilang dengan
sendirinya saat kita berani mencoba. Salah wajar, jatuh itu normal. Namun, bisa
mencoba dan berani kembali beraksi dengan belajar dari pengalaman adalah
sesuatu yang menyenangkan. Ilmuan dan experts yang kamu kenal saat ini adalah
seorang pemula di jaman sebelumnya. Jadi, tidak ada salahnya untuk mencoba.
Mari, kuatkan ikat pinggang dan berjalan dengan aksi-aksi yang lebih menggila.
Selamat pagi semesta!
Selamat Setahun!
Hsssst…
Ini jam makan
siang, aku punya cerita untuk menemani jam makan siangmu.
Dengarkan
baik-baik, jangan kau cela dulu.
Sebab, aku
bercerita karena kisah ini hanya tentangmu, bukan tentang yang lain.
Kau boleh saja
sebut bahwa ini adalah rahasia, sebab bagiku ini adalah bahagia.
Setahun yang lalu,
di tanah ini aku bertemu kamu. Dengan senandung dan angin serta cahaya dari
langit. Sebab, kau adalah cahaya bagi perjalanan hariku.
Yang kemudian,
tanpa kuduga, kau menjadi manusia yang begitu sempurna. Menjadi dewasa tumbuh
dengan penampilan yang sangat disukai banyak manusia, katanya. Kemudian, dalam
beberapa jeda kisah, kau begitu menyebalkan. Tanpa aroma, tanpa wangi, dibawah
pelataran kisah senja. Kau selalu menjadi panutan dan menjadi alasan manusia untuk mau duduk berlama-lama menunggu meski lama, meski tanpa kepastian
kemudian kau hilang. Mereka rela menanti lama demi sekedar bertemu dan
menyaksikan senyum ikhlas penuh Karisma. Demi satu lengkung kisah tawa kala
senja tiba. Kadang kau berkata begitu lucu namun banyak sekali yang muak dengan
kisah dan aksimu. Banyak yang berharap menjadi sepertimu, namun tidak sedikit
yang kecewa karena kata-katamu yang begini sakit dan menusuk. Kata mereka luka.
Kadang kau suka menitipkan tiga kata mesra ‘ada apa sayang?’
Jika diingat,
sungguh muak dan tak kuat mengingat itu semua. Bilamana kau datang dan menjadi
obat luka untuk sakit yang tak berkesudahan. Sayang, lekas sembuh dan kembali
beraktivitas seperti semula ya. Aku tak bisa memberikan apa-apa. Yang kupunya
hanya sepasang tangan yang menengadah untuk selalu mendoakanmu agar bahagia.
Kini sudah bertambah usia sepasang angka yang sudah tidak lagi seperti semula. Selamat
bertambah usia menjalani hidup dengan bahagia. Meski setiap waktu aku
menyaksikan penampilanmu luar biasa menjadi pujian banyak jiwa, namun kau tak bisa
mengingkari bahwa hati dan logikamu begitu absurd. Absurd sekali sepertinya.
Angka usia kini memanglah tidak biasa, karena aku bahagia, katamu kepada
semesta. Seperti kita, kamu dan aku, kepala yang melebur dalam satu irama.
Sepasang tangan yang saling pegang untuk saling genggam demi menguatkan dan
menyempurnakan. Sepasang kaki yang melangkah menuju impian masa depan bersama.
Manusia yang berkelana dalam satu cerita cinta.
Selamat setahun
ya,
Di sekian-sekian
usiamu, semoga aku selalu menjadi satu-satunya.
Aku yang
mencintaimu,
Bayangan jiwa dan
hatimu.
(Maafkan memuji diriku sendiri) wkekekekekeke
(Maafkan memuji diriku sendiri) wkekekekekeke
Sabtu, 03 Februari 2018
Segala Tentangmu Kusebut Cinta!
Takkan pernah terlintas
Tuk tinggalkan kamu
Jauh dariku kasihku
Karena aku milikmu
Kamu milikku
Separuh nyawaku
Hidup bersamamu
Berdua kita lewati
Meski hujan badai takkan berhenti
(Takkan berhenti)
Sehidup semati
Mentari pun tau
Ku cinta padamu
Percaya aku takkan kemana mana
Aku kan selalu ada
Temani hingga hari tua
Percaya aku takkan kemana mana
Setia akan ku jaga
Kita teman bahagia
Takkan pernah kulupa
Kamu yang kucinta
Dari ujung kaki
Hingga ke ujung kepala
Aku ingin kamu
Kamu yang kumau
Belahan jiwaku
Kamu masa depanku
Berdua kita lewati
Meski hujan badai takkan berhenti
(Takkan berhenti)
Sehidup semati
Mentari pun tau
Ku cinta padamu
Percaya aku takkan kemana mana
Aku kan selalu ada
Temani hingga hari tua
Percaya aku takkan kemana mana
Setia akan ku jaga
Kita teman bahagia
(Teman... bahagia)
Suka banget sama
lagu ini. Lagunya, kalo kata anak anak jaman now GUE BANGET. Apanya yang gue
banget? Liriknya dong. Gue gak pernah kepikiran buat neinggalin orang yang gue
sayang. Kalo sudah sayang, susah. Meski, gue gak gampang jatuh cinta dan bisa
suka sama orang. Tapi kalo udah suka, bakal sama itu aja sukanya alias setia.
Sampe semesta pun tau bahwa kau dan segala tentangmu adalah rindu dan cinta. Kalo
ada yang tanya siapa? Coba tanya pada senja, dia pasti jawabannya siapa orang
yang paling sayang saat ini. Hahahaha, siapa dia? Rahasia. Anak Introvert
paling nggak bisa ngungkapin meski sebatas di blog. Biar hati ini dan Tuhan
saja yang mengerti ya. Haha
Selamat Berakhir Pekan!
Not all open doors are for us to enter, not all roads are for us to walk on, not all chances are for us to grab. At times, it’s a test of wisdom, a test if we know ourselves, and a test to know our values and principles. Life can be happier and less stressful if we remember one simple thought, we can’t have all that we desire, but God will give us all that we deserve. The sun did not rise and shine to interrupt your sleep, but to remind you that it is another beautiful day to make a difference and be ready to shine as well. Happy Sunday everyone. Stay blessed with the most loving people around ya :)
Why travel alone?
Why travel alone? Solo travel can be the ultimate in self indulgence, you can rest when you want and pour it on when you are feeling ambitious. Another benefit is that your mistakes are your own, and your triumphs all the more exciting. There is no worrying that your insistence on trekking all the way across town to a museum that was closed ruined your partner’s day; it’s your own day to salvage or chalk up to a learning experience.
Jadi, itulah alasan kenapa gue lebih suka pergi sendirian. Bukan karena lebih asyik sendiri. Seru itu bersama-sama sesungguhnya. Tapi kadang dengan pergi bersama bukan dapat momen malah saling menunggu, menyalahkan, hingga kehilangan feel buat menikmati view selama jalan-jalan. Pergi sendiri juga adalah ujian agar menunjukkan sejauh mana kita bisa kuat berjalan. Yang dulu gue juga pernah pergi sendirian ke luar negeri, dan itu lebih excited plus menyenangkan. Ketika gue salah, ya gue sadar diri dan itulah kesempatan untuk memperbaiki kesalahan. Alasan lain kenapa males pergi bareng karena bakal rempong, entah mengenai alat bawaan selama jalan-jalan,atau destinasi dan tempat makan. Jadi, gue tetap asyik buat ngejalanin apa yang gue percaya seorang diri.
Bahkan kadang kata orang gue anti sosialis. Whatever people said, gue tetap nyaman dengan menjadi diri gue sendiri. Sebab dengan jalan sendiri, gue bisa fokus, tidak bergantung diri dan menjadi apa yang gue mau. Dan gue masih percaya, bahwa jalan seorang diri itu selalu challenging dan menyenangkan. As always.
Kamis, 01 Februari 2018
Yuk, Sebentar Cek Kualitas Diri Kita
Pernahkah Anda berpikir apa sebenarnya tujuan penciptaan manusia di muka
bumi ini? dalam beberapa kesempatan, saya diberi tahu oleh rekan bahwa hidup di
dunia ini tidak ada arti apa-apa dihadapan Allah meski diibaratkan dengan
seekor nyamuk. Dari waktu ke waktu yang kita jalani hingga seseorang misal
tutup usia di umur 63 (usia rata-rata manusia jika melihat usia wafatnya
Rasul), itu hanya untuk menunjukkan di antara manusia, siapa yang paling baik
amalnya. Dalam tuntunan hidup kita tahu bahwa setiap kita akan merasakan
kematian dan hanya kepada Allah-lah kita semua akan dikembalikan.
Firman Allah; Apakah kamu puas dengan kehidupan dunia sebagai pengganti
kehidupan akhirat? Padahal kenikmatan kehidupan dunia jika dibandingkan dengan
kehidupan akhirat hanya sedikit sekali (At-Taubah: 38). Firman Allah yang lain;
satu hari di sisi Allah itu sama dengan seribu tahun dengan yang kita hitung.
Berarti kalau usia kita 60 tahun, itu hanya 1,5 jam di sisi Allah. Lalu apakah
untuk mempertahankan 1,5 itu kita rela menggadaikan kehidupan di dunia? Ada
yang menjual diri untuk bertahan hidup, ada yang korupsi buat bisa bertahan
hidup, ada yang saling sikut kanan kiri untuk mendapatkan kekuasaan demi uang
untuk bisa bertahan hidup, ada yang saling bunuh demi bertahan hidup, ada yang
saling sogok demi cita-cita yang katanya demi mendapatkan uang untuk bertahan
hidup. Pun, juga ada yang menghardik orang lain, mendzalimi orang lain,
mengambil hak orang lain, menindas orang lain, mengutuk yang terlihat kecil dan
lemah untuk bertahan hidup. Menghalalkan segala cara demi mengumpul rupiah demi
rupiah demi bertahan hidup. Dimana letak akal manusia?
Bukankah kehidupan dunia ini adalah sendau gurau belaka, sedang kehidupan
akhirat adalah lebih baik jika kita bertakwa. Cobalah bayangkan, misal masuk
polisi atau PNS kemudian saling menyogok dan disogok. Kembali ke hadist Rasul:
Setiap yang melakukan perbuat menyogok dan disogok itu masuk neraka, baik
pelaku, saksinya, orang yang memfasilitasinya, dan setiap yang menyaksikannya.
Kalau kita sadar uang yang kita dapat dan kita terima adalah untuk nafkah
hidup, bagaimana mungkin kita kuat untuk hidup dengan uang panas, yang kemudian
itu kita berikan untuk orang terbaik kita, keluarga kita, anak istri misalnya.
Lalu kemudian dari uang panas itu menjadi darah dan daging anak cucu yang
kemudian terus putar dan berputar. Padahal, apa kata Allah: Yang menciptakan
mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapakah yang baik akhlaknya? (AL-Mulk:2).
Ada lagi yang menjual diri dan kehormatan demi makan dan demi bertahan
hidup. Inalilahi. Bukankah kata Allah setiap kita sudah dijamin rizkinya,
bahkan hewan melata pun sudah dipastikan makannya oleh Allah. Sudah habiskan
stok akal sehat kita, hingga bahkan untuk sekedar bisa makan saja harus menjual
kehormatan. Ini dunia kata Allah cuma 1,5 jam di sisiNya. Dan untuk
mempertahankan 1,5 jam yang kita hitung sekitar 60 tahun itu, kita rela
menghalalkan segala cara untuk sekedar terlihat kaya, terlihat mewah, berada,
hingga bahkan ada dan tak jarang yang menghalalkan segala cara untuk bisa
bertahan hidup. Kemudian kata Rasul; tidak akan beranjak langkah seseorang
ketika ia meninggal hingga ditanya hartanya dari mana didapat dan untuk apa
dihabiskan. Ilmunya dari mana ia dapatkan dan untuk apa diamalkan. Tentang
umurnya untuk apa dihabiskan, serta tentang tubuhnya untuk apa ia gunakan.
Kuat nggak membayangkan, misal ditanya; kamu dapat harta dari mana kok bisa
kaya? Terus kita jawab, ini hasil korupsi. Korupsi uang E-KTP. Korupsi uang
penelitian, korupsi uang pendidikan di daerah terpencil, korupsi uang SPP
mahasiswa. Korupsi uang pembangunan gedung kampus. Untuk apa kamu habiskan
harta kamu? Untuk menyogok anak saya masuk polisi, untuk menyogok anak saya
masuk PNS, untuk menyogok anak saya masuk dokter, untuk menyogok anak saya
masuk tentara, untuk menyogok anak saya agar lolos di kampus ternama. Yakin
nggak ngeri membayangkan itu semua?
Buat apa kaya, hidup bergelimang harta kalo itu hasil jual diri, hasil
korupsi, hasil mengambil hak dari keringat orang lain, hasil belot depan
belakang, hasil sikut kanan kiri. Sedang semua tingkah laku dan apa yang kita
kerjakan kelak akan dipertanggung jawabkan. Yang jadi bawahan kelak akan
ditanyai akan tanggung jawabnya. Yang jadi pemimpin kelak akan diminta tanggung
jawabnya. Yang jadi bos, yang jadi OB, yang jadi security, yang jadi dosen,
yang PNS, yang polisi, yang dokter, yang semua mua akan diminta tanggung
jawabnya dihadapan Allah. Lalu apakah untuk melewati kehidupan dunia ini harus
menghalalkan segala cara? Cukup jelas didalam Al-Qur'an. Kebaikan sekecil biji
atom pun akan dibalas, juga keburukan dan kejelekan sikecil biji atom pun akan
mendapat ganjaran.
Yuk buka mata, ajak logika dan hati untuk berpikir lebih jernih untuk
memaknai hidup. Sederhana bahagia dan halal akan lebih baik daripada serba tapi
hasil tikung menikung, belot membelot, dan sikut menyikut kanan diri depan
belakang, atas bawah. *Tulisan ini tidak ingin menyudutkan siapa pun, tapi
sebagai pengingat diri sendiri, juga orang-orang yang berkenan membacanya.
Selamat bergembira di Jum'ah Berkah semuanya.
Langganan:
Postingan (Atom)
Krisis Hubungan Diplomatik Meksiko – Ekuador
Krisis diplomatik antara Meksiko dan Ekuador yang baru saja terjadi merupakan peristiwa yang memperlihatkan kompleksitas hubungan antarneg...
-
Diplomasi koersif merupakan salah satu dari banyak jenis diplomasi yang masih terus eksis hingga saat ini. Karakter dari diplomasi ini a...
-
Negosiasi merupakan suatu proses komunikasi dimana terdapat dua pihak dengan sudut pandang yang berbeda yang berusaha menyamakan persepsi da...
-
Konflik merupakan tindakan yang menghalangi, mengganggu, dan menghambat pihak lain. Konflik bisa terjadi di kelompok masyarakat atau pun l...
-
Salah satu kegunaan dari teori dalam studi hubungan internasional adalah untuk pengetahuan kontemplatif yang diturunkan dari tatanan dasar d...
-
Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang selalu dalam keadaan baik-baik saja. Setiap orang yang masih bernafas, mereka hidup dan berjuan...
-
Diplomasi ekonomi sebagai proses formulasi dan negosiasi kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan produksi, pertukaran barang, jasa, tenaga ...
-
Tidak perlu resah ketika keluarga dan sanak kerabat tidak mendapatkan ranking satu, tapi resahlah ketika mereka justru telat bangun untuk sh...