Pada tahun 2024, Indonesia akan menghadapi pesta demokrasi. Penyelenggaraan pemilu di tahun ini akan berdampak terhadap banyak sektor, seperti pendidikan, politik, ekonomi, dan budaya. Pada saat yang sama, masih terdapat banyak kasus korupsi, kesenjangan sosial, pengangguran, dan pornoaksi. Hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang menyebabkan generasi muda khususnya menjadi salah satu objek negatif dari globalisasi. Dalam perkembangan zaman, pemuda dituntut memainkan peran yang sangat penting dalam mengisi roda pemerintahan baik sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional. Selain itu, pemuda juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga Pancasila sebagai ideologi negara dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Pemuda kini menghadapi tantangan yang lebih kompleks serta membutuhkan respons yang cepat dan tanggap akan perubahan zaman.
Globalisasi dan perkembangan zaman memberikan tantangan sendiri bagi pemuda zaman now. Hal ini dapat menyebabkan tergerusnya sikap nasionalisme bangsa. Contoh permasalahan yang saat ini hadir di tengah generasi muda adalah gaya hidup matrialis, degradasi moral, dan sikap individualis. Perubahan sosial akibat globalisasi ini menjadikan banyak masalah yang mengancam nilai-nilai demokrasi dan nasionalisme di Indonesia. Termasuk juga masalah dari internal seperti kesalahan pola asuh, kasus bullying di sekolah, dan diskriminasi akibat status sosial di tengah masyarakat Indonesia.
Masalah kebangsaan yang disebabkan oleh adanya globalisasi juga beragam, hilangnya nilai budaya asli daerah karena dominasi budaya asing, degradasi nilai kebangsaan, hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong, hilangnya kepercayaan diri dan gaya hidup hedon yang sangat diutamakan. Padahal sejatinya pemuda harus fokus kepada proses pengembangan diri, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan memperbaiki etika masing-masing individunya.
Permasalahan di atas berbanding terbalik dengan misi kabinet kerja Jokowi sejak tahun 2014 hingga saat ini yakni peningkatan kualitas sumber daya manusia dan fokus pada pemuda sebagai aktor pembangunan strategis. Peningkatan kualitas pembangunan pemuda yang berhubungan dengan nilai good citizen selalu dipengaruhi oleh beberapa hal seperti masalah dalam bidang pendidikan dan kesehatan, lapangan pekerjaan dan kesejahteraan, partisipasi kepemimpinan, serta tidak adanya diskriminasi. Sebagai generasi penerus bangsa, pemuda dibekali dengan tiga hal penting, yakni good intellegence, good responsibility, dan good attitude.
Nilai good intelligence dalam hal ini memiliki dampak yang sangat strategis yang diawali dengan kemauan generasi muda mencari, memperoleh, dan menerapkan ilmu pengetahuan yang akan berdampak kepada tiga hal. Generasi muda dapat mengambil manfaat dan pengalaman dari masa lalu, dapat bertindak untuk bisa memecahkan masalah, dan mampu beradaptasi untuk bisa menjawab tantangan jaman. Jika generasi mudanya sudah pintar secara akademik, maka mereka memiliki kesempatan untuk membuka wawasan generasi yang lain, menciptakan perubahan positif, dan akan berdampak terhadap perbaikan kualitas SDM. Dampak dari pintar secara akademik bagi generasi muda antara lain mereka akan dengan gampang menemukan integritas diri, mereka memiliki hati seorang hamba dengan lebih mengutamakan membimbing, memberdayakan, dan menginspirasi orang lain. Tentu semua itu dibutuhkan Indonesia untuk dapat menjaga kestabilan bangsa.
Sementara, dalam bagian mengenai good responsibility atau tanggung jawab, pemuda mendapatkan arahan mengenai cara agar terhindar dari perilaku menyimpang, pemuda harus menjadi pemuda yang amanah, dan itu semua dibentuk dari proses berpikir panjang dengan tidak hanya memperhatikan hasil tetapi juga proses. Nilai good citizen yang akhir yakni generasi muda dengan etika yang baik yang menjadi penentu bagi pembangunan pemuda dan indeks pembangunan manusia. Hal tersebut sesuai dengan amanah Pancasila dan Undang-Undang yakni membentuk pribadi yang adil dan beradab, mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan kesejahteraan umum. Dua dimensi tersebut mengajak generasi muda untuk menjadi pribadi yang berpikir sebelum berkata dan berbuat, serta tidak terbuai dengan kemajuan jaman dan masih tetap memperhatikan etika.
Mengingat di tahun 2024, Indonesia akan menyelenggarakan pesta demokrasi yang merupakan agenda lima tahun sekali. Penting juga bagi generasi muda untuk memahami prinsip demokrasi dengan berlandaskan pada tiga nilai good citizen yang sudah disebutkan di atas. Prinsip demokrasi secarara berurutan adalah kedaulatan rakyat, artinya rakyat memiliki kedaulatan yang tidak terbatas. Kekuasaan mayoritas, jaminan atas hak asasi manusia, pemilu yang bebas jujur dan adil, serta yang terakhir yakni adanya toleransi, kerja sama dan mufakat. Prinsip demokrasi secara keseluruhan dapat terwujud jika generasi muda dibekali dengan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan roda demokrasi di Indonesia yang memiliki dampak baik bagi terwujudnya integrasi nasional.
Seperti yang telah diketahui bahwa integrasi nasional merupakan usaha dan proses mempersatukan perbedaan yang ada yang ada di masyarakat sehingga memungkinkan terciptanya keserasian secara nasional. Perbedaan tersebut meliputi suku, budaya, bahasa, ras, agama, dan faktor kebangsaan lainnya. Integrasi nasional dalam hal ini menjadi penting karena Indonesia adalah negara yang heterogen di mata dunia. Mengingat Indonesia adalah bangsa yang heterogen, maka perlu adanya sikap saling menghormati, toleransi, kerja sama agar tidak terjadi konflik yang berpotensi merusak tali kebhinekaan Indonesia.
Guna dapat mewujudkan integrasi nasional, perlu adanya persamaan hak dan jaminan keadilan bagi setiap warga negara, dukungan dan partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan negara, serta sikap keterbukaan yang menunjukkan saling menghargai satu sama lain. Tentu dimensi ini sangat berhubungan dengan nilai good manner, dan jaminan hak asasi manusia dalam pilar demokrasi yang sudah disebutkan di atas. Di samping itu, terdapat juga faktor penghambat dari proses pembentukan integrasi nasional itu sendiri, seperti sikap abai terhadap heterogen baik agama, budaya, dan bahasa yang dimiliki oleh Indonesia serta adanya ketimpangan dalam bidang sosial dan pembangunan.