Rabu, 15 November 2023

Pentingnya Nilai Good Citizen Guna Mewujudkan Demokrasi

Pada tahun 2024, Indonesia akan menghadapi pesta demokrasi. Penyelenggaraan pemilu di tahun ini akan berdampak terhadap banyak sektor, seperti pendidikan, politik, ekonomi, dan budaya. Pada saat yang sama, masih terdapat banyak kasus korupsi, kesenjangan sosial, pengangguran, dan pornoaksi. Hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang menyebabkan generasi muda khususnya menjadi salah satu objek negatif dari globalisasi. Dalam perkembangan zaman, pemuda dituntut memainkan peran yang sangat penting dalam mengisi roda pemerintahan baik sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional. Selain itu, pemuda juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga Pancasila sebagai ideologi negara dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Pemuda kini menghadapi tantangan yang lebih kompleks serta membutuhkan respons yang cepat dan tanggap akan perubahan zaman.

Globalisasi dan perkembangan zaman memberikan tantangan sendiri bagi pemuda zaman now. Hal ini dapat menyebabkan tergerusnya sikap nasionalisme bangsa. Contoh permasalahan yang saat ini hadir di tengah generasi muda adalah gaya hidup matrialis, degradasi moral, dan sikap individualis. Perubahan sosial akibat globalisasi ini menjadikan banyak masalah yang mengancam nilai-nilai demokrasi dan nasionalisme di Indonesia. Termasuk juga masalah dari internal seperti kesalahan pola asuh, kasus bullying di sekolah, dan diskriminasi akibat status sosial di tengah masyarakat Indonesia. 

Masalah kebangsaan yang disebabkan oleh adanya globalisasi juga beragam, hilangnya nilai budaya asli daerah karena dominasi budaya asing, degradasi nilai kebangsaan, hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong, hilangnya kepercayaan diri dan gaya hidup hedon yang sangat diutamakan. Padahal sejatinya pemuda harus fokus kepada proses pengembangan diri, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan memperbaiki etika masing-masing individunya.

Permasalahan di atas berbanding terbalik dengan misi kabinet kerja Jokowi sejak tahun 2014 hingga saat ini yakni peningkatan kualitas sumber daya manusia dan fokus pada pemuda sebagai aktor pembangunan strategis. Peningkatan kualitas pembangunan pemuda yang berhubungan dengan nilai good citizen selalu dipengaruhi oleh beberapa hal seperti masalah dalam bidang pendidikan dan kesehatan, lapangan pekerjaan dan kesejahteraan, partisipasi kepemimpinan, serta tidak adanya diskriminasi. Sebagai generasi penerus bangsa, pemuda dibekali dengan tiga hal penting, yakni good intellegence, good responsibility, dan good attitude.

Nilai good intelligence dalam hal ini memiliki dampak yang sangat strategis yang diawali dengan kemauan generasi muda mencari, memperoleh, dan menerapkan ilmu pengetahuan yang akan berdampak kepada tiga hal. Generasi muda dapat mengambil manfaat dan pengalaman dari masa lalu, dapat bertindak untuk bisa memecahkan masalah, dan mampu beradaptasi untuk bisa menjawab tantangan jaman. Jika generasi mudanya sudah pintar secara akademik, maka mereka memiliki kesempatan untuk membuka wawasan generasi yang lain, menciptakan perubahan positif, dan akan berdampak terhadap perbaikan kualitas SDM. Dampak dari pintar secara akademik bagi generasi muda antara lain mereka akan dengan gampang menemukan integritas diri, mereka memiliki hati seorang hamba dengan lebih mengutamakan membimbing, memberdayakan, dan menginspirasi orang lain. Tentu semua itu dibutuhkan Indonesia untuk dapat menjaga kestabilan bangsa.

Sementara, dalam bagian mengenai good responsibility atau tanggung jawab, pemuda mendapatkan arahan mengenai cara agar terhindar dari perilaku menyimpang, pemuda harus menjadi pemuda yang amanah, dan itu semua dibentuk dari proses berpikir panjang dengan tidak hanya memperhatikan hasil tetapi juga proses. Nilai good citizen yang akhir yakni generasi muda dengan etika yang baik yang menjadi penentu bagi pembangunan pemuda dan indeks pembangunan manusia. Hal tersebut sesuai dengan amanah Pancasila dan Undang-Undang yakni membentuk pribadi yang adil dan beradab, mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan kesejahteraan umum. Dua dimensi tersebut mengajak generasi muda untuk menjadi pribadi yang berpikir sebelum berkata dan berbuat, serta tidak terbuai dengan kemajuan jaman dan masih tetap memperhatikan etika.

Mengingat di tahun 2024, Indonesia akan menyelenggarakan pesta demokrasi yang merupakan agenda lima tahun sekali. Penting juga bagi generasi muda untuk memahami prinsip demokrasi dengan berlandaskan pada tiga nilai good citizen yang sudah disebutkan di atas. Prinsip demokrasi secarara berurutan adalah kedaulatan rakyat, artinya rakyat memiliki kedaulatan yang tidak terbatas. Kekuasaan mayoritas, jaminan atas hak asasi manusia, pemilu yang bebas jujur dan adil, serta yang terakhir yakni adanya toleransi, kerja sama dan mufakat. Prinsip demokrasi secara keseluruhan dapat terwujud jika generasi muda dibekali dengan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan roda demokrasi di Indonesia yang memiliki dampak baik bagi terwujudnya integrasi nasional.

Seperti yang telah diketahui bahwa integrasi nasional merupakan usaha dan proses mempersatukan perbedaan yang ada yang ada di masyarakat sehingga memungkinkan terciptanya keserasian secara nasional. Perbedaan tersebut meliputi suku, budaya, bahasa, ras, agama, dan faktor kebangsaan lainnya. Integrasi nasional dalam hal ini menjadi penting karena Indonesia adalah negara yang heterogen di mata dunia. Mengingat Indonesia adalah bangsa yang heterogen, maka perlu adanya sikap saling menghormati, toleransi, kerja sama agar tidak terjadi konflik yang berpotensi merusak tali kebhinekaan Indonesia.

Guna dapat mewujudkan integrasi nasional, perlu adanya persamaan hak dan jaminan keadilan bagi setiap warga negara, dukungan dan partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan negara, serta sikap keterbukaan yang menunjukkan saling menghargai satu sama lain. Tentu dimensi ini sangat berhubungan dengan nilai good manner, dan jaminan hak asasi manusia dalam pilar demokrasi yang sudah disebutkan di atas. Di samping itu, terdapat juga faktor penghambat dari proses pembentukan integrasi nasional itu sendiri, seperti sikap abai terhadap heterogen baik agama, budaya, dan bahasa yang dimiliki oleh Indonesia serta adanya ketimpangan dalam bidang sosial dan pembangunan.

 

 

 

Kamis, 16 Maret 2023

Sebuah Kisah Kilas Balik

Ada seorang anak yang hidup di desa dan tinggal bersama keenam saudaranya. Anak laki-laki ini amat berbeda. Ia dibesarkan dengan lingkungan yang menjunjung tinggi pendidikan. Tidak main-main kedua orang tuanya jika sudah bercerita perihal pendidikan. Perjuangannya untuk bisa sekolah, beda dari siswa-siswa lain. Ia harus menempuh waktu 45 menit berjalan kaki untuk bisa sampai di tempat transit sebelum ke sekolah. Di tempat transit, ia mandi dan bebersih diri dan mempersiapkan barang dagangannya. Begitu terus setiap hari selama ia sekolah. Jika siswa lain di sekolah bermain saat istirahat, ia harus berjualan. Akhir pekan, saat orang liburan, ia harus ke kebun. Sampai akhirnya ia memilih untuk melanjutkan sekolah ke pondok pesantren.

Di buku diary nya, ia selalu menulis ingin menjadi seorang Apoteker. Tapi keberuntungan dan restu alam belum berpihak padanya. Sejak duduk di kelas 2 SMP, isi buku catatan penting hariannya hanya tentang Apoteker, Apoteker, dan menjadi Apoteker. S.Farm, Apt. butuh waktu lama untuk bisa beranjak pergi dari kelamnya hidup dan keberuntungan yang masih jauh darinya. Tapi ia bisa. Hingga ia berusaha untuk mengejar cita-cita yang lain menjadi seorang dokter dan pilot. Mungkin kebun Bapak adalah harta berharga yang harus hilang lagi jika ia menjadi seorang dokter atau pilot. Uang habis tidak sedikit untuk profesi itu. Lagi-lagi, Gadjah Mada adalah pilihan untuk melanjutkan kuliah kedokteran. Tapi, restu semesta belum lagi ia terima. Apoteker tidak jadi, dokter dan pilot pun bukan rejeki.

Mencoba menuliskan risalah cita-cita lain menjadi Enginer di Teknik Industri UIN Suka Yogyakarta. Sudah diterima, sudah bersiap berangkat, tapi tidak ada restu orang tua. Setelah setahun, akhirnya move on ingin menjadi pendidik, tapi hanya sebentar dan tidak sepenuh hati, pergi, lagi. Niat hati ingin menjadi seorang SKM pun kemudian tidak berhasil sebab mungkin Bapak punya alasan tersendiri menjadi kompas masa depan untuk anak-anaknya. “Coba kamu sabar sebentar, nanti kamu bisa ikut pendidikan Pilot”. Harus berdamai dengan semesta dan pinta orang tua. Melepas segala gundah hati karena mungkin merasa tertinggal dari rekan seperjuangan, akhirnya ia memilih untuk melanjutkan pendidikan sesuai pinta orang tua. Duduk manis di bangku ketiga dekat jendela untuk menikmati santap pagi, siang, dan santap malam bersama buku-buku ilmu sosial dan politik. Ngantuk, seperti menyerah, dan tidur bersandar ke jendela. Nilainya memang tidak jelek, tapi hanya masih di Farmasi. Ah, susah sekali ya bisa move on.

Di semester ketiga, bapak akhirnya menawarkan kembali untuk pindah ke jurusan Farmasi sesuai keinginannya. Ia menolak, sudah terlalu banyak waktu dan biaya yang hilang. Himpitan masalah perkuliahan, tidak punya laptop, pinjem temen supaya bisa nugas selama setahun, dan kesana kemari jalan kaki. Kuliah sambil berjualan juga sudah. Long story short, ia lulus di jurusan yang direstui orang tuanya. Tidak sampai 4 tahun sudah menjadi sarjana. Belum memegang ijazah, tapi pekerjaan sudh datang menghampirinya. Dengan segala drama hidup dan jatuh bangun yang sudah berhasil dilaluinya. Kuliah S1 yang hampir menyerah karena Bapak pergi, diminta pulang karena terbentur masalah biaya. Dan masih banyak lagi tekanan hidup yang sudah berhasil ia lalui. Resign dari pekerjaan pertama karena bukan panggilan hati meski banyak yang tidak menyukai. Tapi inilah hidup. Ia akhinya bisa selesai S2 dengan bantuan orang-orang baik yang ada di sekitarnya. Menikmati sekali kuliah dari S1 hingga S2 berjalan kaki, pake ontel pinjem Bapak kos, sampai bisa dapat kerja dan membiayai hidup sendiri.

Dari banyaknya drama hidup dan tumpahan air mata, sosok itu kini meyakinkan diri untuk menjadi dosen dan bekerja sebagai Sekretaris di Kantor Urusan Internasional. Dua cita-cita yang sudah bisa menggantikan posisi ‘apoteker’ di hatinya.

Kenikmatan hidup perlahan di dapat. Ketika menginginkan sesuatu, mungkin kelihatan indah. Tapi saat sudah mendapatkannya, ternyata biasa saja. Tapi hargailah perjuanganmu untuk bisa sampai di titik itu.

Sedari kecil sudah banyak sekali kisah hidup yang bisa bikin kesabaran teruji, tapi tidak untuk menyerah kan? Ada ujian artinya mau naik kelas. Kalau dulu sosok itu menyerah, mungkin sekarang dia tidak akan menjadi apa yang ia inginkan. Baiknya semesta, selalu ada memberikan semangat untuk bisa terus bertahan sampai titik darah perjuangan itu habis.

Jangan menyerah, sapa sakitmu, biarkan rasa sakit itu istirahat. Ia juga butuh waktu untuk bisa sembuh kembali. Yakinlah, selalu ada hal yang bisa disyukuri di dalam hidup, meski tidak semua bisa kita miliki. Lihat sudah berapa banyak ribu langkah kakimu untuk bisa mendapatkan apa yang engkau miliki sekarang. Lihat lagi rekam jejak kisah masa lalu. Jangan menyerah ya. Istirahat saja dulu, semoga sakitmu lekas sembuh.  

 

Krisis Hubungan Diplomatik Meksiko – Ekuador

Krisis diplomatik antara Meksiko dan Ekuador yang baru saja terjadi merupakan peristiwa yang memperlihatkan kompleksitas hubungan antarneg...