Istilah Pasifik
merujuk pada konstruksi strategis dan geografis dalam kebijakan luar negeri beberapa
negara. Istilah tersebut telah menggantikan terminologi ‘Asia-Pasifik’ yang
sebelumnya lebih dominan digunakan. Dalam konteks kebijakan strategis, Pasifik
merupakan kawasan yang menjadi jalur lalu lintas jasa, modal, dan barang,
terutama sebagian besar pasokan energi dunia. Secara geografis, Pasifik
digunakan untuk menggambarkan kawasan yang berada di wilayah Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik yang menjadi pusat kegiatan geopolitik dalam bidang
kemaritiman, keamanan, dan perdagangan. Beberapa negara yang telah menggunakan
istilah Pasifik sebagai kawasan regional adalah AS, China, Jepang, India,
Australia, dan ASEAN.
Setelah rivalitas dengan beberapa negara
besar seperti India, Jepang, Australia, dan AS di Asia Pasifik, China juga
memiliki kepentingan untuk membentuk Pakta Keamanan di Kepulauan Pasifik.
Namun, Pakta Keamanan tersebut gagal mencapai kesepakatan dengan sepuluh negara
di Kepulauan Pasifik. Kegagalan China dalam mencanangkan Pakta Keamanan di
regional yang menjadi isu hangat era kontemporer ini adalah karena tudingan
bahwa China akan menjadikan Pasifik sebagai Orbit Beijing untuk memperlancar
pencapaian kepentingan ekonomi dan politik China di Asia Pasifik.
Kegagalan itu ditengarai bahwa China
ingin meningkatkan keterlibatan dalam urusan keamanan, ekonomi, dan politik
terhadap sepuluh negara di Kepulauan Pasifik. Hal tersebut juga mendapatkan
keprihatinan yang begitu besar dari beberapa pemimpin negara di kawasan
tersebut. Hal lain yang membuat usaha China dalam membentuk Pakta Pertahanan
tersebut gagal adalah karena usaha tersebut dipandang sebagai perjanjian yang
tidak jujur yang diungkapkan oleh Presiden Negara Federasi Mikronesia. Ia
menilai bahwa usaha China membentuk Pakta Pertahanan tersebut adalah sebagai
kontrol ekonomi yang dilakukan oleh China kepada negara di Kawasan Pasifik. Di
sisi lain, Perdana Menteri Samoa mengatakan bahwa upaya China untuk dapat
membentuk Pakta Pertahanan di Pasifik harus melewati pembahasan di forum
regional. Pernyataan itu dilayangkan setelah penandatanganan Pakta Keamanan
antara China dan Kepulauan Solomon yang menuai banyak kritik dari negara di
Kepulauan Pasifik.
Pakta Keamanan yang dimaksudkan oleh
China adalah bentuk proposal baru yang harus dicermati dan diteliti lebih dalam
oleh mitra sebelum ditandatangani oleh para pemimpin negara. Kegagalan ini juga
dipengaruhi oleh adanya desakan kepentingan antara China dengan AS dan
sekutunya untuk memperluas pengaruh dan pencapaian kepentingan nasional di
regional Pasifik yang sudah sangat dikenal sebagai kawasan yang vital dan
strategis untuk kekayaan sumber daya alam dan juga pertumbuhan ekonomi. Padahal,
China dalam usulannya berusaha untuk meyakinkan bahwa Pakta Pertahanan yang
mereka usulkan akan berguna bagi peningkatan kekuatan militer di Pulau Pasifik karena
berhubungan dengan keamanan siber dan
perluasan hubungan politik dengan memfokuskan pemetaan pada daerah laut di Pasifik.
Guna mendapatkan dukungan untuk membentuk Pakta Keamanan tersebut, China
memberikan tawaran bantuan dengan hitungan jutaan dolar dan akses langsung ke
pasar China dengan jumlah penduduk sejumlah 1.4 miliar orang.
Pakta Keamanan yang diusung oleh China
adalah sebagai perpanjangan tangan untuk kepentingan di regional dan China
telah berhasil menempatkan diri sebagai negara berkembang utama yang siap
berdiri dan bahu-membahu dengan negara kecil dan negara menengah yang ada di
Pulau Pasifik. Sesuai dengan nilai strategis dalam politik luar negeri China. Dimensi new security concept China dijelaskan
bahwa pendekatan ini digunakan sebagai pendekatan baru yang digunakan oleh
China dalam hubungan luar negeri sebagai antisipasi dalam perkembangan dunia yang
multi-polar dan sebagai penjaga stabilitas kepentingan nasional China. Maksud
dari new security concept yang
dijalankan China adalah proyeksi sebagai negara mitra yang baik dalam hubungan
luar negeri.
Selain itu, peaceful rise juga
menggambarkan arah kebijakan luar negeri China dengan negara lain yang
menekankan dukungan dari modal sektor ekonomi yang sangat mumpuni, teknologi
yang maju, dan sumber daya manusia yang sangat berpengaruh. Sementara, engagement dan comprehensive establishment China dikenal dengan kekuatan strategis
yang dimiliki China dalam peningkatan hubungan baik dengan banyak negara target
di berbagai bidang, seperti diplomatik, militer, dan ekonomi. Salah satu
kawasan yang sangat dibidik oleh China untuk meningkatkan kekuatan negaranya adalah
Kepulauan Pasifik.
Kawasan Pasifik juga memperlihatkan terjadinya pergeseran pengaruh dan
kekuatan dari barat ke timur dengan nilai strategis geopolitik yang ditekankan
pada kehadiran negara kuat seperti AS, China, India, Jepang, Australia, dan beberapa
negara ASEAN. Dalam konteks Pasifik, AS menilai bahwa militernya telah berperan
menjaga stabilitas keamanan kawasan, sehingga AS lebih mengedepankan
kekuatannya dalam bidang keamanan. Sementara itu, China lebih jauh memimpin
dalam bidang ekonomi karena China secara praktis telah menggunakan proyek
pembangunan infrastruktur dan proyek kereta cepat untuk memperkuat
keberadaannya sebagai mitra bagi negara-negara di dunia.
Posisi China yang terlebih dahulu telah memimpin dalam bidang ekonomi di Pasifik
menjadi tantangan bagi AS untuk membangun kemitraan yang lebih luas. Pembangunan
ekonomi dan perdagangan telah menjadi perhatian utama negara-negara kawasan
dibandingkan dengan bidang militer. Persaingan antara China dan AS di Pasifik
berpusat pada isu politik, ekonomi, dan keamanan. Aspek teknologi dan
pembangunan infrastruktur telah menjadi ciri yang dominan dari persaingan kedua
negara untuk mendapatkan kekuasaan dan status di kawasan. Terkait hal ini,
China mendapatkan kesempatan yang lebih besar dibandingkan AS. Di sisi lainnya,
negara-negara ASEAN harus berada di antara kekuatan kedua negara yang bersaing.
Dalam kondisi tersebut, tantangan yang dihadapi oleh negara-negara Pasifik
adalah menciptakan pengelolaan persaingan antara kedua major powers untuk memastikan stabilitas kawasan, sehingga tidak
tercipta polarisasi permusuhan di masa mendatang.
Australia dan AS berusaha untuk terus mendesak upaya China membentuk Pakta
Pertahanan di Pasifik. Disadari atau tidak, ekspansi pengaruh kekuatan China
terhadap dunia internasional adalah hal yang tidak dapat dihindari. China telah
dikenal sebagai kekuatan baru dan pusat gravitasi dalam perpolitikan dunia. Hal
ini juga yang harus diterima oleh AS. China terus menggunakan pendekatan rising powernya termasuk dalam upaya
mengalahkan AS atas rivalitas yang terjadi antara keduanya. Tidak hanya
memiliki ambisi yang sangat besar, China juga didukung oleh kekuatan ekonomi
yang sangat stabil di mata AS dan dunia. Hal ini yang kemudian menjadikan
strategi China untuk menjaga powernya
tetap berhasil dan upaya AS dalam rebalancing
kekuatan dengan China secara otomatis akan menjadi lebih sulit. Salah satu dari
kesulitan yang dialami AS dengan adanya rising
power yang dilakukan oleh China adalah dengan adanya sengketa teritorial
maritim Laut China Selatan. AS jelas tampak dihadapkan pada pilihan yang sangat
dilematis, antara harus mempertahankan kepentingan domestiknya atau terus
meningkatkan upaya agar dipandang unggul dalam bidang kekuatan militer di
kawasan.